Bab 17 - Perjodohan?

1.9K 194 129
                                    

17
~Perjodohan?~

"Pernikahan itu bukan main-main. Bukan pula sebuah keputusan bagaimana nanti. Karena pernikahan akan melibatkan hati."

🌷🌷🌷

"Nayya nggak mau!"

"Nay...."

"Pa...,"─Nayya menatap papanya melas─"Nayya baru aja tujuh belas tahun. Perjodohan? Yang benar saja!" pekiknya tak habis pikir.

"Dengerin papa dulu dong, Sayang...."

Nayya menghela napas berat. Lalu diam. Mencoba mendengarkan penjelasan sang papa.

"Papa tahu kamu masih tujuh belas, makanya papa belum memberi tahumu. Papa juga tidak menyuruhmu menikah sekarang, Papa hanya mencarikan laki-laki yang tepat untukmu."

"Dan itu Arkan?" ujar Nayya menatap papanya tak percaya. "Pa, dia itu sahabat Nayya. Dia─"

"Papa belum selesai bicara," tukas papanya. Nayya kembali diam. "Alasan papa dan mama ngejodohin kamu, semata-mata agar ada yang bisa jagain kamu. Kamu selalu ingin bebas dan pergi ke mana pun, kan? Selama ini papa selalu menyuruh Arkan menemani kamu, dan menjaga kamu. Tapi papa juga tahu, dia tetaplah seorang laki-laki. Dan dia bukan mahrammu. "

"Lalu?"

"Meskipun papa sudah mengenalnya sejak kecil, tahu kepribadian dan perilakunya, dia tetap saja laki-laki. Dia bisa saja berbuat sesuatu di luar kehendaknya, atau hal yang tidak pernah kami duga."

Nayya menggeleng tak percaya. "Ini berlebihan." Arkan tidak mungkin....

"Jadi papa ingin kalian menikah," imbuh papanya, menghentikan kalimat dalam benak Nayya yang belum sempat ia selesaikan.

"Apa?!"

"Agar papa tenang kalau kalian pergi berdua, dan menitipkanmu padanya. Lagi pula kalian sudah sering bersama, jadi papa rasa tidak ada masalah "

"Nggak! Ini gila, Pa! Kita bahkan belum cukup umur!" tolak Nayya tegas.

"Papa tahu," sahut papanya tenang.

"Lalu?"

"Kalian bisa menikah secara agama dulu. Tidak perlu dipublikasikan, hanya keluarga kita dan Arkan. Nanti jika usia kalian sudah 21 tahun, baru mendaftarkan pernikahan kalian."

Mulut Nayya sudah terbuka namun ia seolah tak mampu berkata, ide ini terlalu gila menurutnya. Nayya kembali menggeleng tegas. "No. It's crazy!" pekiknya setelah mendapatkan kata-katanya kembali, lantas berlari menuju kamarnya.

"Nayya!"

"Mas,"ㅡAfanin menahan suaminyaㅡ"biar nanti aku yang bicara padanya. Dia pasti kaget, biarkan dia menenangkan diri dulu," ujarnya lembut lalu menuntun Alfi duduk di sofa.

Alfi menghela napas gusar. "Aku hanya ingin ada yang bisa terus bersama dan melindunginya," ujar Alfi mengusap wajahnya.

"Aku mengerti," sahut Afanin mengusap punggung suaminya.

"Aku hanya takut ... aku tak bisa lebih lama menjaganya. Akuㅡ"

"Mas!" tegur Afanin. "Aku tidak suka saat kamu berpikir pendek seperti itu."

Alfi meraih tangan Afanin dan menciumi jemarinya. "Maafkan aku...," lirihnya. "Aku yakin kamu paham maksudku, karena kamu yang paling mengerti kondisiku."

Afanin memalingkan wajah. Enggan menatap wajah rapuh pria yang sudah hidup bersamanya selama bertahun-tahun itu. Karena jika ia terus menatapnya, pertahananya mungkin akan roboh. Hingga Alfi meraih wajahnya, menghadapkannya kembali ke depan agar ia bisa menatapnya, lalu ia tatap wajah wanitanya dalam dan lembut, tepat di matanya. Mereka hanya saling tatap tanpa bicara untuk beberapa saat dan tangis Afanin pun pecah.

Not A Love (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن