7

52.5K 1.6K 52
                                    

Tanganku bergerak meremas benda yang ada diantara selangkangannya. Dan aku menghentikan remasanku sesaat, saat kulihat Om Rendra resah dalam tidurnya. Kudiamkan sebentar, lalu aku meremasnya lagi terus menerus bermaksud menggoda tubuhnya.

Bosan hanya meremas saja, aku kini mengambil posisi duduk dan memperhatikan tubuh kekar om Rendra dari ujung kepala sampai ujung kaki yang terpahat sempurna untuk standar seorang lelaki macho.

Perlahan, aku menyingkapkan kaos yang dikenakannya keatas sampai pentilnya terlihat mencuat, kusapu bibir bawahku melihat pemadangan yang begitu indah.

Sekali lagi, aku melihat antar pentil dan wajah Om Rendra bergantian. Setelah dirasa aman, karna Om Rendra masih terlelap disana. Aku semakin bergerak liar menggerayangi tubuhnya.

Cup

Aku mengecup perutnya liar, lidahku ikut bermain menjilat sekitar perut. Menyapu setiap inci tubuhnya yang begitu menggiurkan dan menggigit kecil kotak-kotak yang terbentuk diperutnya, gemas.

"Eeuungghhhhhh." Om Rendra terlihat menggeliat, seketika aku diam membatu. Tapi menit berikutnya, aku kembali mendengar dengkuran halus dan itu tandanya dia masih terlelap.

Aku menghembuskan nafas lega, bisa runyam urusannya kalau sampai Om Rendra bangun.

Aku menjauhkan wajahku dari perutnya, kembali memandang wajah ganteng orang yang aku cintai selama ini. Dan fokus mataku kembali kearah pentil pinknya seolah menggodaku untuk segera mengemutnya.

Aku semakin memberanikan diri, menyusu di pentilnya. Lidahku bermain-main di sekitar pentil, mengecup, menjilat, dan menyedot pentilnya seperti anak bayi, berharap keluar air susu dari pentil mungil itu. Tangan kiriku tak tinggal diam, ikut memaikan pentil satunya  dengan cara menekan dan memelintirnya.

Percaya atau tidak, tanpa sadar Om Rendra membusungkan dadanya kedepan, kulihat matanya masih terpejam damai dengan dengkuran halus yang sekarang terdengar memburu. Aku semakin semangat mengenyot pentilnya, rakus. Ini enak~

Setelah puas bermain-main dengan tubuh bagian atas, aku kembali menutup kaosnya yang sempat aku singkap. Kini, mataku bergerak kearah selangkangannya. Tiba-tiba pikiranku dipenuhi berbagi macam imajinasi liar, memikirkan apa yang harus aku lakukan dengan penisnya Om Rendra.

Tangan kananku bergerak menurunkan celana pendek yang dikenakan Om Rendra, sampai sempaknya terlihat, warnanya biru ahh~ itu warna kesukaan ku.

Wajahku semakin mendekat kearah selangkangannya, bagian yang menonjol ditengahnya lah tujuanku saat ini.

Aku menghirup dalam aroma gundukan penisnya yang masih berbalut celana dalam, aku suka aromanya, laki banget.

Ketika lidahku terjulur bermaksud menjilatnya, tangan kanan Om Rendra bergerak menggaruk area sekitar selangkangan. Membuatku membatu dan menghentikan aksi gilaku ini.

Aku langsung membenarkan posisi celana Om Rendra seperti semula, setelah itu buru-buru membalikkan badan memunggunginya. Deru nafasku memburu, dan jantungku berdegub kencang seperti mau copot.

Jakunku bergerak naik turun bersamaan dengan dadaku, aku menempelkan kedua tanganku, meringkuk didepan dada bermaksud menenangkan diri.

Aku takut Om Rendra sadar kalau aku sudah lancang mempermainkan tubuhnya, kalo dia marah terus tak mau bertemu aku lagi gimana?

Aku menggeleng kuat, jangan sampai semua itu terjadi!!

Untuk memastikan semuanya, kuberanikam diri menengok kebelakang, aku langsung menghembuskan nafas lega begitu tau Om Rendra masih terlelap dan matanya masih terpejam damai. Tak terganggu sama sekali dengan aksi nekadku beberapa menit lalu.

Aku memaksa memejamkan agar tidur, padahal anusku udah gatel banget mau ngerasain batang keras itu merojok dalam anusku. Pasti puas banget. Tapi, sepertinya itu hanya akan menjadi mimpiku saja.

