29. [Dilla Kembali]

13 2 0
                                    


'Dia dilla, iya Dilla. Sejak kapan dia ada di Jakarta?'

Aku memutar balikan kepalaku, baru saja aku melihat dia dan itu tidak mungkin salah. Tapi mengapa tidak kutemui dia di sisi mana pun, aku harus menemui dia, aku belum sempat meminta maaf saat dia meninggalkan Jakarta.

Aku telah mengecewakan dia, aku bodoh memupuk harapan pada dirinya. Tapi aku tak bermaksud seperti itu, karna aku hanya mencintai Kanya, tak ada yang bisa menggantikan posisinya di hatiku, hanya Kanya.

"Kanya?" aku membalikkan tubuhku.

Astaga, aku sudah jauh meninggalkan wanitaku hanya karna mengejar Dilla yang entah kemana perginya, aku harus menghampiri Kanya sekarang.

"Kanya? Kamu dimana?"

Aku rasa dia sedang bersembunyi, dia selalu saja terlihat lucu dimataku.

Tapi dimana dia? Sudah hampir 15 menit tapi dia tidak keluar juga. Pikiranku segera memutar, mungkin dia menghampiri Rani dan Galuh lebih dulu karna aku meninggalkannya.

Kini derap kakiku menuju ke arah cafe tempat kami akan berkumpul,

Sebentar

Dari luar tidak ku lihat sosok Kanya, hanya Rani, Reno dan Galuh. Aku segera menghampiri mereka.

"Ran, Kanya mana?"

Rani menggeleng tak menjawab.

"Bukannya sama lu riz? Kenapa nanya ke cewe gua," sanggah Reno.

Aku mendelik kesal, kemana Kanya. Tidak mungkin jika dia hilang di tempat ini.

"Ran coba telfon, gua dari tadi telfon ga diangkat."

Ku lihat Rani mengeluarkan gadgetnya dan menekan kontak Kanya, semoga diangkat doa kecilku.

"Ga diangkat kak,"

Nihil

"Yaudah gua balik duluan ya, mau nyari Kanya."

Ku lihat mereka mengangguk, segera aku melesat keluar, berharap aku bisa menemukan Kanya dengan cepat.

🐤

"Oke ren makasih infonya." Ali menutup gadgetnya, "makasih Dilla, sekarang waktunya gua yang beraksi."

Ali merapihkan bajunya, melangkah menuju seseorang yang duduk sendirian ditaman sejak setengah jam yang lalu.

Ali duduk disebelahnya, mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya pada Kanya tanpa mengatakan sepatah kata. Namun Kanya tidak mengambilnya, hanya melirik ke arah Ali sekejap.

Ali pasrah, "yaudah kalau gamau, lagian sok-sokan jatuh cinta," cibirnya seraya memasukkan kembali sapu tangannya.

"Tau apa lu tentang gua!" Kanya menatap tajam ke arah Ali.

"Satu RT sini juga tau, lu tadi teriak-teriak tentang cinta. Gausah sok tegar gitu lah, tadi aja nangis-nangis ga jelas."

Kanya terlihat semakin kesal, "Aliii lu itu ya! Ngeselin pake banget! Sini kepala lu biar gua pites." Kanya menarik rambut Ali, namun ali segera menghindar.

"Gitu dong, senyum. Cantik."

"Apaan sih lu." Kanya melepaskan tangannya dari rambut Ali. "Udah ah gua mau pulang."

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang