"Kau dari mana oppa? Mengapa baru pulang jam delapan?" tanya Joohyun.

Namjoon melirik Minyoung sebentar lalu kembali menatap adiknya.

"Aku habis mengantarkan Minyoung," jawab Namjoon.

"Ah, kemana?" tanya Joohyun.

Belum sempat Namjoon menjawab, ponselnya berdering, ada yang menelefonnya.

"Yeoboseyo?" tanya Namjoon.

"Eoh,"

"Ne,"

"Mwo?!-arasseo, aku akan kesana sekarang juga," Namjoon mematikan sambungannya dan melihat ke arah dua wanita itu dengan tatapan sedih.

"Mian, aku harus pergi. Aku benar-benar minta maaf, ini urgent." kata Namjoon.

"Kemana?" tanya Joohyun.

"Urusan klub," jawab Namjoon singkat lalu ia melihat ke arah Minyoung, "Aku tak bisa mengantarkanmu, Minyoung. Habiskanlah makananmu, panggillah taksi dan pulanglah dengan selamat, arasseo?" kata Namjoon.

Minyoung mengangguk dan tersenyum kecil, Namjoon mencium dahinya singkat lalu pergi dari rumah.

Canggung.

Satu kata, canggung. Itulah yang mereka rasakan saat Namjoon telah pergi.

"Aku minta maaf, Joohyun.." kata Minyoung setelah lima menit keheningan melanda.

Joohyun tersenyum kecil, dan mengangguk. "Aku sudah memaafkanmu, tak apa." katanya.

Minyoung menggeleng, "Mengapa kau baik sekali Joo? Setelah apa yang kulakukan padamu, kakakmu, Jinhee?" tanya Minyoung tak percaya.

"Junhee," koreksinya, "Tapi aku benar-benar sudah memaafkanmu." kata Joohyun.

"Ah benar, Junhee." gumam Minyoung.

"Aku yakin kau memiliki alasan tersendiri, Minyoung. Alasan yang tak aku ketahui." kata Junhee.

Minyoung tersenyum miris. "Maaf,"

Joohyun menggeleng, "Kau tak perlu minta maaf, Minyoung." kata Joohyun.

"Aku melakukan ini semua karena..ayahku." kata Minyoung kecil, Joohyun mengangkat satu alisnya bingung.

"Ayahku, berubah setelah ia tahu perusahaannya akan bangkrut. Ia menjadi pemabuk, dan kasar." kata Minyoung sembari melihat ke arah tangannya.

"Ia selalu menghinaku, pelacur, dan segala macamnya. Aku sakit hati tentunya, tapi aku tak mau berpikiran bahwa aku adalah seorang pelacur, awalnya."

"Tapi, suatu hari saat aku pulang dari sekolah. Aku di tarik oleh seseorang yang tak aku kenal ke sebuah gang. Dan aku di perkosa." Joohyun terdiam, ia tak mengerti mengapa Minyoung mau menceritakan ini semua dengan Joohyun.

"Kau tak perlu menceritakannya kalau kau tak mau Minyoung," Minyoung menggeleng, "Aku mau menceritakan ini, aku harus..setidaknya aku akan merasa sedikit lega." Joohyun mengangguk mengerti.

"Aku cerita kepada kedua orang tuaku tentang kejadian itu. Ibuku menangis dan meminta maaf karena ia tak bisa menjagaku dengan benar, tapi ayahku malah mencaci makiku, dan mengatakan bahwa ia malu mempunyai anak sepertiku."

"Ayahku selalu menggunakan kekasaran kepada aku dan Ibuku. Itu yang membuatku seperti ini, Joo. Ibuku, tak lama meninggal. Dan kini ayahku melontarkan semua amarahnya kepadaku, dan lebih kasar lagi."

"Aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasakan, tapi kurasa aku salah."

"Maafkan aku Joo,"

Joohyun tersenyum kecil, "Terima kasih telah menceritakan ini, Minyoung. Maaf kau harus melalui semua ini..." kata Joohyun.

"Apa kau ingin pulang atau menetap?" tanya Joohyun.

"Apa aku boleh?" tanya Minyoung, matanya berbinar.

Ia tak ingin melihat wajah ayahnya itu.

"Tentu saja!" seru Joohyun. "Ayo cepat habiskan makananmu, aku akan mengantarkanmu ke kamar tamu."

"Tapi Joo..." Minyoung berkata dengan penuh keraguan.

"Kenapa?" Tanya Joohyun.

"Apa orang tuamu mengizinkan kalau aku menginap disini? apa mereka tidak membenciku?" Minyoung mengeluarkan dua pertanyaan yang membuat Joohyun tersenyum sebelum menjawabnya.

"Ayah dan Ibuku sangat baik, mereka akan mengerti nanti. Dan sekarang mereka sedang tidak ada dirumah, karena pekerjaan Ayahku yang mengharuskan mereka keluar kota untuk sementara," jawab Joohyun bersahabat.

"Ah, mengapa kalian sangat baik. Aku beruntung bisa bertemu dengan kalian. Terimakasih," bicara Minyoung sekali lagi dengan kata terimakasih.

"Sama sama"

Dan mereka berdua melanjutkan acara makan malam yang sempat terhenti karena perbincangan mereka berdua tadi.

•••

[Joohyun Pov]

Setelah mengantarkan Minyoung ke kamar tamu, aku masuk ke kamar ku. Ya sepertinya Minyoung butuh istirahat.

Terdengar deru mesin mobil dari luar rumah. Mungkin itu namjoon oppa.

Aku kembali keluar kamarku untuk membukakan pintu. Ketika aku membuka pintu benar saja itu adalah Namjoon oppa. Tapi Ia tidak sendiri, ada seseorang dibelakang tubuh Namjoon yang sedang menatap ku juga.

Yoongi.

Untuk apa Ia kesini?

"Apakah Minyoung sudah pulang?" Tanya Namjoon oppa yang membuatku mengalihkan pandangan ku dari Yoongi.

"Dia menginap disini." jawabku dan wajah Yoongi terlihat kaget, saat aku mengatakan bahwa Minyoung akan menginap disini.

"Lee Minyoung? menginap? disini?" Yoongi membuka suaranya ketika kami bertiga sudah berada diruang tamu. Terlihat nada kekhawatiran dalam perkataannya.

"Yup!" jawabku tersenyum meyakinkannya, bahwa tidak akan terjadi apa apa.

Yoongi hanya diam mendengar jawabanku.

"Apa ia sudah tidur?" Namjoon oppa menanyai Minyoung kembali.

"Sepertinya sudah karena dia terlihat kelelahan, dia ada di kamar tamu,"

"Ohiya Yoon sebentar ya aku akan mengambilkan catatan Fisikaku dulu." kata Namjoon oppa dan berlari kekamarnya untuk mengambil buku yang Ia maksud tadi.

Ah, dia hanya meminjam buku kakakku ternyata.

Hening.

"Yak! Dasar tukang nyontek!" aku membuka suara agar tidak terjadi keheningan yang antara kami yang sangat aku benci.

"Hey aku tidak menyontek! Aku hanya ingin melihat catatan kakakmu."

"Oh begitu, gitu aja ngomel."

"Aku tidak ngomel, aku hanya memberitahumu Joo." bantahnya, "Joo," lanjutnya dengan memanggil namaku.

"Ke taman yuk" tutur Yoongi dengan 3 kata yang membuatku terkejut.

Wow.

***

a/n:

Eittts nagapain tu si Agus ngajakin Joohyun ke taman??

Btw sedih banget deh liat Jk Suga nangis kejer dikonser hari ini :((

Jangan lupa vomment ya kawann :((

-cutiesunha, mulfanxoxo

TomboyWhere stories live. Discover now