chapter 2

5.8K 342 6
                                    

Tangis ku pecah seketika, apa yang baru saja ayah dan bunda lakukan padaku? Kenapa mereka setega itu padaku?. Aku menangisi nasibku yang terlihat begitu tak karuan.  Darah yang mengalir tak henti keluar dari hidung ku akibat tendangan bunda, beberapa luka lain yang kini mulai terasa semakin sakit dan pastinya akan menimbulkan bekal membiru.

"non tidak papa,,ayo saya bantu"
Ujar bi imah yang terdengar khawatir sambil berusaha membantu ku untuk bangun.

"ayo non biar saya bantu obati" Ujar bi Imah yang lagi lagi aku acuhkan begitu saja.

aku melepaskan pegangan tangan bi Imah dari pergelangan tanganku. Aku berusaha berjalan sendiri meskipun dengan tertatih - tatih. Aku tak ingin dikasihani, dan melihat perhatian bi Imah sungguh aku merasa ingin ikut mengasihani diriku sendiri. Sadar dengan penolakan ku bi Imah hanya memperhatikan ku yang terlihat begitu menyedihkan berjalan tertatih menaiki anak tangga.

Hari yang mulai malam, awan yang tadi terlihat terang kini berangsur mulai menghitam. Aku masuk kedalam  kamar dan mebiarkan kamar tetap dalam keadaan gelap,  malam ini hujan turun sehingga membuat udara terasa dingin. Aku duduk pada teras kamar yang terasa sangat dingin munkin karena cuaca diluar yang tengah huja, tangis ku kembali pecah seketika mengingat semua yang terjadi. Ingin rasanya aku marah tapi tidak tau pada siapa, apakah tuhan merasa kasihan padaku dan segera mencabut nyawaku saat ini juga ? .

Setelah semua amarahku keluar melalui tetesan air mata, aku berjalan dalam kegelapan.  entah arah mana yang ku tuju karena kadaan kamar yang begitu gelap benar -benar membuatku tak bisa melihat keadaan sekitar. Hingga akhirnya kepalaku menabrak sebuah lemari dengan sangat keras. Tangis ku sudah reda tapi amarahku masih menggelora. Tapa sadar aku memukul bagian pintu lemari yang terbuat dari kaca hingga membuatnya pecah dan dan pecahannya berserakan dilantai.

"Non risa ,non ada apa ? apa non baik baik saja" Ujar bi Imah yang terdengar sangat mengkhawatirkan keadaaan ku.

"Non boleh bibi masuk biar bibi bantu obati lukanya " Ujarnya lagi andai saja itu bunda mungkin aku akan dengan senang hati membukanya dan membiarkannya masuk dan aku akan memeluknya erat.

"tidak papa bi ,aku akan istirahat" Ujarku berusaha menghilangkan kecemasan yang bi Imah rasakan.

setelah itu tidak terdengar lagi suara dari luar mungkin saja bi Imah telah pergi . Tetapi sebuah rasa sakit yang tadi telah reda tiba tiba menjalar di kepalaku membuatku meringis dan mencengkram kepalaku kesakitan lagi, darah yang telah berhenti mengalir dari hidungku kini kembali mengalir berusaha memberontak keluar dari dalam hidungku.

Rasa sakit itu nya semakin terasa sangat sakit, aku benar -banar tak dapat menahannya, mataku terasa begitu berat hingga akhirnya tubuh ku limbung dan pandanganku mengabur dan aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya .

                            ***
Author Pov
Matahari terbit mulai menyinari kahidupan yang menjadi sebuah alasan agar hari segera dimulai. Rumah mewah ,megah dengan gaya  terlihat eligan itu terlihat sepi karena pemiliknya jarang ada di rumah.

"Asalamua'laikum"  Salam seseorang dari luar sambil mengetuk pintu.

"Eh mas Dimas ,,apakabar mas ?
kapan pulang dari balinya" Tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja membukakan pintu untuk tamunya.

"baru kemaren bi ,risa mana" Ujar Dimas pada bi Imah yang baru saja membukakan pintunya untuk Risa.

"ada di dalam biar bibi panggil" Ujar bi Imah sambil mempersilahkan Dimas masuk.

"gak usah biar saya saja yang samperin" cegah Dimas saat melihat bi Imah yang hendak pergi memanggil Risa.

"oh yasudah ,,,mbak Zahra nya tidak ikut" Tanya bi Imah sebrlum kembali berlalu kedapur.

"tidak bi tadi masih sibuk bantu mamah jadi saya jemput Risa buat ikut kerumah" Jawab Dimas sambil bangkit dari duduknya.

"non risa tidak keluar kamar mas dari semalam tolong sekalian bujuk ya mas" Ujar bi Imah yang masih terdengar begitu khawatir.

Dimas hanya mengguk, di berjalan menuju kamar Risa. Saat membuka gagang pintu kamar ternyata kamarnya terkunci.

"Risa ini om kamu gak kangen apa sama om mu yang tampan ini" Ujar Dimas.

Dimas Rianto adalah adik dari ibunya Risa yang bernama Dinda Rianto, Dimas sosok paman yang sangat disayangi oleh Risa. Karena saat kedua orang tuanya tak ada untuk memberinya perhatian sejak kecil Dimas dengan bantuan sang ibu yang tidak lain adalah nenek Risa yang bernama Rianty.

selang beberapa detik ...

"Risa buka dong pintunnya" Ujar Dimas lagi kala pintu kamar Risa tidak kinjung dibuka.

'pasti ada yang tidak beres' batin Dimas

Akhirnya tanpa berpikir ulang lagi Dimas memutuskan untukn mendobrak pintu kamarnya saja. Saat pintu kamar terbuka , Gelap itulah yang ada dikamar Risa.

                           ***
Dimas POV
aku merasa ada yang tidak beres dengan risa ,jaramg sekali dia tidak membuka pintu kamarnya ketika mengetahui aku yang ingin menemuinya. Tapi kali ini berkali kali aku memanggilnya tetap tidak ada sahutan dari dalam. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mendobrak pintu kamarnya. Saat pintu kamar itu terbuka, Gelap itulah yang aku lihat. Aku berjalan untuk mencari saklar lampu dan menyalakannya.

Diam,,itulah yang kulakukan ,diam tak percaya menatap apa yang terjadi di hadapanku. Aku berlari menghampiri tubuh Risa yang terkapar di bawah lantai, wajahnya yang penuh dengan darah dan luka memar ditambah bibirnya yang terlihat pucat membuat ku semakin merasa khawatir bercampur aneh 'apa sebenarnya yang terjadi padanya'

"om ,"ujarnya ketika membuka mata, tapi setelah itu kesadarannya kembali menghilang .

Kekhawatirannku semakin memuncak .aku segera menggendong tubuhnya dan segera membawanya menuju rumah sakit. Keadaan semakin mebuatku gelisah ketika dokter tak kunjung keluar dari ruang IGD tempat dimana Risa diperiksa.

sungguh semuanya membuatku bingung apa yang sebenarnya terjadi. Saat dokter keluar aku segera meburunya dengan beberapa pertanyaan, dan untungnya dokter bisa dengan sabarnya menjawab setiap pertanyaan ku .

"apa sebenarnya yang terjadi pada pasien pak ,,saya lihat di bagian wajah dan bagian lainya seperti tangan kaki leher terdapat beberapa memar luka yang sepertinya terjadi karena unsur kesengajaan" Tanya dokter yang diakhiri sebuah helaan nafas.

"sayapun tidak tahu apa yang telah terjadi pada keponakan saya ini, saya menemukannya telah dalam keadaan seperti itu dan pingsan dikamarnya" Ujar Dimas berusaha menjelaskan ketidak tahuannya.

"mulai hari ini tolong selalu perhatikan ,jika memang betul pasien mengalami penganiayayaan maka pasien akan mengalami trauma" Ujar dokter lagi yang langsung dijawab sebuah anggukan oleh Dimas.

"baik dok ,terimakasih"Jawab Dimas

Dokter hanya menganggukan kepala lalu pergi meninggalkan Dimas yang masih berdiri ditempatnya.

#R22R05

CAHAYA CINTA Where stories live. Discover now