Bab 12 - Present

1.6K 171 26
                                    

12

Present

"Saling menghadiahilah kalian, niscaya kalian saling mencintai." (H.R. Al-Bukhari)

***

"Nay, menurut lo struktur organisasinya udah pas?" Arkan yang saat itu tengah melihat struktur organisasi hasil sidang terakhir kemarin, bertanya pada Nayya untuk memastikan. Ia ingin setiap anggota bisa ditempatkan di sekbid yang mereka minati agar kinerja mereka maksimal. Tentu saja dengan melihat kemampuan per anggota.

"Udah," Nayya menjawab acuh tak acuh lalu beralih pada Safira yang juga berada di ruang OSIS. "Eh, Saf. Apalagi nih yang kurang?" tanyanya memperlihatkan proposal tentang pembuatan ekstrakurikuler baru yang sejak awal sudah ia rencanakan.

Safira melirik Arkan sekilas, lalu menjawab, "Menurutku sih udah, Nay."

"Hm, oke deh. Semoga permintaan gue di acc," ucap Nayya penuh harap.

"Aaamiin...."

"Oh ya, buat sertijab bagusnya ke mana ya?" tanya Arkan lagi. Mencoba mendapat perhatian Nayya.

"Terserah," jawab Nayya masih tak acuh.

Arkan menghela napas. "Nay ... lo masih marah? Lo lupa? Kita nggak boleh mendiamkan saudara mukmin kita lebih dari tiga hari.[1]" Arkan teringat salah satu hadis tentang persaudaraan. "Ini udah seminggu lebih loh."

Nayya membolak-balik proposalnya, bertingkah seolah tak mendengar perkataan Arkan. Sejak hari itu─di UKS bersama Arkan den Kei─Nayya masih belum mau berbicara pada dua sahabatnya itu. Kecuali hal penting dan darurat.

Sebenarnya Nayya sudah gatal ingin menimpali semua perkataan Arkan, namun ia bersikap seolah tak peduli. Dia tidak ingin rencana yang sudah ia susun, gagal total. Ia lalu bangkit dari duduknya. "Balik yuk, Saf!" ajaknya sedikit kesal.

"Eh, tapi ini─"

"Ya udah kalo masih betah di sini!" sergah Nayya lalu keluar dari ruang OSIS. Safira melirik Arkan sekilas lalu menyusul Nayya setelah pamit pada Arkan.

Arkan menghela napas panjang. Ia mengambil ponsel lalu mengetikkan sebuah pesan.

"Di, lo di mana?"

Tak lama, Sadiya membalas pesan Arkan.

"Di bawah. Gue tunggu di kelas lo."

Arkan menggerutu, padahal Sadiya yang sebelumnya bilang ingin membicarakan sesuatu, tapi malah dia yang disuruh menemui wakilnya itu. Arkan pun beranjak. Setelah mengunci pintu ruang OSIS, ia pun segera menuju kelasnya.

Sekolah sudah sepi, hanya beberapa yang sedang ada kepentingan saja. Ia tiba di depan kelasnya dan entah kenapa perasaannya tidak enak. Ia juga heran karena pintu kelasnya tertutup. Padahal ia yain di dalam sana hanya ada Sadiya sendiri. Tidak ingin menerka lebih lama, ia pun membuka pintu dan....

Byurr!

Seember air membasahi seluruh tubuhnya, berikut tepung yang dicampur telur. Arkan mematung.

"Happy Birthday, Arkaaaaannn!!" teriakan teman-temannya membahana. Lalu mereka bernyanyi penuh semangat untuknya. Adela berdiri paling depan sambil membawa kue.

Arkan masih terdiam di ambang pintu. Ia menutup mata untuk menahan emosi. Ia benar-benar benci hal seperti ini. Lalu ia tatap semua orang yang ada di sana. Matanya menangkap sosok Nayya yang berdiri paling belakang dengan ekspresi datar. Ia menggeram kesal. "Ide siapa ini?" tanyanya penuh penekanan. Aura dinginnya keluar membekukan setiap orang yang ada di sana. Mereka semua mendadak terdiam. Suasana yang tadinya riang pun berubah mencekam.

Not A Love (Completed)Where stories live. Discover now