10. [Masalah Baru]

185 60 1
                                    


Kini mereka telah sampai di tujuan. Angkot berhenti di depan tugu perumahan Cempaka putih.
Dari tugu Kanya dan Rani berjalan menuju rumah Kanya. Suasana di perumahan itu sangat sepi, maklum semua yang tinggal di sana ialah orang-orang super sibuk. Rani sangat takjub melihat semua rumah yang ada di sana, baginya di sana adalah istana-istana megah untuk tuan dan putri seorang raja.

"Ran sini." ajak Kanya ke sebuah bangunan megah yang bukan lain adalah rumahnya.

"Ini rumah lu kankan?" ucap Rani, matanya tidak berhenti memandang setiap tepi bangunan.

"Kankan apa sih? Udah yo masuk," ucapnya penasaran seraya membuka pintu rumahnya.

Rani membuka sepatunya saat di dalam rumah.

"Eh ran, ga usah di buka. Langsung ke atas aja ayo."

Rani mengangguk menandakan iya mengerti.

"Udah pulang kamu?" bunda menghampiri mereka.

"Iya bun udah." menyalim bunda di susul oleh Rani.

"Ini Rani yang kamu bilang kemarin?"

"Iya bun, kita ke atas ya."

"Rani mau kue ga?"

"Ga bun, ga usah. rani ga suka kue. Ayo ran." Kanya langsung menarik tangan Rani dan segera menaikki anak tangga, Rani hanya menurut.

"Bunda terobsesi banget sama kuenya ih," gerutu Kanya seraya membuka pintu kamarnya.

"Wow! Ini kamar kankan?" ucap Rani takjub.

"Yaelah Ran kankan apa sih?" ucap Kanya penasaran seraya membuka sepatunya.

"Itu panggilan buat lu kankan," ucap Rani sambil cekikikan.

"Jelek banget ih, Kanya Gomez gitu manggilnya."

"Ke bagusan ah. Yaudah sekarang kita ngapain nih?"

"Oh iya. Bentar gua ambilin baju."

Kanya mencari-cari baju yang cocok untuk Rani di dalam lemari bajunya yang cukup besar.

"Nih ran. Lu ganti baju di kamar mandi, gua di sini aja."

Rani langsung mengiyakan, Kanya pun langsung mengganti pakaiannya dengan celana traning dan kaos oblong berwarna putih polos.

Rani sudah selesai mengganti pakaiannya, dan keluar dari kamar mandi.

"Sekarang apa?" tanya Rani kembali.

"Duduk di sini." menunjukkan ke arah meja riasnya.

Rani menurut dan langsung duduk di bangku yang ada di depan meja rias Kanya.
Kanya mengambil sesuatu dari dalam lokernya.

"Itu apaan kay?" tanya Rani makin penasaran.

"Ini soflen minus, fungsinya buat ngegantiin kacamata lu itu. Jadi lu ga perlu make kacamata lagi." ucap Kanya seraya melepas kacamata Rani dan menggantikannya dengan soflen.

"Coba buka mata lu ran, ga kabur kan pandangannya?"

Rani membuka matanya, benar kata Kanya fungsi soflennya sama seperti kacamata minus milik Rani. Dia langsung mengangguk menandakan iya.

"Oke sekarang rambut, gua mohon mulai dari besok. Lu jangan ngiket rambut lu lagi, lu gerai aja, boleh kasih sentuhan bando, pita atau jepitan tapi jangan di iket." ucap Kanya di balas anggukan oleh Rani.

Kanya memberi sentuhan-sentuhan di wajah Rani dengan sedikit pelembab lalu bedak, dan mengoleskan gincu tipis di bibir Rani yang mungil.

"Coba buka mata lu ran."

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang