Bab 24 - Keifer Parsha ; The Fact

1.5K 178 107
                                    

24
Keifer Parsha ; The Fact

"Satu fakta lain terungkap, dan lagi-lagi melukai dirinya. Inikah yang selalu disembunyikan kedua sahabatnya itu? Jika ya, maka ia memilih untuk tidak tahu apa-apa."

▫◾▫◾▫


"Nay, ada sekolah yang belum dateng. Urutannya abis yang ini, gimana dong? WO aja?"

Nayya berpikir sejenak. "Jangan, tungguin aja seling dulu sama yang lain. Pindah urutannya aja, tapi harus dengan persetujuan peserta lainnya. Lo ngerti kan maksud gue?"

Cowok itu mengangguk.

"Tapi kalo misalnya berhalangan hadir, ya udah WO," imbuh Nayya.

"Oke!" sahut cowok itu mantap lalu kembali ke panggung yang sedang diadakan lomba pensi antar SMP sederajat.

"Kak Nayya!"

Baru saja ia menghela napas, sudah ada lagi yang memanggilnya. Entah sudah berapa kali dalam hari ini. Ada saja yang mereka laporkan, ada saja masalah yang membuat mereka bingung harus berbuat apa dan bagi mereka menemui Nayya adalah solusi. Karena memang dia yang harusnya bertanggung jawab untuk acara ini.

Untungnya, tidak ada masalah yang serius. Hanya beberapa hal kecil seperti sound yang kurang enak, peserta yang belum hadir, anak-anak yang ribut, siswa yang pingsan di rumah hantu, dan hal kecil lainnya. Dan Nayya masih bisa mengatasi itu semua. Ia mengerti, ia dituntut untuk berpikir cepat dengan keputusan tepat.

Acara pentas seni tahun ini bernama 1001 Art, sengaja ia kutip dari nama sekolahnya SMA 101 Jakarta. Bertema Show Your Creativity, ia berharap para siswa dapat mengembangkan talenta mereka.

Pensi ini digelar selama tiga hari, seminggu sebelum pembagian rapor akhir semester. Mencapai ribuan pengunjung karena terbuka untuk umum dan tidak memasang HTM, membuat siapa pun yang tertarik bisa datang ke acara ini. Dengan memaksimalkan sekolah sebagai venue, tiap ruang kelas mereka sulap jadi ruang instalasi seni. Tiap pengunjung bisa foto-foto di sana. Dan di kelas paling ujung, panitia membuat wahana rumah hantu.

Para siswa juga dengan kreatif memeriahkan pentas seni tersebut dengan cara menampilkan talenta seperti menari, paduan suara, musikalisasi puisi, vokal grup, dan masih banyak lagi. Bahkan tidak hanya anak SMA saja, penampilan tersebut juga dibawakan oleh siswa-siswi dari TK, SD, hingga SMP. Panitia juga membuat gimmick agar acara meriah seperti membagian kupon voting mengapresiasi karya paling keren.

Selain itu, juga terdapat pameran seni yang memamerkan ratusan karya buatan kelas sepuluh dan sebelas. Mulai dari instalasi, lukisan 2D & 3D, sampai mural atau grafiti. Salah satunya adalah Kei. Ia adalah penyumbang lukisan terbanyak. Ia juga membuat stan sendiri seperti pelukis jalanan yang menerima pelanggan untuk dilukis secara langsung, atau minta dibuatkan karikatur. Seperti ide Nayya kemarin dan sepertinya sukses besar karena stan-nya selalu ramai. Galeri lukisan dan fotografi pun banyak dikunjungi pengunjung.

Seelah selesai dengan urusannya, Nayya menghampiri Kei yang sedang asyik menggambar karikatur pasangan suami istri. Ya, bukan hanya anak-anak dan remaja. Banyak orang dewasa dan orang tua yang hadir.

"Ini lukisannya Mbak, Mas," ujar Kei setelah selesai menggambar.

Pelanggan yang menerima itu nampak tersenyum puas.

"Berapa harganya?" tanya pria dewasa itu.

"Seikhlasnya saja, Mas," jawab Kei ramah. Ya, ia tidak berniat mencari uang. Melakukan semua ini pun karena Nayya yang menyuruhnya. Ada yang membayar mahal, ada yang sesuai harga, ada juga yang jauh dari kata pas. Ia tidak terlalu memedulikannya, karena ternyata melukis, menggambar dan melihat pelanggannya puas sudah memenuhi hatinya. Ia baru sadar, rasanya menyenangkan.

Not A Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang