Bersikap Jantan

1.5K 195 26
                                    


🌜Pelampiasan Ane🌛

Naruto menghabiskan jus jeruk yang dipesannya di coffe shop seberang rumah sakit, sementara Shikamaru mengisap berbatang – batang rokok.

"Nenek segalanya bagiku. Dia dan kakek yang mengasuhku saat Papa bertugas ke pelosok Okinawa dan Mama menyusul, aku masih SD dan Kyuubi SMA. Kyuubi mungkin sudah kenyang kasih sayang Mama dan Papa, tapi aku masih sangat kurang. Dia juga sangat berperan mendamaikan Papa dan Mama yang hampir bercerai. Berkas gugatan sudah di pengadilan dan akhirnya dicabut. Itu karena Nenek."

Tanpa sadar Naruto memilin – milin ujung kemejanya sampai kusut. Sekusut wajahnya. "Dia sangat keras hati. Kekerasan hatinya itu yang menyelamatkan keluargaku." Naruto menatap Shikamaru. "Dan aku nyaris bikin dia mati lebih cepat, Shika."

"Tapi beliau kan sudah sakit."

"Dan aku membuatnya tambah parah!"

"Maksudku, belum tentu kamu."

"Pasti aku!" Naruto menyela. "Ada dua hal yang membuatnya sanggup bertahan hidup dengan penyakit aterosklerosis* yang diidapnya sejak lama, yaitu kakek dan aku. Kakek sudah tidak ada, sekarang tinggal aku."

*Flek yang menyebabkan penyempitan atau sumbatan di arteri – arteri tubuh, umumnya menyerang arteri – arteri utama. Beberapa penyakit yang disebabkan ateroskleresis adalah penyakit jantung koroner dan stroke.

Naruto menunduk lesu. "Aku sudah bikin Tsunade tersakiti."

"Kamu juga bikin hatiku tersakiti," sela Shikamaru luar biasa kesal.

"Iya, aku bikin hati semua orang tersakiti. Aku memang kacau." suara Naruto nyaris hilang ditelan perasaan tertekan.

"Lalu apa selanjutnya?" Shikamaru menarik nafas panjang sebelum kembali melempar pandang kedepan.

🌜Pelampiasan Ane🌛

Sasuke meraih ponselnya yang bergetar. Naruto calling. 

"Keluarlah, aku ada di luar."

Dengan sedikit heran, Sasuke melangkahkan kakinya keluar rumah. Disana, ia mendapati Naruto berdiri bersandar pada pintu mobil, kedua tangannya merapatkan jaket. Alisnya naik. "Hmm. Kamu tinggal dalam rumah berantakan begitu?"

Sasuke tertawa hambar. "Di dalam tidak begitu berantakan kok. Ada apa malam – malam kemari? Dan... bagaimana keadaan nenek?"

Naruto membuka pintu mobil. "Kita cari tempat duduk."

"Di dalam mobil?" Sasuke keheranan.

 "Ikut saja dulu."

Mereka sampai di sebuah kafe dekat kontrakan Sasuke, memilih spot meja dan  duduk berhadapan. Naruto menceritakan semua yang terjadi siang tadi, termasuk keputusan besar yang diambilnya. Keputusan yang membuat Sasuke tercengang, namun telah ia duga.

"Naru, itu, aku tak tahu harus menanggapi apa."

"Mungkin bagi Nenek, lebih baik mati daripada hidup dengan kehormatan tercoreng." Naruto menghela napas. "Mengapa kehormatan hanya dilihat dari sisi itu dengan harga mati?"

"Nar, kalau itu konsekuensi yang harus kita tanggung, aku tidak bisa berbuat apa – apa lagi."

Naruto mendesah. "Bukannya mempermainkan arti perkawinan, tapi mempertaruhkan masa depan kita seperti ini saja sudah sangat berat. Aku tidak sanggup kalau menjalani perkawinan secara beneran.."

"Maksudmu?" tanya Sasuke.

Naruto merapikan posisi sesaat. "Aku sudah mikirin ini baik – baik. Kita nikah di hadapan Nenek, tapi kita tetap berteman."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Room)MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang