The time

23.9K 2.7K 87
                                    

"Membawa angin apa Adriana datang kemari?"

Caleb mendongak menatap Declan. Mereka sedang duduk di kursi malas rumah pohon. Bertelanjang dada membiarkan matahari menerpa kulit mereka. Terdengar Caleb menghela napasnya lelah.

"Urusan wanita memang selalu sedikit membuatku bingung. Aku...tidak seperti kau yang begitu luwes pada wanita."

Declan tertawa. Karena terlalu luwes...semua wanita menjadi salah faham. Dan itu membuat Mommy nya pusing sepanjang waktu.

"Apa belum selesai juga masalah yang waktu itu? Dan apakah dia membuatmu goyah?"

Caleb menggeleng sambil menyesap minumannya.

"Aku...merasa kasihan pada Ana. Kenyataan bahwa rencana pernikahan kami waktu itu berantakan dan hancur...adalah karena orangtuanya yang tidak merestui kami. Dan sekarang dia datang, kedua orangtuanya meninggal, dia sendirian dan ketakutan."

"Ketakutan? Perihal apa?"

"Peninggalan orangtuanya sangat banyak dan dia tidak punya keahlian apapun untuk mengelolanya. Dan...dia masih mencintaiku."

Declan mengangguk.

"Well...dia sangat istimewa. Godaan yang sulit diabaikan." Declan mengusap dagunya.

"Apa yang kau pikirkan? Aku akan meninggalkan Amelia, begitu? Tidak akan. Aku mencintainya sampai ke pembuluh darahku. Aku perlu waktu membuat Ana mengerti."

"Apakah tidak sebaiknya kau membicarakannya dengan Amelia. Jangan mengundang kesalahpahamannya."

"Aku tahu. Aku sudah membicarakan semuanya dengan Dad dan Mom. Dan mereka bersedia membantu Ana. Maksudku merekomendasikan seseorang yang bisa membantu Ana mengelola perusahaannya".

"Kau?"

Caleb menggeleng.

"Akan sangat sulit membuat Ana mengerti tapi...aku menghormatinya karena aku pernah sangat mencintainya. Setidaknya dia pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Aku sudah berusaha bicara padanya, tapi dia membutuhkan waktu."

"Satu hal yang harus kau tahu, Amelia bukan gadis yang sanggup berbagi."

Declan tertawa pelan.

"Dan kau...kapan kau berhenti membagi hatimu?"

Declan menyugar rambutnya.

"Entahlah. Aku lebih suka menjajagi daripada menunggu hingga aku menemukan jodohku."

Caleb melempar sebuah handuk pada Declan. Sepupunya itu memang seperti itu. Memilih mendekati gadis yang menarik hatinya dan kalau tidak menemukan kecocokan...dia akan berlalu.

"Apa? Aku bahkan tidak sedang dekat siapapun saat ini, Caleb. Lagipula aku bukan penakluk wanita. Selama ini mereka yang mendekat padaku."

"Sama saja." Caleb mendecih kesal. Bagaimana tidak kalau dua hari lalu dia menyempatkan diri mengunjungi bibi Mika dan dia masih saja memijit keningnya saat membicarakan Declan. Bibinya itu ingin Declan menikah...bukan berganti gadis setiap bulan bahkan minggu.

"Baiklah...baiklah...aku pasti akan membuat Mom bahagia nanti. Aku bahkan takut untuk mengunjunginya. Dia terlihat menderita saat melihatku." Declan merendahkan suaranya pada kalimat terakhir.

Mereka lalu terdiam. Menatap kejauhan. Langit terang benderang. Begitu bersih tanpa noda abu-abu sedikitpun. Dan Caleb merasa dia sangat merindukan Amelia sekarang.

--------------------------------------

Amelia masih saja menghindar dari Caleb. Tingkahnya bahkan terlihat aneh. Selalu melongok dulu dari pintu saat hendak keluar dari kamar. Berjalan cepat menyusuri koridor. Makan dengan banyak menunduk. Memilih berada di samping Declan sekalipun Ana tidak ada di meja makan.

THE SECRET OF BILLIONAIRE'S GIRLFRIEND (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now