Stay

28.2K 2.8K 165
                                    

Amelia mencuci tangannya. Mencebik kesal pada Caleb yang berjalan mengikutinya sejak tadi.

"Apa maksudnya tinggal di sini lebih lama? Bagaimana pekerjaanmu? Lalu Declan...hisssh...kalian ini!."

Amelia jelas menolak usulan Caleb. Dia tidak menolak untuk tinggal di rumah Rana. Dia menolak Caleb dan Declan yang ingin lebih lama tinggal di sini. Apa-apaan itu?

Rana dan Declan muncul dari gapura depan. Mereka baru saja dari toko material dan toko perabotan. Setelah perdebatan dan penghitungan tadi malam, akhirnya Declan menyetujui ganti rugi yang diminta Rana atas kegaduhan yang dia dan Caleb buat di kamar yang di sewakan Rana untuk Declan.

Mereka berempat akhirnya melakukan kebodohan dengan termangu di gazebo, menunggu mobil yang akan mengantarkan sebuah lemari kayu, nakas, sebuah cermin besar, tiang ranjang dan sebuah lampu tidur sebagai pengganti barang yang rusak.

Rana masih terus mendebat Declan atas sesuatu yang Amelia tidak mengerti. Amelia melirik mereka yang terlihat saling teguh pada pendirian mereka. Bahkan Amelia melihat Rana menginjak kaki Declan membuat Declan mengumpat pelan.

Caleb sendiri sedang keluar ke jalanan. Berdiri di depan gapura dengan hanya mengenakan celana jeans se lutut berwarna hitam dan sebuah sendal jepit berwarna hitam juga.

Amelia memicing. Telapak kaki Caleb itu...besar dan panjang. Mungkin ukuran sandalnya 43 sekian. Amelia mendengus pelan. Ingatannya melayang...suatu masa...entah kapan tepatnya, dia pernah membaca sebuah bahan bacaan tentang ukuran jari kaki dan tangan yang menggambarkan ukuran segalanya!

Termasuk ukuran...

Baiklah. Amelia merasa dia sekarang lebih sensitif terhadap ukuran...

Mobil dari toko furniture datang dan dengan cepat para pekerja dari toko itu mengangkat dan memasukkan perabotan yang dibeli Declan ke kamar Declan.

Walaupun penuh dengan protes, Caleb akhirnya bersedia menempati sebuah kamar di samping kamar Declan. Syarat dari Rana kalau Caleb masih mau di sini lebih lama lagi.

Sebenarnya, banyak bangunan lain di halaman rumah Rana yang sering disewakan untuk menginap para turis, namun semenjak kematian sang Ayah, Rana belum menjalankan bisnis itu lagi. Makanya banyak kamar yang kosong walaupun Rana tetap menjaga kamar-kamar itu agar tetap bersih.

"Kau bahkan tidak bisa memukul rata bahwa pria asing selalu punya ukuran di atas normal..."

"Berarti kau dan adik kecilmu itu...kecil?" Rana terlihat memotong ucapan Declan membuat Declan menggeram kesal.

"Bukan begitu..."

Amelia saling tatap dengan Caleb dan keduanya mengendikkan bahu. Tak mengerti apa sejatinya yang dibicarakan oleh Declan dan Rana. Pembicaraan alot yang dimulai sejak mereka dari pusat kota mungkin?

Mereka berempat terhempas kelelahan setelah dengan kejamnya, Rana meminta mereka menggeser posisi barang - barang kesana - kemari. Berulangkali hingga menemukan posisi yang pas.

Mereka duduk terengah di gazebo.

"Kalian ini. Kalian lebih baik pulang dan bekerja. Malas sekali?".

" Aku cuti...tiga bulan. Aku harus menikmati hidup." Declan tidur terlentang. Memenuhi sisi kanan gazebo.

"Dan aku bisa menyelesaikan pekerjaanku dari sini." Caleb menimpali sambil meraih Amelia untuk duduk di sampingnya.

Rana melirik Amelia yang mencebik kesal.

"Mel...kita keluar yuk...beli sesuatu di jalan besar."

Amelia beranjak dan keduanya segera keluar menuju jalan besar meninggalkan Caleb yang langsung menyambar laptopnya dan Declan yang merutuk karena tubuhnya terasa lengket oleh keringat.

THE SECRET OF BILLIONAIRE'S GIRLFRIEND (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now