2

74.6K 2.3K 137
                                    

Aku tengah sibuk memotong rumput halaman, sebelum Tanteku berteriak dari arah dapur.

"Ular!! Tolong ada ular!!"

Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari ke sumber suara. Disana aku melihat Tante Nila merapat ketembok dengan wajah ketakutan, tak jauh dari tempatnya berdiri, kulihat ada seekor ular yang nampak kebingungan mencari jalan keluar.

Keadaan rumah sepi, hanya ada aku dan Tante Nila. Si kembar Oga-Ega masih belum pulang sekolah. Sedangkan Om Rendra sendiri masih di kantor.

Tanpa memikirkan keselamatanku, aku mencoba mengusir ular itu dengan sapu yang tergeletak di samping pintu.

Ular itu sempat menyerangku merasa terusik, mungkin dia menganggapku sebagai ancaman. Tapi aku berhasil menghindar.

Ukuran badannya memang tidaklah besar, tapi namanya juga binatang buas tetaplah berbahaya. Apalagi Ular adalah binatang reptil yang berbisa, aku dituntut selalu waspada.

Perlahan, ular itu berhasil aku keluarkan. Dia kembali menggeliat menuju kebun yang tak jauh dari rumah.

Setelahnya, aku segera menuntun Tante Nila yang masih nampak shock. Aku menyodorkannya segelas air putih agar dia merasa baikan.

Tante Nila langsung memelukku erat, tapi aku hanya diam saja. Aku tahu Tante Nila pasti merasa ketakutan sekali. Hal ini tercetak jelas di wajahnya.

"Untung ada kamu, Dimas." Ucapnya sambil mengusap kepalaku. Sebenarnya aku sedikit risih, tapi aku hanya diam takut menyinggung perasaannya.

"Tante tenang aja, Dimas ada disini." Ucapku meyakinkan, Tante Nila mengangguk dan berangsur-angsur tenang.

Aku kembali melanjutkan pekerjaanku memotong rumput halaman, begitupun Tante Nila sibuk berkutat dengan dapur, meski dengan perasaan was-was, sebelum pergi aku melihatnya selalu menengok kebawah. Itu lucu sekali, tapi aku tak berani tertawa.

Setelah menyelesaikan semua perkerjaanku, tanpa sadar hari sudah beranjak sore. Aku bisa melihat si kembar berjalan melewati pagar rumah, kini mereka berdua tau tau sudah berdiri di hadapanku.

"Mas Dimas." Panggil Oga, membuatku berdiri.

"Apa?" Tanyaku, aku sempat melihat kedua anak kembar itu saling adu pandang sebentar, sebelum akhirnya kembali menatapku.

"Mas Dimas ganteng." Puji Ega membuatku tergelak. Aku tidak tau, tapi mereka itu sangat lucu.

"Hm, pasti ada apa-apanya nih." Aku cekikikan geli,  mereka berdua sudah kelas 9 SMP tapi tingkahnya acapkali membuatku gemas.

"Ini buat mas Dimas." Ucap Ega sambil menyodorkan sebuah bunga liar. Meski aneh, aku menerima bunga itu lalu menyelipkannya di telingaku. Kulihat Oga dan Ega tersenyum.

"Mas Dimas udah seneng belum?" Tanya Oga membuatku kembali tergelak, jadi mereka sengaja agar aku seneng ya.

"Udah." Jawabku.

"Hm, kalo gitu mas Dimas gak keberatan dong ngajarin kita matematika. Ada pr nih mas. Susah." Adu mereka bersamaan sambil memasang wajah memelas.
Aku mengangguk, dan mereka langsung tersenyum.

"Makasih. Mas Dimas terbaik." Ucap mereka mengacungi ku 2 jempol sekaligus, aku hanya geleng-geleng kepala melihat mereka yang kini sibuk berlari kedalam rumah.

Aku menatap lama rumah ini, sebelum akhirnya  ikut beranjak masuk kedalam, warna orange  lembayung menghiasi jagat alam.

Saat aku sudah membersihkan diri, aku menemui Si kembar yang sudah siap di ruang keluarga dengan segala peralatan belajar. Aku menyuruh mereka mengerjakan beberapa soal terlebih dulu, dan tepat saat mereka menemukan kesulitan, mereka akan langsung bertanya padaku dan aku pasti menjelaskannya dengan telaten sampai mereka mengerti.

Tante Nila membawakan teh hangat dan beberapa cemilan untuk kita bertiga, aku bisa melihat wajah bahagianya saat kedua anaknya itu rajin belajar.

Tak terasa kegiatan ini memakan waktu 2 jam lamanya, si Kembar Oga-Ega pun sibuk membereskan perlengkapan belajarnya.

Azan magrib berkumandang, menandakan waktu sholat magrib sudah tiba.

Selesai sholat, kami kembali berkumpul di ruang keluarga. Aku langsung membuka pintu rumah, saat mendengar suara deru motor didepan rumah. Entahlah, ini refleks aku lakukan.

"Udah pulang om." Ucapku, membantunya membawakan tas kerja.

"Makasih loh, Dimas." Ucap Om Rendra, aku mengangguk.

Kedatangan Om Rendra langsung di sambut kedua anaknya, mereka berebutan mencium tangan Papanya lebih dulu. Kali ini giliran Ega yang cemberut, karna Oga mendahului.

Tak lama berselang, Om Rendra ikut berkumpul diruang Keluarga.

Sedangkan aku sibuk membantu Tante Nila didapur untuk mempersiapkan makan malam. Dan menatanya rapih dimeja makan.

"Makanan udah siap, waktunya makan." Teriak ku, kedua anak dan Bapak itu langsung berlari dan menduduki kursi yang tersedia.

"Wah, sopnya enak banget." Puji Om Rendra saat mencicipi sop yang tersedia.

"Iya enak banget." Puji Oga menyetujui pendapat Papanya.

"Dimas yang buat lho." Beritahu Tante Nila membuatku tersenyum malu.

"Wah, aku baru tau mas Dimas pinter masak juga." Ucap Ega, sebelum melahap makannya.

"Kalo udah gede, aku mau nikah sama mas Dimas aja biar dimasakin makanan enak tiap hari." Oga tak mau kalah memujiku lagi.

"Huzz, kamu nih kalo ngomong suka sembarangan." Ingat Tante Nila pada Oga, Oga hanya nyengir sebagai tanggapan.

"Ini  enak  banget lho, Dimas. Kamu jago masak juga ya."  Puji Om Rendra membuatku tersenyum manis, aku senang melihatnya melahap habis makanan buatanku.

"Siapa dulu gurunya~." Ucapku menoleh kearah Tante Nila, beliau langsung tersenyum."Tante Nila." Ucapku, kami semua tertawa.

"Tapi kan jarang-jarang lelaki pinter masak, emang dasarnya aja udah bakat." Ucap Tante Nila.

"Oh iya, Pa." Ucap Tante Nila membuat Om Rendra menoleh.
"Tadi siang rumah kita kemasukan Ular, Mama ketakutan banget. Tapi untung ada Dimas yang nyelametin Mama, makasih banyak ya Dimas, Tante gak tau apa yang bakal terjadi kalo gak ada kamu."

"Udah jadi kewajiban Dimas buat ngejagain keluarga ini, harusnya Dimas yang berterimakasih. Kalian udah ngasih tempat untuk Dimas dikeluarga ini." Ucapku.

"Dimas, Om gak tau harus bilang apa. Selama ini kamu sudah sangat membantu keluarga om, om bangga sama kamu." Ucap om Rendra membuat hatiku berdesir.
"Oh ya, kamu kan selesai UN. Gimana kalo selama masa libur kamu ini, kamu kerja di kantor om. Om udah ngajuin nama kamu. Kalo kamu mau, mulai besok kamu bisa berangkat kerja bareng om."

"Wah beneran om? Dimas mau om, sekalian nunggu hasil kelulusan sama perpisahan kan masih lama." Ucapku girang.

"Dimas gak mau kuliah?" Tanya Tante Nila.

"Dimas udah daftar SNMPTN lewat jalur raport kok, Tante. Tinggal nunggu hasilnya aja,  sehari sebelum pengumuman Kelulusan." Jawabku.

"Semoga kamu diterima dan hasilnya memuaskan." Do'a Tante Nila, yang langusung di amin'i semuanya.

Setelahnya kami kembali melanjutkan acara makannya. Senua orang yang ada dimeja tersenyum kearahku. Tapi fokusku hanya pada satu orang.

Senyumnya Om Rendra lah yang paling membahagiakanku.

Bersambung~~~

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang