16 (1)

56.2K 1.3K 113
                                    

Liam melorotkan celanaku sampai lutut, tangan kanannya semakin aktiv mengocok penisku sampai tegang sempurna dan mengeluarkan precum, aku menggigit bibir bawah menahan desahan saat Liam mengulum daun telingaku lebih intens, tubuhku menggeliat sebagai respon.

Aku sudah akan mencapai orgasme dan hampir menembakan sperma ku, tapi sialnya Liam dengan sengaja menghentikan servis-nya, membuatku mendesah kecewa.

Liam membalikan tubuhku hingga kami saling berhadapan, kulihat dia tersenyum menggoda saat melihatku sange berat.

"Dimas sange?"

Aku mengangguk tak sabaran, menubruk tubuh Liam dan menempatkan kepalaku mengendusi lehernya. "Eum, Liam."

"Eh, Dimas udah gak sabaran." Kekeh Liam mengecup pucuk kepalaku, dan dengan senang hari Liam langsung membantuku meloloskan pakaian dari tubuhku, hingga aku pun naked tanpa sehelai benangpun.

Aku mengedarkan pandangan ke sisi seberang, kulihat kelakuan tiga orang lainnya yang sudah bergumul penuh nafsu diatas ranjang usang yang ada disana, Yodi asyik ng'fuck lubang pantat Aghis penuh nikmat, membuatku panas dingin dan membangkitkan birahi dalam tubuhku, di tambah mulut Aghis juga tersumpal penis Noris yang hitam panjang menggoda. Aku iri dengan Aghis yang pasti nikmat depan belakang.

"Eungghhhh." Fokusku kembali pada Liam yang mengemut nipple ku sesekali lidahnya menari menjilatnya. Aku meremas bahu Liam, meminta lebih dan tak ingin dia berhenti. Lidah Liam semakin naik keleherku, membuat beberapa kiss mark yang pasti tercetak jelas,  kedua tangan Liam kini mencekal sisi kepalaku, kami saling melempar senyum sesaat sebelum bibir kami kembali menyapa satu sama lain.

Liam menuntunku berbaring di Ranjang satunya, mendorongku ke ranjang kasar hingga posisiku terlentang. Aku baru akan protes, tapi Liam kembali beraksi dengan lidahnya, dimulai dari tumit kakiku dan semakin merangsak ke atas, dan nafasku memburu saat lidah Liam kini mulai mengulum kedua buah zakar ku.

"Ngghhhh...tehrruuss Liam..eumph.." Desahanku semakin tak karuan saat Liam kini ngoral penisku dalam mulutnya yang hangat, gerakannya sangat lihay membuatku ampun-ampunan menahan nikmat, dan saat aku hampir mencapai orgasme, Liam kembali menghentikan aksinya membuatku marah, menahan sperma yang hampir meledak itu sakit. Aku marah, karna Liam seolah hanya mempermainkanku saja, aku dorong bahunya menjauh dari atasku, namun Liam lebih dulu mencekalnya.

"Jangan marah, ini masih panjang Dim." Desahnya sensual ditelingaku, aku kembali lemah dengan perlakuannya. Liam mencekal kedua tanganku diatas kepala, hingga ketiakku ter-ekspos jelas yang juga tak luput dari permainan lidahnya, Liam menjilat ketiak ku yang hanya ditumbuhi beberapa bulu hingga basah dengan salivanya.

"Liam, jangan terus menggodaku eeuunnngghhh."

"Aku gak mau bermain cepat, pelan-pelan aja ya sayang. Kita bakal bermain panjang." Entah sudah berapa kali Liam mencumbu bibirku.

Setelah puas, Liam kini membalikan tubuhku hingga aku telungkup.

"Euuunnngghhh." Desahku saat tangan Liam meremas pantatku gemas.

Plak!!

"Ackh!Liam! Sakit." Protesku saat Liam dengan sengaja menampar pantatku, membuatku mendengus.

"Pantat kamu semok banget Dim, kenyal bikin gemes." Ucap Liam, aku memalingkan wajah kedepan. "Iya deh iya, maaf." akunya salah, bibirnya mengecup pantatku membuatku geli.

"Liam, fuck me please~."

"Pasti. Eummhhh."

Tangan Liam menarik pinggulku, membuat posisiku menungging tepat didepan wajahnya.

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang