31. [Drama Kecil ala Tobi]

Mulai dari awal
                                    

belum sempat Rizki membuka mulut ocehan Tobi kembali menerjang.

"Yayaya, gua tau kalian gaakan percaya kalau gua bilang Reno dan kawanannya, termasuk Rani." Tobi menekankan akhir kalimat seraya menatap Kanya yang membuat Kanya terdiam "Dalang dari baliknya Dilla ke Jakarta."

"So? Kita harus buktiin supaya lu berdua yakin kalau itu fakta, dan bisa dipertanggung jawabkan." 

Rizki dan Kanya saling menatap, 

"Pertama, Mulai besok kalian berdua harus terlihat sangat jauh. Kedua, Kanya! lu harus bisa bikin Rani ngaku kalau dia sebenarnya tau tentang Dilla sebelum lu. Ketiga, Rizki! lu harus deketin deketin Dilla dan lu harus terlihat nyesel karna dulu ga mili Dilla demi Kanya."

"Haa ... "

"Diem Riz! belum kelar. Kay lu harus keliatan seperti orang yang sangat galau, dan ga bisa move on. Supaya Rani percaya dan akhirnya dia nyeritain semua rahasia Reno dan kawananya ke lu."

Rizki menggelengkan kepalanya, "cara lu ga banget deh tob."

"Aku setuju!"

"Kayyy!"

"Tos dulu dong," pekik Tobi mengangkat tangannya,

Kanya meletakkan tanggannya di atas tangan Rizki, "Riz ayo!" Tobi menarik tangan Rizki.

"Sukses!"

🐤

Deg... Deg... Deg...
Sebenarnya itu bukan suara jantung kami semua yang berada disini, itu adalah suara yang sudah kami nanti-nanti sejak lima belas menit yang lalu. Pelajaran Fisika pada jam pertama kurasa lebih baik,

"Semoga pak Giswar masuk," pekik Kanya.

"Eh Kanya kok lu songong sih?"

"Tau nih, doanya yang aneh-aneh."

Kanya melirik Rani, "aneh dimananya coba ran?"
Rani mengangkat kedua bahunya.

"Mentang-mentang lu pinter, jadi sok gitu," pekik siswi yang sedang duduk di meja guru.

"Eh kalian semua, jangan pikirin soal pinter apa engga tapi pikirin soal materinya. Inget tahun sebelumnya, pak Giswar sakit, kita gadiajarin terus UAS kita soalnya gaada yang kita tau cara nyelesaiinnya. Mau Fisika kalian kaya tahun kemarin lagi? Think smart lah, udah sama-sama dewasa kan."

Semua yang ada diruang kelas terdiam, banyak dari mereka yang benar-benar menelan perkataan kanya bukan hanya lewat saja.

"Sekarang kalian kembali ke tempat kalian masing-masing, dari pada pak Giswar datang dan melihat kalian seperti anak TK begitu. Ingat, sikap juga masuk kriteria penilaianya. Kalau kalian sebut aku pintar, disini aku juga mau kalian sebut diri kalian juga pintar. Jadi dewasalah."

Semua kembali ke tempatnya masing-masing, mempersiapkan alat tulis diatas meja serta membaca buku, namun banyak juga yang hanya membolak-balik kertasnya.

Kanya menarik nafas dalam seraya duduk kembali, membuka gadgetnya dan mematikan datanya. Rani tak bersuara, hanya dengusan nafasnya yang terdengar.

"Ran, kamu sakit?"
Meskipun Tobi mencurigai sahabatnya itu tapi Kanya masih  belum percaya bahwa Rani ikut andil dalam rencana Ali yang di bilang oleh Tobi saat dirumahnya semalam.

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang