28. [Cinta Lama]

10 2 0
                                    

"Hantuuuuu ..."

Rani yang melihat Kanya pingsan segera membuka topengnya dan mendekati Kanya, "Kanya jangan bercanda deh. Kanya ... Eh beneran pingsan. Kanya, tolong ... tolong ... Kankan bangun ih, tolong ... " Rani panik seraya mengguncangkan tubuh Kanya, niatnya hanya menakut-nakuti malah membuat Kanya jatuh pingsan.

Reno, Ali, dan Galuh yang sedang berjalan ke arah kantin mendengar suara teriakan Rani. Di yakini mereka lagi apakah itu benar suara Rani, dan ternyata benar. Mereka berlari mencari sumber suara yang bukan lain dari dalam kelas Rani yang tertutup.

"Ren, kayanya itu suara penunggu disini deh bukan Rani," ucap Galuh yang percaya dengan cerita-cerita siswa yang mengatakan jika sekolah mereka ada penunggunya.

Reno mendaratkan jitakannya di kepala Galuh yang berarti temannya itu berkata aneh, Reno membuka pintu kelas 11 IPA 2 perlahan. Dia melihatnya Kanya yang terbaring dan Rani yang panik disana. Mereka bertiga segera menghampiri dan membawa Kanya ke UKS, namun sebelum membawa Kanya kedalam UKS mereka berdebat dengan siapa yang merangkul kanya ke UKS dan akhirnya Ali menawarkam diri.

Rani mengusap-usapkan minyak anginnya ke dekat hidung Kanya berharap sahabatnya itu sadar dari pingsannya. Rani menyesal membuat Kanya hingga sampai begini, padahal niatnya hanya menakuti Kanya saja.

Bagaimana jika Kanya amnesia karna terbentur lantai tadi pikirnya. Ali terus memperhatikan Kanya yang sedang pingsan. Sementara Reno dan Galuh malah asik bermain gadget di bangku tunggu.

Jika saja dia tidak mempunyai ide untuk menakut-nakuti Kanya mungkin sahabatnya itu tidak akan pinsan, pikir Rani kembali mengusapkan minyak angin.

Pintu UKS terbuka dengan spontan, menampilkan sosok tampan yang terbalut seragam sekolah yang tidak lain adalah Rizki. Dia menghampiri Kanya seketika, membuat Ali dan Rani akhirnya menyingkir.

"Maaf ka Rizki, tadi aku ga sengaja nakut-nakutin dia," ucap Rani menunduk menyesal. Sementara Ali menghampiri Reno dan Galuh.

Rizki mengusap rambutnya dengan kasar dan menatap ke arah Rani. "Lu kan tau dia takut sama hantu," ucap Rizki ketus di depan wajah Rani, membuatnya semakin menunduk sedangkan Reno yang tidak terima dengan perlakuan Rizki segera mendaratkan pukulan di bagian rahang Rizki. Rani segera memisahkan mereka berdua begitupun Ali dan Galuh.

Kanya memijit kepalanya perlahan, perlahan dia membuka matanya, syukurlah dia telah sadar. Rizki segera mendekati dan menggenggam erat tangan Kanya. Ali yang melihat prilaku Rizki mengepal erat tangannya. Sementara Reno memilih tidak melihat wajah laki-laki yang berkata ketus kepada Rani.

Kanya sudah membuka matanya dengan sempurna, dia meminta Rizki untuk membantunya duduk, namun di tangannya terdapat darah, Kanya segera menelusuri wajah Rizki dan dapat, bibir bawah Rizki terluka. "Ko bisa berdarah sih rik? Siapa yang ngelakuin? Sini-sini aku obatin." Kanya memberi perhatian kepada Rizki dan mencoba berdiri untuk mengambil obat merah.

Seketika Kanya merasakan sakit kembali pada kepalanya, yang membuat semua yang ada disana sontak mendekatinya, namun Rizki lah yang berhasil menuntun Kanya kembali ke tempat tidurnya. "Aku baik-baik aja kay, udah kamu istirahat aja ya biar aku ngobatin sendiri." ucap Rizki seraya melangkah ke lemari kotak P3K.

Rani meraih tangan Kanya, "maafin aku kankan udah bikin takut sampai pingsan begini." Rani meminta maaf yang menerima tatapan dari semua yang berada disana termasuk r
Rizki yang berhenti mencari-cari obat merah dan menatap ke arahnya. "Rizki begitu karna Reno yang mukul dia," ucap Rani kembali yang mengundang amarah Kanya, dia menatap tajam wajah penyesalan Reno. "Jangan marah ke reno kankan, dari awal gua yang salah." ucap Rani kembali menunduk.

Kanya menatap Rizki yang membalut lukanya dengan sendiri. Sementara Ali menatap Kanya begitu dalam, wajah kanya yang baru terbangun dari pingsannya menampakkan betapa polosnya Kanya, wanita yang membuatnya mungkin gila.

