12

49.8K 1.4K 52
                                    

Cahaya matahari masuk melewati celah gorden, membiaskan cahayanya yang menyilaukan mata, memaksaku bangun.

Aku mengucek mata sebentar, hal pertama kali yang kulihat adalah wajah Om Rendra yang begitu dekat dengan wajahku sampai-sampai aku bisa merasakan deru nafasnya yang hangat menerpa wajahku.

Tanganku refleks bergerak menyetuh pipinya yang tirus mengisyaratkan ketegasan dan kejantanannya.

Om Rendra adalah sosok yang begitu sempurna, memiliki mata sedikit sipit dengan fokus mata yang tajam seperti elang, orang yang baru pertama kali bertemu Om Rendra mungkin akan mengatakan kalau Om Rendra itu pasti memiliki perangai yang kasar dan kejam, hal ini diperkuat  lagi dengan bentuk alisnya yang tebal sedikit menukik memberi kesan jahat dan bengis.

Tapi nyatanya, sifat Om Rendra berkebalikan dari apa yang dilihat. Orangnya ramah dan mudah tersenyum, baik dan penyayang. Jauh sekali dari sifat begis dan kasar yang ditunjukan wajahnya.

Memiliki bentuk hidung yang mancung, dan warna bibirnya sedikit hitam tipe perokok aktiv. Dadanya membusung kokoh macam pejantan tangguh yang berperan sebagai pahlawan perang dalam serial di televisi.

Om Rendra memiliki otot yang sekal, bukan otot yang sengaja dibentuk karna fitnes.
Otot tubuhnya kuat dan terbuat secara alami, ada 4 kotak yang terbentuk diperutnya membuatnya terlihat macho sekali. Postur tubuhnya juga tegap seperti prajurit tentara, dengan tinggi 180 cm dan berat 70 membuat Om Rendra terlihat begitu sempurna untuk ukuran Pria jantan yang sesungguhnya.

Aku sudah lama mengamatinya, perlahan wajahku bergerak mendekat kearahnya yang masih tertidur damai didepanku.

Bibirku mengibas lembut bibirnya, lalu tersenyum puas saat melihat Om Rendra menggeliat resah.

"Dimas?" Ucap Om Rendra membuatku kaget, aku lihat mata Om Rendra masih terpejam damai.

'Apa dia mengigau?'

Aku hanya menggeleng, kemudian mengecup pipi kanannya sebelum bangun dan lekas mandi. Tapi sebelum aku beranjak dari ranjang, sebuah tangan mencekal pergelangan tanganku, membuatku menoleh dan kulihat Om Rendra sudah bangun, bibirnya menyunggingkan senyum indah dipagi hari yang cerah.

Sekali hentakkan, Om Rendra kembali menarikku hingga tubuhku terjerembab menindihinya. Dengan gerakan cepat ia membalikan tubuhnya hingga aku berada dibawah kungkungannya.

"Om?" Heranku saat kulihat matanya menatapku penuh nasfu.

"Mau kaya semalem, boleh?" Tanyanya, belum aku menjawab Om Rendra langsung saja melumat bibirku, meraupnya rakus dan menyedot bibir bawahku kuat membuatku kewalahan mendapat ciuman mendadak seperti ini.

Alih-alih tanganku mendorong tubuhnya, hal itu malah membuat Om Rendra semakin menarik tengkuk ku dalam.

Lidahnya menelusuri setiap rongga dalam mulutku sesekali mengajak perang dengan lidahku hingga lidah kami saling melilit, kepalanya di telengkan kekanan dan kekiri agar aku tak kehabisan nafas.

Lama-kelamaan aku bisa mengimbangi setiap lumatannya, aku berupaya sebisa mungkin membalas perlakuannya meski tetap saja Om Rendra yang lebih dominan.

Setelah puas mengeksploitasi mulutku, Om Rendra kini menempatkan bibirnya di ceruk leherku, mencium, menjilat dan mengesapnya kuat membuatku kembali mendesah, lalu lidahnya dengan liar mengulum daun telingaku membuatku meremang geli.

Om Rendra menghentikan aksinya sesaat membuatku mengerang kecewa, kulihat dia malah tersenyum diatasku. Salivaku berceceran di sekitar mulut, membuktikan betapa liarnya dia memangut bibirku.

Tangan Om Rendra bergerak meloloskan kaos yang dikenakannya, lalu membantu melepas kaosku hingga kami sama-sama topless. Dan lidah Om Rendra kini kembali menjelajahi seluruh lekuk tubuhku.

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang