Chapter 4

5K 294 3
                                    

Dimas POV
Sesuai dengan yang disarankan oleh dokter ,setelah Risa sadar dan keadaannya membaik aku segera membawanya menuju rumah sakit kejiwaan tentunya hanya untuk berkonsultasi dengan salahsatu dokter disana .

Dan setelah menempuh perjalanan cukup panjang akhirnya kami sampai juga ,ya kami hanya aku dan Risa maksudnya .

" om untuk apa kita ke tempat ini "  Tanya Risa bingung saat mobilku berhenti di parkiran mobil sebuah Rumah sakit kejiwaan.

" tidak papa hanya main saya ke teman om kebetulan dia ingin bertemu denganmu ,kamu ingan dengan Revan dia sekarang menjadi kepala rumah sakit ini ,dan dia ingin bertemu dengan mu"Ujar Dimas saat mereka telah melangkahkan kaki masuk kedalam lobi rumah sakit.

" emmm,baiklah aku mengingatnya om"
Dengan sedikit kebohongan akhirnya aku bisa mebawa Risa masuk ,tapi aku tidak berbohong perihal Revan dia memang menjadi kepala rumah sakit jiwa disini .

Kami masuk menuju ruangan yang berada di lantai ke lima ,memang rumah sakit ini dibangun baru mencapai lantai ke lima , dan saat masuk aku bisa melihat wajah Revan yang tengah berkutat dengan laptop dan tumpukan berkasnya .

" Aduh pak dokter ini sangat sibuk " Ujarku saat masuk dan Revan tak kunjung menyadari kehadiran kami padalah aku sidah mengucap salam dan mengetuk pintu.

"eh hai Dim kemana aja lo , Ini ..." Ujarnya saat melihatku datang bersama dengan Risa, dia menatap Risa kemudian beralih menatapku sambil mengangkat kedua alisnya seakan berkata 'dia Siapa?'

" Risa ,masa lo lupa" Ujarku saat meilihat wajah ragu ragu Revan saat melihat Risa.

" Risa ponakan lo yang waktu itu masih kecil ,yang suka lari lari kejar kelinci di halaman belakang rumah lo "  Ujarnya sedikit merasa kaget saat mendengar kenyataan bahwa gadis cilik yang dulu ditemuinya kini tumbuh menjadi gadis remaja yang terlihat cantik.

Aku akui memang keponakanku ini cantik sangat cantik malah jika dia berpakaian secara tertutup sempurna. Tapi aku tidak ingin memaksa Risa aku ingin Risa menutup auratnya secara sempurna berdasarkan keinginannya yang pastinya pula berdasarkan hatinya

Aku hanya sengangguk sambil tersenyum kecil menanggapi ucapan Revan . Beruntung sebelum berangkat aku menghubunginya dulu dan menjelaskan mengenai maksud kedatangan kami .

"apakabar sa ,,kamu makin gede makin cantik aja "  Ujar Revan yang tidak pernah berubah dengan sisi pribadinya yang selalu bicara seenaknya dan juga pecicilan.

" om jangan godain aku ,aku masih kecil kasihan yang di rumah " Ujar Risa dengan wajah polosnya membuat wajah Revan yang tadi begitu cerah seketika berubah buram sedangkan aku hanya mampu tertawa melihatnya.

" Emang siapa yang di rumah om ada juga bi Sumi ,eh iya Dim katanya lo udah nikah kok gak undang gue sih" Ujar Revan sambil berusaha tersenyum kearah Risa kemudian mengalihkan topik pembicaraannya menjadi acara pernikahanku.

" Emang 3 minggu yang lalu lo ada di indonesia "  Tanya sambil mengangkat kedua alis saat mendengar ucapan terima Revan.

" ya engga ada sih " Ujarnya sambil nyengir kuda membuat ku sebal mendengarnya.

"Sa ko wajahnya kaya yang lagi sedih gitu sih" Tanya Revan yang kuyakin ini adalah trik Revan untuk bisa memeriksa Risa tanpa membuat Risa merasa curiga.

" engga ah aku biasa aja ko " Jawab Risa berusaha bersikap setenang mungkin.

"Gimana kalau om periksa dulu sa kali aja kamu lagi galau di putusin pacar ,om periksa dulu ya ,biar nanti om kasih deh penawar galaunya "  Ujar Rrvan sambil tertawa diujung kalimatnya sedangkan Risa hanya menunjukan wajah datarnya yang ku yakin dia tidak suka mendengar icapan Revan

CAHAYA CINTA Where stories live. Discover now