Satu tangan Aghis sibuk mengocok penisku, meski lubangnya sedang di fuck sama Noris.

"Eumhh...arrgg....akh...eung..umm..argghh..ahh...ngahhh." aku mendongakan kepala saat Liam menubruk lubangku dengan keras dan semakin dalam, mengalihkan fokusku dari acara mengulum penis Yodi. Ahhh~Liam liar banget ahhh...

Dan lagi saat mencapai orgasme. Dalam waktu yang hampir bersamaan, kami memuncratkan pejuh masing-masing.

"Aahhhh.....ahhhhh." Liam terus mendorong penisnya semakin kedalam, menumpahkan pejuhnya dalam lubangku. Kalau aku wanita, aku yakin tak lama setelah ini aku pasti positif hamil. Secara aku merasakan pejuh Liam mengalir deras didalam sama, dia tak membiarkan pejuhnya terbuang sia-sia. Bahkan saat Yodi, Noris dan Aghis sudah kembali berpakaian, Liam masih saja menenggelamkan penisnya dalam lubangku, aku mencekal tangan Liam saat ketiga orang lainnya terkekeh melihat kelakuannya yang gak mau lepas.

"Liam, udah~" pintaku, menarik diri tapi Liam menahan pinggulku. Dia bergerak mencium bibirku sekilas.

"Bentar Dim, lubang kamu hangat ah...aku suka banget." Ucapnya.

Aghis yang mendengarnya ikut tergelak, "Ahahahaha jiah si Liam gak mau berhenti oi."

"Kayanya ada yang minta beberapa ronde lagi nih." Ucap Noris membuatku cemberut, dengan wajah memelas aku melihat Liam.

"Capek~um." Ucapku, Liam terkekeh pelan. Dia mengeluarkan penisnya dari lubangku dan membantuku mengenakan pakaian.

Noris dan Aghis baru saja pamit pulang karna hari sudah beranjak siang, jadi disini cuma ada aku, Liam sama Yodi. Aku masih duduk-duduk ditepi ranjang, badan aku pegal-pegal jadi aku minta istirahat sebentar sebelum pulang.

"Yuk pulang, nanti cariin orang rumah." Ucapku, Liam membantuku berdiri saat aku meringis perih.

"Kamu kuat buat jalan? Atau mau aku gendong?" Ucap Liam, aku menggeleng cepat.

"Gak usah, aku jalan sendiri aja." Ucapku. Dengan langkah pelan-pelan aku memegang bahu Liam dan Yodi, memaksa jalan sendiri meski bagian bawah rasanya sakit banget.

"Maafin kita-kita ya Dim, kamu jadi kesakitan." Ucap Yodi, aku mengangguk, "Gak papa Yod, santai aja." Jawabku.

Baru sampai ambang pintu, tubuhku limbung karna tak bisa menyeimbangkan diri. Untung Liam punya refleks yang cepat menangkapku, sebelum tubuhku terjerembab ke lantai. Yodi terkejut, wajahnya terlihat panik melihatku yang terus meringis bahkan tak punya tenaga untuk menopang diri.

Dengan sigap dan dibantu Yodi, Liam menempatkan berat badanku dipunggungnya, lalu menggendongku seolah aku ini ringan padahal aku yakin aku lumayan berat.

"Liam, turunin aku. Aku bisa jalan send--"

"Udah kamu diem aja, biarin aku yang gendong kamu." Ucap Liam mulai melangkah pulang kerumah, Yodi ikut jalan bersisihan.

"Tapi--"

"Udah Dim, kamu nurut aja. Kamu gak usah khawatir soal Liam, bagi dia ngangkat kamu mah gak ada apa-apanya tau." Ucap Yodi membuat Liam terkekeh.

Aku menempatkan wajahku bersandar pada bahu kanan Liam, "Kamu gak capek?" Tanyaku tepat disamping telinganya.

"Nggak kok." Jawab Liam.

"Serius?~" Tanyaku masih ragu.

"Iya, serius." Jawab Liam menoleh ke kanan, dengan kecepatan kilat menyambar bibirku.
Aku memukul bahunya pelan, karna kelakuannya yang main sosor aja. Kalo ada orang yang liat kan bisa runyam urusannya.

Yodi tertawa disampingku, "Jangan heran Dim, Liam mah emang gitu orangnya." Ucapnya.

Sepanjang jalan kita bertiga bercanda ria, sampai didepan rumah Liam menghentikan langkahnya.

"Yod, jangan lewat depan deh. Takutnya nanti papasan sama emak, nanti nyium bau  badan kita, bau spermanya tajem banget." Ucap Liam, aku dan Yodi baru menyadarinya.

"Iya ya, eum...kita lewat belakang aja. Nanti biar aku yang bukain pagarnya." Ucap Yodi.

Baru saja kita berhasil melewati pintu belakang, kami malah berpapasan dengan Om Rendra. Melihat Om Rendra, tubuhku menjadi tegang.

"Kalian dari mana?" Tanyanya. "Dimas? Kamu baik-baik aja kan?" Om Rendra malah mendekati kami yang masih diam mematung. Gawat!

Aku yakin tanpa kami jawab pun, Om Rendra sudah tau jawabannya. Tatapannya menggelap melihatku dalam gendongan Liam, ditambah bau sperma yang mengering menguarkan bau tajam.

"Kalian?" Ragunya.

Bersambung~

Voment jangan pelit oy

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang