9

56.6K 1.7K 51
                                    

Om Anton membawaku kesebuah hotel yang kalo bisa dibilang lumayan mewah-ralat-sangat mewah. Berbeda sekali dengan hotel tempat aku dan Om Rendra menginap.

Aduh, aku kok jadi banding-bandingin Om Rendra sama Om Anton sih? Kalau dilihat dari materi, jelas Om Anton lebih unggul dari Om Rendra yang hanya kepala cabang perusahaan. Om Rendra masih punya atasan, di perusahaan pusat tempatnya dipercaya.
Lain Om Anton yang merupakan Bos mutlak perusahaannya.

Tapi kalau urusan hati, Om Rendra tetaplah pemenangnya.

Aku masih mengikuti langkah Om Anton dari belakang, saat dia cek-in di meja resepsionis dan berjalan kearah kamar yang telah dipesan. Aku sedikit menjaga jarak darinya, sebab aku malu kalo harus jalan sejajar dengan Om Anton.

Aku masih kucel karna belum mandi, sementara Om Anton terlihat rapih dengan stelah jas mewah, orang pun akan langsung tau kalo Om Anton asli orang kaya.

Huft--aku menghembuskan nafas lelah, saat sampai dikamar aku langsung membanting tubuhku dikasur king size yang empuk.

Aku melirik bosan Om Anton yang tengah memandangku sambil melucuti semua pakaiannya sampai dia benar-benar telanjang bulat didepanku sekarang.

Aku mengambil posisi duduk saat dia berjalan mendekat kearah ranjang. Dengan malas-malasan aku ikut membuka kaos yang dikenakan, hingga aku topless sekarang.

Om Anton berdiri dihadapanku dengan penis yang sejajar dengan wajahku, tangannya mengocok penisnya sendiri sampai benda itu tegak berdiri. Aku hanya melihat penis itu bosan.

Lalu penis yang sudah keras mirip pentungan satpam itu, memukul-mukul pipiku bermaksud menggoda.

Karna gemas, aku memegang penis besar itu dengan kedua tanganku.

Aku menjulurkan lidah, menyapu kepala penisnya dengan gerakan asal membuat Om Anton mengerang. Puas bermain-main dengan kepala penisnya, perlahan aku kulum penis itu dalam mulutku yang hangat.

Tangan Om Anton tak mau tinggal diam, kedua tangannya mencengkram sisi kepalaku dan memaju mundurkan kepalaku.

Penis besar itu keluar masuk mulutku sampai terasa dipangkal tenggorokan saking panjangnya, sedikit membuatku kewalahan melakukan blowjob.

"Sssstttthhhhhh.....ahhhh...enakk..Dim...enakhhh."

"Ahhh....terus..hisaphhh...yang...kuathhh...sayang."

Aku mempersempit mulutku, membuat sensasi lain dan nampaknya Om Anton menikmati itu. Aku pun ikut menikmati meski beberapa kali harus tersedak dan hidungku acapkali menempel hutan rimba disekitar selangkangannya. Ugh--

Ini sudah 30 menit lamanya, Om Anton mengentoti mulutku, tapi aku jadi sebal karna selama itu dia masih belum orgasme padahal mulutku sudah pegal.

"Ahhhhhhh.....yahhhh....sayanggg..terus..terus.."

"Nnghhhhh......Om..Sampai...sayang...ahhhhh~~~"

Tepat saat Om Anton mencapai Orgasme-nya, dia menarik kepalaku semakin kedalam, membuat ku tersedak karna batang beruratnya itu menyentuh langsung pangkal tenggorokanku.

Pejuhnya memenuhi rongga mulutku, penuh. Aku menelan semua cream susu itu dengan sangat terpaksa.

Setelah puas mengentoti mulutku, kini badan Om Anton langsung menindihi tubuhku. Mulutnya dengan liar menjilat hampir setiap inci kulitku, dari mulai kening, mata, pipi, melumat bibir sebentar, semakin turun ke leher, putingku yang kecil mencuat disesapnya rakus, lalu lidahnya bermain-main dengan perutku membuatku kegelinjangan menahan geli.

Om Anton, kembali melumat bibirku, kepalanya bergerak kesamping agar aku tak kehabisan nafas, lidahnya mengajak lidahku saling melilit dalam.

Setelah memonopoli mulutku, bibirnya mengecup asal leherku, tanganku bergerak mengelus punggungnya, aku berusaha menghentikan aksinya yang membuatku gila saking nikmatnya, tapi yang keluar dari mulutku hanya sebuah desahan berkepanjangan.

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang