10

52K 1.5K 81
                                    

Om Anton mengajak ku makan disebuah rumah makan lesehan disisi jalan raya, aku benar-benar suka dengan suasananya, begitu sederhana dan tertata rapih membuatku betah berlama-lama disini.

"Kamu suka tempat ini?" Tanya Om Anton, aku mengangguk dan tersenyum tulus padanya.
"Tempatnya adem, aku suka. Makasih."

"Om tau kamu punya selera yang unik, lain dari orang jaman sekarang."

"Hah~~? Aduh pusing, gak ngerti ah." Jawabku cepat, mataku kembali menelusuri tempat ini, dindingnya terbuat dari bilik kayu, serta perabotan lainnya juga terbuat dari kayu, seperti lantai, meja, bahkan alat makannya juga.
Antik.
Aku suka gaya seperti ini.

"Saya pesan menu spesial disini, serta minuman yang paling spesial untuk 2 orang." Ucap Om Anton pada mbak-mbak pelayannya.

"Mahal gak?" Tanyaku pada Om Anton.

Om Anton terkikik geli di sebrang meja, membuatku heran 'memangnya aku sedang melucu?'

"Gak mahal kok, lagian kalo mahal juga bukan masalah. Apasih yang gak buat Dimas." Gombalnya.

Aku lebih memilih mengalihkan wajah kearah lain, tak mau menatapnya.

Selesai makan, Om Anton mengajakku keliling Bandung. Aku yang baru pertama kali ke Bandung hanya terkagum-kagum layaknya turis. Tak lupa, Om Anton juga mengajakku belanja apapun yang kumau, dia terus memaksaku meski aku sudah menolaknya berkali-kali. Alhasil sebuah jam tangan couple terlingkar manis dipergelangan tanganku dan Om Anton.
Sedangkan jam tangan lamaku malah disita olehnya. Ugh- orang tua itu menyebalkan bukan.

"Aku mau pulang." Jawabku bosan, sebenarnya aku menikmati perjalanan ini tapi aku maunya sama Om Rendra, bukan Om Anton.

Ketika Om Anton hendak protes, aku langsung masuk mobil tak mau mendengar apapun lagi darinya.

Karna kegigihanku, akhirnya Om Anton mau menuruti keinginanku ini. Aku memintanya mengantarku ketempat awal saat Om Anton menculikku.

Aku memang menganggap kalau Om Anton saat ini tengah menculikku.

"Kamu nginap dimana?" Tanya Om Anton setelah sampai di tempat pertamaku jogging.

"Mana aja juga boleh." Jawabku asal, segera melepas sabuk pengaman dan langsung membuka pintu mobil, gagal. Rupanya Om Anton sengaja menguncinya, membuatku mendengus.

"Aku mau keluar." Ucapku.

"Kasih tau dulu, kamu nginap dimana? Terus Sama siapa?" Tanyanya kepo.

"Buka pintunya!!" Pintaku, yang akhirnya dituruti Om Anton.

Aku segara keluar dan masih berdiri disisi jalan.

"Sekarang pergi. Aku gak mau Om Anton ngikutin aku." Pintaku lagi dan lagi membuat Om Anton mengembuskan nafas lelah, lalu kembali melajukan mobilnya meninggalkanku seorang diri.

Setelah bayang-bayang mobil Om Anton pergi, dan dirasa aman. Aku bergegas kembali ke hotel tempatku dan Om Rendra menginap.

Sesampainya disana, aku langsung merebahkan tubuhku dikasur, merasa letih setelah seharian keliling, dari satu tempat ketempat lainnya.

Dddrrrttttttt...dddrrrttttttt.....

Ketika aku hendak menutup mata, aku merasakan Hp-ku bergetar. Aku merogoh saku dan melihat layar tertera nomor baru tak dikenal.

Tak mau ambil pusing, jempolku langsung menggeser tombol panah hijau hingga telfon tersambung.

'Hallo' ucap orang di sebrang, mendengar suaranya yang bass aku tau kalau orang ini pria.

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang