Bab 37 - Just Let Go

1.7K 181 193
                                    

Coba play lagu di atas ☝ cocok banget ungkapin perasaan Akbar 🙊 lagunya juga enak banget.

--------------------------------
------------------------------


37
Just Let Go

"So let me just give up. Let me just let go. If this isn't good for me, I don't wanna know. I just want to stop trying, stop fighting. I just want to give up all of my life."

***

Semenjak pertemuan dengan Alfi waktu itu, kini Akbar ditempatkan di sel yang berbeda dari sebelumnya. Ia tahu, saat itu Alfi pasti menyadari wajahnya yang babak belur. Dan ia yakin, hal ini pun atas perintah Alfi untuk memisahkannya dari tahanan lain yang berpotensi mencelakainya seperti di hari pertama. Akbar tak menolak, karena ia memang lebih menyukai sendiri di ruang sel yang dingin.

"Akbar Fahreza, ada yang membesukmu," ujar petugas polisi sambil membuka pintu sel.

Akbar bangun dan mengikuti langkah petugas tersebut; berpikir siapa kira-kira yang ingin menemuinya. Kemungkinannya ada dua: Adela atau mamanya.

Dugaannya benar. Sampai di ruang besuk, ia melihat sang mama yang tengah menunggunya. Begitu mata mereka bersiborok, Akbar cepat-cepat mengalihkan pandangannyaㅡmenunduk dalam. Ia takut, ia akan goyah.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya mamanya parau begitu Akbar duduk di hadapannya.

Akbar tak berani mengangkat wajah. Mendengar suara seraknya saja sudah membuat hatinya perih. "Baik," jawab Akbar pelan. Lalu hening cukup lama.

Hingga ia mendengar isak tangis dari mamanya, Akbar pun mendongak; perlahan tangannya terulurㅡingin menghapus air mata mamanyaㅡnamun tertahan di udara. Ia pun kembali menarik tangannya.

"Maaf ...," ucap Akbar lirih. "Tolong, jangan menangisi orang sepertiku," ujarnya tersenyum.

"Mama kangen kamu, Nak ...." Mamanya semakin terisak.

Senyum ketir masih terukir di wajah Akbar. "Terima kasih banyak sudah mendidik dan memberiku kasih sayang orang tua yang selayaknya. Aku sangat bersyukur. Tapi, aku bukan seseorang yang baik. Karena itu, tolong lupakan Akbar. Anggap saja, tidak pernah ada seseorang sepertiku di hidup kalian."

Mamanya menggeleng. "Tidak, Nak ... sampai kapan pun, kamu tetap anak mama ...."

Hati Akbar terenyuh. Tapi keputusannya sudah bulat. Ia ingin menyerah. Menyerah dari segalanya. Membuang segalanya. Ia sudah mempersiapkan diri kehilangan segalanya. Dan wanita di hadapannya ini adalah hal paling berat yang harus ia tinggalkan.

"Ma ...," panggil Akbar pelan; sang mama menatapnya. "Terima kasih banyak," ucapnya tersenyum. "Aku akan menjalani hukumanku. Hiduplah tanpaku dengan baik, seperti sebelumnya. Semoga kalian selalu berbahagia." Setelah mengucapkan itu, Akbar berdiri lalu berjalan ke luar ruangan. Mengabaikan panggilan serta tangisan pilu mamanya.

Akbar kembali ke dalam sel, kemudian menangis. Hanya wanita itu yang selalu membuatnya rapuh seperti ini. Baginya, menyayangi seseorang selalu membuatnya lemah.

***

Bagi Nayya, setiap hari adalah kelabu. Tidak ada warna warni lain yang menyenangkan dirinya. Setiap malam ditemani mimpi buruk. Bangun dengan peluh membanjiri seluruh wajah. Lalu menangis tersedu dalam keheningan malam.

Alfi dan Afanin bukan tidak tahu, hanya saja Nayya selalu mengunci pintu setiap malam; tidak membiarkan siapa pun masuk. Malam itu, Afanin kembali mendengar putrinya menangis terisak. Hatinya ikut tersiksa. Ia lalu membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia miliki.

Not A Love (Completed)Where stories live. Discover now