Aku tahu dan sadar betul, kalo om Rendra itu straight. Tapi kalau sudah cinta sih gimana?

Aku terbangun saat mendengar alarm terus berbunyi nyaring disampingku. Aku menguap malas melirik kearah jam yang menunjukan  pukul 06:30 WIB.

Tanganku mengulet merileks-kan tubuh yang terasa kaku. Saat aku bangun, aku baru sadar kalau Om Rendra  tak berada di ranjang.

'Heh, om Rendra kemana?' Batinku. Seakan sebagai jawaban atas pertanyaan barusan, mataku tanpa sadar tertuju pada sebuah notice dan beberapa lembar uang ratusan ribu yang diletakkan disamping alarm.

'Ini uang buat kamu beli sarapan sama jajan, kamu bisa jalan-jalan dulu melihat sekitar kota Bandung. Pagi-pagi Om harus pergi karna ada urusan pekerjaan, kemungkinan pulang larut. Kamu tidur duluan aja, jangan nungguin Om ya--Om Rendra'

Begitulah kiranya isi pesan  Om Rendra,  Membuatku tersenyum membacanya.

Aku malas mandi, ini masih terlalu pagi untukku. Maka dari itu aku berfikir untuk pergi keluar menghirup udara segar kota Bandung.

Aku tak mengganti pakaian, masih menggunakan pakaian yang sama.Hanya sebuah kaos putih dan celana adidas selutut, tidak buruk juga.

Tanganku bergerak menggunakan sepatu olahraga, dan menali talinya dengan benar.
Setelah itu, aku berlari kearah WC untuk mencuci muka agar terlihar lebih fress. Gaya rambutku yang dari awal mohax membuatku tak perlu repot menata rambut.

Selesai.

Tanganku bergerak mengambil uang yang sengaja ditinggal Om Rendra untukku, setelah itu mengunci pintu dan pergi keluar. Siapa tau ketemu orang ganteng  kan bisa sekalian cuci mata.

Hm..rupanya banyak juga yang  jogging,  dari mulai anak kecil, seusiaku, bahkan orang tua sekalipun.

Headset sudah bertengger manis di kedua telingaku, dan aku mulai berlari-lari kecil sepanjang jalan. Suasana yang asri dengan banyaknya perpohonan membuatku semakin menikmati udara sekitar.

Tanpa sadar, sudah 1 jam lamanya aku berlari ke-sekeliling.

Aku duduk di sebuah bangku menghadap kejalan,  sambil meneguk air mineral untuk menghilangkan rasa haus.

Aku melirik arloji yang melingkar pergelangan tanganku, waktu menunjukan pukul 07:30 WIB.

'Sebaiknya aku pulang' gumamku, kembali berjalan kearah hotel.

Ditengah perjalanan, aku melihat sebuah mobil sedan kelabu menepi kearahku dan berhenti tepat disampingku.

Tepat saat kaca depan mobil diturunkan, aku terbelalak melihat orang didalamnya.

"Om Anton!" Ucapku panik dan segera berlari sejauh mungkin darinya. Kulihat dia terus memanggil namaku berkali-kali dan ikut mengejarku.

Langkahnya yang besar membuatnya mampu menyusulku, tangannya langsung mencengkram pergelangan tangan ku kuat. Dan dengan sekali gerakkan dia memanggul tubuhku dipundaknya, sekuat tenaga aku mencoba berontak dengan memukul punggungnya keras, tapi itu sia-sia karna aku tak melihatnya merasakan sakit sama sekali dan terus berjalan ke mobilnya.

"Tolong!lepasin aku Om!!!tolong!!" Aku terus berteriak, beberapa orang hanya melihat saja tanpa membantuku sama sekali. Aku menggeram. Sial!!

Aku benar-benar tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Om Anton, aku tau betul sifat orang ini. Dia yang begitu sangat ter-Obsesi padaku.

Dia memaksaku masuk kedalam mobil dan langsung memasangkan sabuk pengaman, setelah itu segera berlari kecil ke sisi satunya. Aku baru akan membuka pintu bermaksud kabur, tapi dia sudah terlebih dulu menguncinya.

"Lepasin aku Om!!!"

"Kamu kemana aja sayang? Selama ini aku udah nyari kamu kemana-mana? Kamu tau." Ucapnya dengan berbagai rentetan pertanyaan. Fokusnya mengemudi dan meninggalkan tempat itu. Entah mau dibawa aku olehnya.

"Lepasin aku Om!!!"

Bersambung........

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang