4. [Kelam]

500 182 13
                                    


"Disini sangat nyaman,
Disini sangat menyenangkan,
Didesa ini, iya ditempat ini
Tempat yang jauh dari keramaian Tempat aku dan Riki lahir."

"Kanyaa, kay." terlihat dari kejauhan datang seorang anak laki-laki.

"Riki? Ada apa lari-lari, kaya di kejar setan gitu?"

"Kay ayo ikut aku," ajak anak laki-laki itu.

"Kemana sih? Aku disini aja ah, mau liat pemandangan."

"Ikut ayo." Riki berusaha mengajak Kanya dengan menarik-narik tangannya.

"Kemana sih, gamau!" melepaskan pegangan Riki dan mengungkapkan ekspresi kemarahannya.

"Yah Kanya, jangan marah dong kan aku cuma mau nunjukin sesuatu." kali ini Riki yang menunjukkan ekspresi penyesalannya karna menarik-narik Kanya.

"Yaudah ayo, kita kemana nih?" mengajak Riki sambil berdiri.

"Kesana kay." menunjukkan ke suatu arah.

"Mana sih? Aku tidak melihat apa-apa." sambil terus melihat ke arah yang ditunjukkan Riki.

"Yaudah ayo ikut aku aja." Riki langsung menarik tangan Kanya.

"Ih Riki mau kemana sih?" mencari tau dia akan dibawa kemana.

"Kay jangan berisik, sekarang tutup mata kamu."

"Harus banget ki?"

"Kanya ayo lah." menunjukkan ekspresi datarnya

"Iya okay, sudah." menutup kedua matanya

"Sekarang aku tuntun, kamu tinggal ngikutin aku yah." mengarahkan kanya

"Oke pak boss."

Riki menuntun Kanya, dengan posisi mata Kanya yang tertutup, sepertinya Riki ingin memberikan suatu hal yang membuat kanya senang.

"Sebelum aku buka, kamu pernah bilang pengen banget punya apa?"

"Rumah pohon."

"Buat siapa?

"Aku sama kamu kalo nanti kita udah dewasa."

"Buka mata kamu sekarang, dan ... Permintaan mu terkabul nona, taaraa ... " menunjukkan rumah pohon yang diberikan banyak hiasan serba warna biru kesukaan Kanya.

"Riki? Ini rumah pohon buat kita? Tapi kan kita masih kecil, aku kan maunya pas udah dewasa." menunjukkan kekecewaannya.

"Maaf kay, aku fikir kamu menginginkannya cepat tercapai." kali ini Riki yang memasang wajah penyesalan.

"Hahhaa ... haha, ya ampun Riki aku bercanda, kamu tuh semuanya di seriusin banget sih." mencubit pipi Riki.

"Kanya jadi kamu ngerjain aku?" memperlihatkan wajah marahnya.

"Eh mau ngapain ... Eh riki." mencoba menghindar

"Kamu ngerjain aku kan jadi sekarang aku yang ngerjain kamu."

"Coba aja kalo bisa, wlee." meledek Riki dan langsung berlari berharap Riki tidak dapat menangkapnya.

"Liat aku pasti bisa nangkap kamu kay." mengejar Kanya.

Mereka berlari-larian disekitar rumah pohon itu, mereka memang telah berteman sejak kecil bahkan bisa dibilang sejak lahir.

"Stop kay, huhh uhh huh cape nih, duduk dulu."

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang