16. [Detik-detik menuju UAS]

95 13 1
                                    


Sahabat itu orang pertama yang akan maju paling depan saat kamu kesusahan.

"Ya gua sangat setuju! Dengan quotes yang baru aja muncul di timeline ask.fm ini."

Ini sangat tidak adil bukan? Mana mungkin di era globalisasi ini masih ada saja orang yang menggunakan kekuasaan untuk hal yang sepele.

Donatur sekolah? Yang punya sekolah? Kepala sekolah?

Tidak ada yang membedakan mereka di mata yang Maha Kuasa bukan?
Balas dendam terbaik itu menjadi sukses, bukan menjadi berkuasa. Tapi kenapa orang yang berkuasa itu merasakan kalo mereka udah menjadi segalanya?

Dunia ini keras!

Keruman orang mulai menabrak Kanya secara bergantian.

"Ini orang-orang pada heboh ngapain sih? Kaya mau ngantri sembako aja," ucap Kanya seraya memalingkan pandangan dari gadgetnya, tapi karna penasaran Kanya memilih untuk menghampiri kerumunan orang di area mading sekolah.

Kanya berusaha menyelinap agar sampai ke depan namun karna kerumunan orang yang tidak mau mengalah, Kanya terhimpit terus menerus dan membuatnya mengurungkan niat untuk membaca pengumuman.

"Dasar orang Indonesia. Penyakit akutnya ya kalo ga ngaret, ga bisa ngantri," ucap Kanya kesal seraya menatap malas ke arah kerumunan orang.

Sudah hampir sepuluh menit namun kerumunan orang tidak berhenti datang melihat mading, kanya mulai menggerutu kesal sambil sesekali mengerucutkan bibirnya. "Ahaaaaa ... " ucapnya menggantung, "aku ada edi. Eh maksudnya ide," ucap Kanya kembali diselingi ketawa geli.

"Woy!" tukas Kanya dengan nada meninggi yang berhasil menghipnotis semua siswa yang berada di area mading. "Disuruh ngumpul dilapangan dari tadi. Lu mau diomelin masih pada mejeng disini?"

Tatapan tidak percaya semua orang tertuju pada Kanya namun mereka tetap meninggalkan mading dan berlarian menuju lapangan. Kanya berjingkrak-jikrak kegirangan. "Berhasil. Yeay ... " ucapnya dan segera melihat ke mading.

Dibacanya kata-kata yang menurutnya sangat tidak penting dengan asal dan akhirnya dia mendapat inti dari pengumuman itu. "Yaelah cuma promnight aja se heboh itu?" ucap Kanya seraya membalikkan haluan tubuhnya.

Haik?

Kanya menelan ludah ketika melihat semua orang telah mengerumuni tubuhnya. Mereka adalah orang-orang yang menjadi korban kejailan Kanya beberapa menit yang lalu. Betapa malunya Kanya sampai-sampai dia menunduk sebentar dan tubuhnya seketika mendapat serangan magnet yang menghisapnya keluar dari kerumunan orang itu.

Kanya menatap ke arah tangan yang menggenggamnya seperti orang kasmaran.

"Dih!" pekik pria itu dan langsung melepas gengamannya.

"Lah elu?" Kanya mengalihkan pandangannya dari Rizki, "kalo gua tau lu yang nolong. Dari tadi udah gua lepas."

Rizki hanya mengangkat kedua bahunya dan berniat untuk meninggalkan Kanya. Namun Kanya mengikuti langkahnya dari belakang. Rizki yang sadar akan kegiatan Kanya segera mempercepat setiap langkahnya dan secepat kilat menghilang.

Kanya kebingungan kemana Rizki pergi, sementara disana hanya ada kamar mandi dengan papan bertuliskan 'PRIA'. "Kemana sih tuh orang? Gila kali kalau gua harus masuk ke kamar mandi laki-laki?"

Kanya memalingkan tubuhnya dan berjalan menelusuri koridor.
"Ada apa dengan hari ini? Elah film kali ah. Kenapa aku jadi ngomong sendiri gini sih. Duh bunda Kanya butuh liburan." Kanya melemas seketika.

Kanya tetap fokus pada langkahnya dan menggerutu tidak jelas, tanpa di sadari kini Rizki telah mengikutinya dari belakang. Lama kelamaan kanya merasa sudah ada yang tidak beres, lengannya mengusap leher bagian belakannya berkali-kali.

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang