Bab 15 - Memaafkan

1.7K 163 56
                                    

15

Memaafkan

"Maukah aku ceritakan kepadamu mengenai sesuatu yang membuat Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab; 'Tentu'. Rasul pun bersabda; "Kamu harus bersikap sabar kepada orang yang membencimu, kemudian memaafkan orang yang berbuat dzalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu dan juga menghubungi orang yang telah memutuskan silaturahmi denganmu." (H.R. Thabrani)

🌹🌹🌹


"Kenapa, sih?" tanya Safira yang keheranan melihat sahabatnya. Padahal masih pagi tapi wajahnya sudah ditekuk sempurna.

Nayya mendesah pelan sambil menggeleng. Lalu menelungkupkan wajah di atas meja, tak berniat menjawab pertanyaan Safira.

Apa ia benar-benar tak akan kembali? batinnya. Ia sangat berharap Sandi kembali sekolah. Namun sampai bel masuk berbunyi dan Bu Kiki masuk, Sandi belum juga datang. Hal itu hampir memupuskan harapannya. Bu Kiki sempat menatapnya─yang hanya ia yang tahu arti tatapan itu, dan Nayya hanya bisa menunduk.

Nayya membuka buku pelajarannya tanpa minat, hingga seseorang mengetuk pintu kelas. Semua orang menoleh ke arah pintu, tercengang menatap murid laki-laki yang tengah berjalan menghampiri guru mereka. Begitu pun dengan Nayya.

"Maaf, Bu. Saya kesiangan," ujar pria yang kini tengah berdiri di hadapan Bu Kiki.

"Kenapa kamu kesiangan?"

"Motor saya tidak ada, tadi saya naik angkot dan angkotnya terlalu lama. Jadi saya telat," ucapnya.

Bu Kiki mengangguk. "Baiklah, bersyukurlah karena saya belum memulai pelajaran. Jika kamu masuk setelah saya memulai pelajaran. Saya tidak akan mengizinkan kamu masuk. Sekarang duduk di bangkumu," titah wali kelasnya tegas.

Pria itu mengangguk. "Iya, Bu. Terima kasih," ucapnya lalu berjalan menuju bangkunya─di paling pojok belakang.

Semua orang menatap ke arahnya dengan tatapan tak percaya. Dia, Sandi Permana yang biasanya tak peduli dengan sekolah atau pun belajar. Kini meminta maaf karena datang terlambat. Penampilan yang biasanya semrawut, sekarang terlihat sangat rapi. Tidak ada aksesoris yang menempel, tidak ada rambut acak-acakan atau rambut dengan warna dan gaya aneh-aneh. Seragam yang biasanya dikeluarkan pun kini dimasukkan dengan rapi layaknya murid pada umumnya.

"San, lo kesurupan malaikat apa?" tanya teman sebangkunya.

Sandi hanya menoleh tanpa menjawab lalu melihat ke arah Nayya yang kini menatapnya dengan senyum lebar. Nayya mengacungkan jempol nampak senang dan puas. Sandi hanya tersenyum miring sekilas.

"Kemaren ketemu bidadari," ujarnya ngasal dan temannya hanya melongo.

"Lo nggak waras," balas temannya sambil geleng-geleng.

Di sisi lain, Kei yang mendengarnya menatap Sandi dengan tatapan tak bersahabat. Nampak tidak suka.

Saat jam istirahat pertama, Kei menghampiri Nayya. "Hei, Princess," sapanya.

"Aku ke mushola dulu ya," pamit Safira pada Nayya yang kemudian beranjak meninggalkan kelas setelah dapat anggukan dari Nayya.

Nayya masih belum merespon Kei, ia malah mengeluarkan berkas program kerja sekbid yang belum terkumpul semuanya.

"Lo nggak?" tanya Kei mencoba mendapat perhatiannya.

"Nggak,"

"Kenapa?"

Not A Love (Completed)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