chapter 1

8.7K 383 4
                                    

"Risa,,,Risaaa"
teriak seseorang dari belakangku  entah siapa itu , aku tak perduli ,aku hanya terus berjalan menuju tempat yang kutuju .

Risa ya,itulah namaku lebih tepatnya Diana Merisa tapi teman teman ku  lebih sering memanggilku Risa , usiaku barulah 17 tahun dan aku sekolah di SMU GARUDA yang merupan sekolah terbaik di jakarta .

saat sedang berjalan tiba tiba dari arah belakang ada yang menepuk punggungku. Aku tak memperdulilakannya, aku masih tetap berusaha fokus menatap kedepan tanpa mau repot menoleh kearah samping untuk sekedar menyapa atau bercengkrama dengan orang yang kini berjalan disamping ku.

"Sa kamu gak denger ya aku dari tadi manggil kamu tau "
Aku masih tidak peduli dengan ucapan gadis di sebalahku , aku terus berjalan tanpa memperdulikan gadis di sebelah ku sampai kekelas.

Aku langsung duduk di kursi ku dan gadis itu duduk di sebelahku dia merupakan teman sebangku ku namanya Amelia ,gadis yang tak pernah lelah mendekati dan berusaha menjadi teman baikku. Dia tak pernah perduli berapa ratus kali aku mengacuhkannya berapa kali aku besikap buruk padanya dia masih tetap berusaha bersikap baik padaku. Seakan sikap ku yang terkadang mengacuhkannya itu adalah sebuah motivasi dan semangat untuknya semakin berusaha mendekatiku.

" heh mel lo kok mau maunya sih temenan sama orang yang kaya patung es gitu "  Ujar salah satu teman kelasku.

Aku tak perduli mereka mau berkata apa tentangku. Toh tanggapan mereka tak akan memberi perubahan apapun pada kehidupanku, aku hanya akan tetap menjadi Risa yang selalu kesepian. Aku hanya akan menjadi Risa yang selalu merasa asing kala menatap hangatnya kehidupan dunia, Kenapa ? Karena aku tak pernah hidup dalam kehangatan.

" jaga mulut lo dia itu temen gue " Sergah Amel.

Apa yang dilakukan gadis itu kenapa dia mau repot repot meladeni meraka hanya untuk membelaku padahal aku tak membutuhkan itu. Aku tak perduli apa yang mereka katakan, dan aku tidak pembelaan darinya. Percekcokan mereka sungguh membuatku muak , yang mereka lakukan sungguh membuatku semakin merasa tak nyaman dengan kehidupan ini.
Lantas aku segera menutup kupingku dengan hadset memutar beberapa lagu dengan volume full.

                             ***

bell pulang telah berbunyi ,aku segera mengambil tasku dan beranjak pergi dari kelas tanpa meninggalkan sepatah katapun pada teman temanku. Perjalanan dari sekolah ke rumah hanya membutuhkan waktu 30 menit saja ,jadi aku hanya cukup naik metromini untuk pulang .

Dirumah ku tidak banyak  yang bisa ditemui hanya pajangan barang mewah dan keadaan rumah yang sepi ,tidak seperti rumah yang lainnya yang penuh dengan kehangatan ,tawa bahagia sebuah keluarga ,dan itulah yang ku rindukan dan butuhkan. Aku berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar ku, tempat dimana aku biasa mnghabiskan waktu setelah pulang dari sekolah.

aku selalu mengurung diriku di kamar membaca buku dan mendengarkan musik ya itulah yang selalu aku lakukan untuk mengisi waktu di rumah. Hingga waktu tak terasa berlalu begitu saja, sampai dimana senja menjemput matahari ,membiarkan matahari istirahat untuk sejenak menyatakan bahwa tugas nya hari ini telah usai .

suara gebrakan dan benda jatuh membuatku bangun dari tidurku .
aku segera membuka pintu kamar mencari tau apa sebenarnya yang telah terjadi . Barang barang ,keadaan rumah yang semula tenang berubah menjadi berantakan seakan baru saja kemalingan . Suara dari ruang keluarga yang terdengar penuh dengan emosi,membuatku memberanikan diri untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi .

"aku akan mengirim surat cerai secepatnya kepadamu ,aku menyesal telah menikah dengan perempuan sepertimu"  Suara bariton itu adalah sura laki laki yang menyandang status sebagai ayahku ayak kandungku.

surat cerai apa yang ayah katakan tadi ? ,tidakah mereka puas dengan membiarkan masa kecil,bahkan masa hidupku kesepian tanpa kehangatan kasih sayang. Sekarang mereka akan bercerai tidakkah mereka melihatku yang hidup tanpa mereka perhatikan? Dan sekarang mereka akan bercerai ?

"berhenti ayah bunda ,,,apa yang kalian lakukan? Bisakah kalian bisa berpikir dewasa untuk bisa menyelesaikan masalah kalian, tolong berbicara baik baik ,,aku lelah mendengar kegaduhan yang telah kalian lakukan" Terikaku yang mungkin terdengar kurang ngajar,hal itu terjadi karena emosiku yang telah meluap luap dan tidak bisa terbendung lagi .

"Diam kau anak kecil,kurang ajar sekali kau berbicara sekeras itu pada ku "Ujar ayah yang terdengar biasa di telingaku , dia melangkah mendekati ku dengan tatapan penuh kemarahan.

Plakk,,,sebuah pukulan keras mendarat di pipi ku membuat ku tersungkur. Kini aku merasakan sakitnya, mungkin tamparan itu akan sedikit menimbulkan bekas pada pipi ku. Kemudian tanpa diduga aku merasakan rambut lurus ku ditarik dengan sangat begitu kencang, hingga membuatku sedikit merasakan kesakitan. Ayah menjambak rambutku, setitik air mataku jatuh begitu saja.

"aku benci dengan kehadiran mu ,aku tidak mengiginkan kehadiranmu ,kehadiranmu hanya mempersulit hidupku" Ujar Ayah sambil mendorong kepalaku yang tengah dijambak olehnya hingga aku tidak dapat menghidar kala kepalaku membentur sebuah dinding tembok.

Sakit itulah yang aku rasakan sekarang. Selama beberapa detik aku masih tetap dalam posisi sama berusaha melebur rasa sakit yang menjalar dikepalaku, aku dapat memastikan bahwa sekarang keningku pasti telah berdarah akibat benturan yang cukup keras. Saat aku mendengar derap langkah kaki yang perlahan menjauh aku berusaha bangun dari posisi ku.

Aku melihat Ayah pergi ,hanya tinggal bunda yang berdiri mematung menatap ku dengan tatapannya yang sulit untuk diaktikan. Perlahan aku merangkak mendekat ke arahnya  memohon dan bersujud di bawah kakinya. Setelah melihat kepergian ayah aku tak ingin melihat kepergian bunda.

" Bunda jangan tinggalin Risa ya ,,Risa janji gak bakalan nyusahin bunda ,,,,ya bunda ya kalau bunda pergi risa sama siapa" Ujarku pada bunda dengan tangis yang mulai pecah.

Diam tak ada yang bunda katakan padaku, dia hanya menatapku. Hingga setelah beberapa detik aku bisa melihatnya bergerak, entah apa yang hendak bunda lakukan dan tanpa bisa lagi ku bayangkan ,sebuah kaki yang menjadi surga ku, melayang menendang wajahku tepatnya mengenai hidungku, aku merasakan bau anyir darah mengalir keluar dari dalam hidungku.

"Dengar ,kamu ada di dunia ini tidak aku ingin kan ,dan tidak aku harapkan kehadiranmu hanya membuat hidupku semakin rumit saja " Caci binda dengan penuh Amarah dan menekan kedua pipiku dengan tangannya.

Untuk yang kedua kalinya aku melihat orang tuaku pergi, aku melihat bunda pergi meninggalkan aku seperti apa yang ayah lakukan tadi tanpa perduli melihat keadaanku saat ini.

# R22R05

CAHAYA CINTA Where stories live. Discover now