Chapter 29

3.2K 291 21
                                    

Tes..

Satu titik air mata turun. Seorang Kim Taehyung, untuk pertama kalinya setelah dua tahun lebih ditinggalkan oleh sesosok Jeon Jungkook kembali menangis. Menangis sebagai dari afeksi ketidak benaran karena pujaan hatinya; Jeon Jungkook sama sekali tak mengingat dirinya. Bukan hanya dirinya; tapi semua, seorang Jeon Jungkook tak mengingat seluruh keluarganya, ataupun yang lainnya. Jangankan keluarga, dirinya saja tak ingat bila marganya Jeon.

Semua melihatnya. Melihat bagaimana rapuhnya sosok Kim Taehyung, yang dihadapkan dengan dimana Jeon Jungkook tak mengingat dirinya.

Jungkook bangkit dari duduknya. Berjalan menghampiri seorang yang beberapa menit lalu menanyai dirinya pasca bangun dari pingsannya. Disana, pemuda itu duduk diatas kursi kebesarannya.

Puk..

Pundak ditepuk dan Taehyung buru-buru menghapus jejak air matanya, lalu mendongak. Menampilkan senyum manis yang seperti mengatakan kalau dirinya baik-baik saja, padahal sebaliknya.

"Kau... Kenapa?"

Taehyung mengerutkan keningnya. Lalu tersenyum sekali lagi, "Aku tidak apa. Memang ada apa?"

Jungkook menjulurkan tangannya. Jari-jarinya mengusap beberapa titik airmata yang masih menempel pada pipinya. Mengusap dengan begitu lembut, serta bubuhan senyuman manis dari kedua bibir mungilnya.

"Jangan menangis! Kau jelek jika menangis"

Alisnya berkerut. Alu berdiri dari duduknya dan mengahadap Jungkook yang tersenyum kearahnya.

"B- boleh aku memelukmu?" Taehyung bertanya dengan nada gugup. Sebelumnya saja, saat akan memeluk gadis cantik itu tak perlu meminta ijin. Tapi sekarang? Berbeda, karena waktu terus berputar.

Jungkook mengangguk, sebagai tanda jawaban kalau ia memperbolehkan Taehyung memeluknya.

Perlahan tapi pasti, Jungkook kini sudah dalam dekapan hangat Taehyung. Membalas pelukan hangat yang dirasa seperti dejavu.

Membuat keluarga yang ada disana menangis haru menyaksikan bagaimana drama picisan seperti yang ditayangkan setiap sore didepan mereka. Namun itulah hidup. Dimana kita hanya berpijak dan mengatur sesuatu untuk dimainkan dengan sebaik mungkin. Lalu, mereka semua yang ada disana pergi. Meninggalkan dua remaja berbeda gender yang saling berpelukan karena rindu, mungkin hanya salah satunya saja.

"Akh.."

Jungkook sekali lagi memekik. Kepalanya terasa sakit. Bayangan dua orang tengah berpelukan; Kim Taehyung dan Jeon Jungkook menghantuinya kembali. Dalam bayangan itu, dua remaja itu saling berpelukan seperti yang mereka lakukan kini.

Mungkin itu tadi. Karena Jungkook melepas pelukannya dan meremat surai madunya. Mencoba mengalihkan rasa sakit walau hanya sia-sia.

"Jungkook, hei! Ada apa?!"

Sakitnya semakin menjadi. Dan sekali lagi, Jeon—ah maksudku Park Jungkook pingsan untuk kedua kalinya dalam sehari.

🍂🍂🍂

"

Jeon Hoseok, brengsek"

Yang dipanggil Jeon Ho seok terkekeh. Sedangkan gadis yang lebih pendek sekaligus lebih tua satu tahun darinya menatapnya bengis.

"Language, Yoon"

Sorot matanya seperti akan menguliti. Atasannya yang merupakan anak tertua keluarga Jeon itu begitu menyebalkan. Melimpahkan segala pekerjaan pada sekertaris dan alasan akan menemui adik tercinta.

"Kalau bukan dikantor, sudah ku acak-acak mukamu itu. Mentang-mentang atasanku, seenaknya saja. Andai kau bukan anak dari bibiku, dan ayah tidak menyuruhku belajar bekerja dengan menjadi sekertaris pribadimu" yang menyumpahi geram setengah mati.

Jeon Hosoek itu teramat menyebalkan. Terutama ketika mengetahui sesuatu yang terbaru. Memiliki senyum yang begitu konyol bila bisa membuat orang yang disayang menggeram sebal.

"Hei, Min Yoongi yang cantik. Tolong kerjakan ya, jangan sampai ada yang salah. Nanti akan aku kenalkan kau dengan Park Jimin, teman adikku yang sama pendeknya denganmu"

"Mulut sialan. Diam kau Jeon Hoseok!"

Hoseok segera berlari keluar ruangan. Meninggalkan Min Yoongi dengan tumpukan kertas membosankan, yang sayangnya begitu penting. Sebelum gadis cantik putri satu-satunya keluarga Min marah, yang parahnya kalau marah menakutkan melebihi macan betina yang lagi bunting.

Brak..

Pintu ditutup dengan tidak kalem. Yoongi mendengus. Padahal niatnya akan ijin dan beralasan sakit, malah terjebak dalam ruangan besar dengan duduk dan mengencari kertas-kertas itu.

"Kusumpahkan kau tak akan punya pasangan Hoseok"

"Kau yang tidak punya pasangan noona! Aku masih ada Yerim, jika kau lupa"


Yoongi mendelik. Di sana, kepala Jeon Hoseok mnjembul dari balik pintu. Membuatnya ingin menelan putra sulung keluarga Jeon itu.

"Atau kau meng-kode diriku agar mengenalkanmu dengan Park Jimin?" Hoseok mengerling, berniat menggoda malah wajahnya yang terkena lemparan bantal sofa.

"Brengsek, diam kau!"

"Wow wow. Slow noona! Tapi serius deh. Kau saja hanya sebahu bila bersanding dengan Kookie. Sedangkan Park Jimin setinggi Kookie. Sangat pas bila bersamamu. Jika pemuda setinggi Taehyung, lehermu akan sakit bila mendongak terus"

Kekehan Hoseok terdengar seiring tertutupnya kembali pintu. Mengetahui bila Yoongi sebentar lagi akan melayangkan sebuah buka tebal, yang berisikan panduan pegawai.

"Dasar manusia agak waras"


~Coming Soon~

Masih ada yang melek? 02.21 am.
Ngantuk sumpah!
Kuotaku abis, anjing. Padahal rabu baru beli, dan kamis pagi abis. Tinggal midnight, gila.

Sabtu besok sampe Jumat UAS kyaaa, stres aku😰

Bye mau ngebo doeloe.. Yeay libur😪😪

taekook; (un)wanted girlWhere stories live. Discover now