Chapter 8

4.1K 256 0
                                    

Author POV
Setelah cuti selama seminggu akhirnya Dimas bisa masuk kerja 2 hari yang lalu , baru saja masuk Dimas langsung di suguh kan dengan tumpukan berkas berkas yang harus dia pelajari dan tandatangani.

Setelah sang ayah tiada Dimas lah yang menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin perusahaan. Pada awalnya Dimas tidak berniat untuk menjadi seorang peminpin perusahaan, bahkan dia mengambil jurusan Tehnik mesin sedangkan kini dia harus menjadi pemimpin perusahaan besar yang bergerak di bidang perhotelan, apartemen, restoran dan beberapa bisnis properti lainnya, tapi melihat kepergian dan pesan terakhir sang ayah yang memintanya mengambil alir perusahaan membuat Dimas mau tak mau untuk menerimanya. Bukan hal mudah bagi Dimas saat itu untuk memulihkan kembali keadaan perusahaan yang sudah hampir gulung tikar, dia harus berjuang dengan begitu keras meskipun tidak memiliki basik dalam hal bisnis. Tetapi, meskipun begitu perjuangannya untuk menormalkan kembali keadaan perusahaan tidak sia - sia. Kini perusahaannya berhasil masuk sebagai salah satu perusahaan 10 terbesar di Indonsia.

Hari ini pada pukul 15:00 Dimas ada meeting dengan salah satu koleganya dari malaysia baginya meeting ini sangat lah penting , karena dengan kerja sama ini Dimas harap perusahaannya bisa semakin maju pesat. Selain itu jika kerja sama ini berhasil Dimas berharap dia bisa membangun salah satu cabangnya lagi di Malaysia. Kini ambisinya sudah begitu besar untuk membuat perusahaan itu bisa mendunia. Pesan dari sang ayah dalam detik terakhir hidupnya selalu menjadi semangat bagi Dimas untuk jangan pernah mundur.

Meeting berakhir pukul 16:30 saat. Dimas baru sempat mengecek handphonenya saat dia akan pulang. Saat Dimas membuka handphonenya ternyata sebuah pesan masuk Dimas membukanya .

Risa (via sms)
"Om tolong kerumah Risa sekarang ,Risa takut om "

Dimas langsung panik saat dia baru menyadari ada 20 panggilan taknterjawab dari nomor yang sama dan nomor itu adalah nomor Risa. Tanpa pikir panjang Dimas segera membawa mobilnya melesat menuju Rumah kakanya. yaitu tempat dimana Risa tinggal bersama dengan orang tuanya.

Dimas POV
Saat melihat pesan yang di kirim Risa aku langsung khawatir padanya ,apa yang terjadi padanya pikirannku langsung melayang dimana aku menemukannya terkapar di kamarnya. Apa mungkin semuanya kembali terulang lagi ?Tidak semuanya tidak boleh terjadi lagi? Aku segela mempercepat laju mobilnya karena saat itu keadaaan jalan yang juga sedang lenggang.

Saat mobil ku berhenti didepan pekarangan rumah kakak ku, aku langsung masuk tampa mengetuk pintu yang pertama aku lihat adalah ruang tamu yang berantakan aku langsung mendongak mematap kearah pintu kamar Risa yang tertutup rapat.

Aku langsung lari manaiki anak tangga menuju kamar Risa. Saat aku mengetuknya tidak ada jawaban dari dalam, saat aku mencoba untuk memutar kenop pintu ternyata pintu kamarnya tidak dikunci, aku langsung masuk ,tapi tidak ada siapa siapa disana hanya ada sebuah pas bunga yang tergeletak diatas lantai dengan keadaan sudah pecah .

" Risa ,,Risaa"pangil ku tapi tidak ada jawaban, kamar Risa terlihat sangat sepi seakan tak ada orang didalamnya.

Aku berjalan berusaha mencari sesuatu yang bisa memberiku petunjuk. Aku mengetuk pintu kamar mandi ,dan pintunya terkunci ,apa mungkin Risa didalam ,aku mengetuknya lagi tepi tidak ada jawaban tapi merasakan dan mendengar dari dalam ada yang menggedor pintu meskipun pelan aku berusaha mencari kunci pintu kamar mandi. Berusaha menyakinkan isi hatiku bahwa Risa benar benar ada didalam sana.

Saat aku berhasil membuka pintu aku melihat Risa terkapar didalam kamar mandi dengan keadaanya yang sudah lemah, entah sudah berapa lama dia berada didalam sana, wajahnya sudah terlihat sangat pucat bibirnya juga membiru, mungkin dia merasa kedinginan dan sesak karena kurangnya pasokan udara. Aku segera menggendong tubuh Risa yang sudah tak berdaya dan membaringkannya dia atas ranjang.

CAHAYA CINTA Where stories live. Discover now