Bab 29 - The Blur Mirror

1.5K 174 253
                                    

29
The Blur Mirror

"Menatapnya seperti menatap kaca yang bening. Aku bisa melihatnya dengan jelas. Sejajar, aku adalah kaca yang buram. Tidak terlihat."
(Panji Ramdana)


🔹🔹🔹

"Kei!" Nayya berseru kemudian menghampiri sahabatnya dengan setengah berlari.

Kei tersenyum. "Hai, Princess," sapanya balik.

"Lemes amat," seloroh Nayya karena sapaan Kei yang tidak seperti biasanya.

Kei hanya tersenyum tanpa menjawab.

"Are you okay? Wajah lo pucet," ujar Nayya tampak khawatir.

"I'm okay."

"Jangan bohong!" sergah Nayya tajam.

"Gue nggak papa..., gue cuma lagi nyoba berhenti make."

Pernyataan Kei barusan membuat Nayya terkejut. Senang namun juga takut. "Really? Tapi itu kan bahaya kalau dilakuin sendiri tanpa arahan yang benar, Kei...."

"Yeah. I just try it. And it's so hard," Kei tertawa lirih.

"How was your Dad?" Nayya bertanya penuh harap.

Kei menggeleng. Pertanda belum ada perubahan atas jawaban ayahnya yang tidak memedulikan soal rehabilitasi. Menurutnya itu tidak penting dan Kei tidak perlu ikut rehabilitasi. "He always said that it's not important,"─Kei tertawa kecut─"See? He doesn't care if I live or die."

"Kei ... itu gak bener. Gue bantu bicara sama bokap lo, ya?"

Kei menggeleng. "No! Don't. Gue pengen dia ngelakuin atas kemauan dia sendiri."

"Tapi sampai kapan, Kei?" Nayya gemas. "Mau nunggu lo separah apa? Lebih cepat lebih baik!"

Kei tersenyum. "Gue masih kuat, kok."

"Tapi Kei ...."

"Nay ... gue nggak papa, oke?"

Nayya menghembuskan napas pasrah. Tidak tahu lagi harus bagaimana, padahal mungkin dia bisa membantu untuk membuat ayahnya sadar. Bahkan ia akan memakai ilmu karate-nya jika perlu.

Mereka pun menuju kelas bersama. Nayya memainkan ponselnya. Membalas pesan yang belum sempat ia balas. Sesekali sudut bibirnya tertarik, membentuk senyuman. Semua itu tak luput dari perhatian Kei. Ia menengok ponsel Nayya untuk mengetahui siapa orang yang membuat sahabatnya persis orang tidak waras; senyum-senyum sendiri.

Setelah melihat namanya, ia memutar bola mata. "Kayaknya lo makin deket sama dia," ujar Kei.

"Huh?"ㅡNayya menolehㅡ"maksudnya?"

"Akbar. Lo jadian sama dia?"

"What? Enggak ya!" seru Nayya sedikit berteriak.

Kei berjengit. "Biasa aja kali jawabnya. Sewot amat."

"Lagian lo sih...," Nayya membuang muka.

Kei berdecih mendapati wajah Nayya yang memerah. "Lo jangan deket-deket deh ama dia."

Nayya mengerutkan kening. "Kenapa?" tanyanya tak mengerti.

Kei mengedikkan bahu. "Feeling gue gak enak sama dia."

Dahi Nayya semakin berkerut. Ia tak mengerti. Kenapa semua orang seolah tak suka akan kedekatannya dengan Akbar. Padahal mereka pun tahu, ia pria yang baik. Tidak ada yang salah dengannya.

Not A Love (Completed)Where stories live. Discover now