Reno yang sangat merasa bersalah terpaksa keluar lebih dulu dan mengajak Galuh serta Ali. Kanya hanya mengangguk ketika Reno izin keluar duluan, Ali yang memaksa untuk tetap di ruangan akhirnya mengikut atas perintah Reno. Rizki yang melihat keluarnya ketiga orang itu segera menghampiri Kanya kembali, sementara Rani memilih untuk duduk di sofa.

Kanya meraih wajah Rizki dan mengusap lembut daerah di sekitar luka, Rizki meringis kesakitan dan membuat perhatian Kanya semakin menambah. Rani yang melihat perlakuan Kanya ke Rizki semakin tidak enak karna berada di pihak Ali yang menuntutnya agar mendekati Ali dengan Kanya. Namun kini Rani berniat melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya.

Sepertinya Ali memang sudah tergila-gila kepada Kanya, sementara Kanya dan Rizki sekarang semakin dekat, mungkin lebih baik jika hukumannya itu di ubah menjadi ngedate bersama Rizki, tepat sekali. Selain ingin menebus kesalahannya, Rani yakin bahwa itu akan membuat Kanya senang. "Kay kayaknya aku berubah pikiran tentang tantangan semalam deh," ucap Rani yang membuat Kanya menatap ke arahnya begitupun Rizki.

Kanya hanya sedikit memicingkan matanya, "jangan bilang lu mau ngebatalin tantangannya. Yah ga jadi ngeliat lu ngedate sama Galuh dong," ucap kanya yang membuat Rizki semakin bingung dengan topik pembicaraan mereka.

Rani hanya menggelengkan kepalanya, "engga lah, aku mah sportif. Aku mau ganti tantangan buat kamu. Kayaknya double date seru yak, jadi kamu sama ka Rizki. Dan aku tentunya sama kak Galuh," ucapnya malas di akhir kalimat.

Kanya semakin menganga lebar, Rizki yang bingung dengan pembicaraan mereka terdiam sejenak. "Aku sama Rizki?" Kanya tak percaya dan mendapat anggukan oleh Rani.

"Oke sabtu ini yakk, jangan lupa jam 7 malam di kafe Tulip. Udah baikan belum? Kita mau cari buku yang kemarin belum ketemu kan?"

"Jangan dulu ran, bawa pulang Kanya aja. Suruh istirahat jangan bandel. Jangan di takut-takutin lagi, besok pulang sekolah kita cari bukunya gua temenin," sela Rizki.

Rani hormat kepada Rizki, menyiratkan komandan yang siap melakukan tugasnya sebagai prajurit dan dengan cepat melesat keluar.

"Tadi maksud ngedate apa sih?" Rizki terus menatap Kanya mencari sebuah jawaban, "itu lho truth or dare permainan yang memakan banyak korban," ucapnya seraya mengelus-elus luka Rizki.

"Dan korbannya aku? Yah masa ngedate gara-gara tantangan sih," ucap Rizki lemas seraya memalingkan pandangannya dari wajah Kanya yang tertawa geli.

Rizki langsung menatapnya kembali dan sedikit mengerutkan dahi.

"Jadi Riki kode? Maunya serius ngedate sama akuh," ucap Kanya dengan nada sok gaul, seketika mereka saling meledek.

🐤

Sudah lebih sepuluh kali Kanya melirik Rizki yang berjalan sejajar dengannya. Sementara laki-laki itu fokus berjalan tanpa sadar dengan kegiatan yang entah sejak kapan dilakukan oleh Kanya.

"Dilla?"

Kanya menghentikan langkahnya, "mungkin aku bukan satu-satunya yang pernah ada." senyum tersimpul dengan sangat terpaksa ketika matanya melihat titik jatuhnya pandangan Rizki.

Rizki melangkah menjauhi Kanya, matanya tak lepas dari wanita yang baru saja dia sebut namanya dengan sedikit berlari. Kanya tertinggal,
Jauh
Dan semakin jauh
Hingga hanya air mata yang kini menetes tak jauh dari sepatunya.

"Aku tau rik, aku bukan satu-satunya. Mungkin, kita tidak akan pernah menjadi kita."

Kanya melepaskan kalung yang melilit lehernya yang jenjang, memandangnya sekejap seraya berjalan keluar dari mall yang baru saja dia kunjungi.

Drrttt ... Drttt
Gadgetnya bergetar berkali-kali, namun Kanya tak mengangkatnya. Entah mengapa Kanya bisa langsung menyimpulkan bahwa Rizki tidak menganggapnya.

"Bunda. Aku benci cinta! Aku benci dia yang ku cinta, aku benci mencinta! Aaaaaaaa," teriak Kanya yang berhasil membuat orang yang berlalu lalang disana melihat ke arahnya.

🐤

Happy reading
[Chapter 29]👉

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang