xxxviii. ditembak

2.1K 97 23
                                    

JIHAN

"Adiiiiiii!!! Buru ke sini!" Aku berteriak dengan geram. Yang dipanggil langsung berlari dengan tergesa ke arahku.

"Mana daftar pemenangnya?" Tanyaku dengan galak. Adi berdiri dengan wajah paniknya mengambil lembaran-lembaran kertas dari tasnya.

"Maaf dong, Han. Jangan marah-marah gitu, gue kan jadi panik." Protesnya berusaha keras menutupi kepanikannya.

Aku sudah akan tertawa kalau tidak ingat harus jaga image. "Yaudah buru bacain sana, gue udah capek banget."

Aku meninggalkan Adi di belakang panggung setelah berhasil memaksanya naik ke atas untuk membacakan hasil pemenang lomba-lomba classmeeting.

Aku pergi ke tenda panitia tidak jauh dari sana. Memperhatikan Argi yang sedang bersantai seperti biasa di salah satu kursi, kerjanya hanya melihat dan berkomentar tiap menurutnya ada kekurangan. Tanpa mau repot menyapanya lagi, aku mengambil duduk di sisi kosong sebelahnya. Beberapa anak BPH yang sedang kelelahan juga ada di sana.

Sebotol air mineral dingin tersodor di depan wajahku. "Makasih." Kataku senang.

Argi melipat dahinya. "Saya minta tolong, bukain tutupnya dong."

"Dih, sialan." Kataku kaget bercampur kesal. "Buka aja sendiri!"

Dia tertawa puas. "Bercanda. Ambil nih."

Dengan sok malas aku mengambil botol itu dan meminumnya.

"Gimana hasil rapornya?" Tanyanya lembut.

"Nggak terlau bagus sih, tapi gak ada yang diremedial juga." Jawabku sekenanya.

Dia hanya mengangguk. "Saya mau ketemu ibu kamu, dia udah pulang apa mampir keliling bazar?" Bisiknya.

Aku mengangkat bahu karena memang tidak tahu. Mama hanya memperlihatkan nilai raporku sebentar, lalu kami berpisah lagi karena aku juga sedang bertugas. Mama sebenarnya tipe ibu-ibu yang senang kalau ada acara seperti ini, jadi tidak mungkin kalau langsung pulang tanpa mampir.

"Juara pertama lomba pentas seni diraih oleh... siapa ya? Udah punya tebakan sendiri kan?" Suara Adi mulai memainkan suasana. Riuh banyak suara dari penonton yang meneriaki nama-nama yang menurut mereka pantas jadi pemenangnya.

Sebenarnya aku tidak tahu siapa yang menang karena itu murni hasil keputuaan juri, aku bahkan belum menyontek hasil pemenangnya dari Adi tadi.

"Ya... pastinya Aditya Herman kelas XI IPS 3!" Lanjut Adi diikuti suara riuh tepuk tangan dan ucapan selamat dari penonton.

Yang aku ingat, si Aditya ini bernyanyi dengan gitarnya kemarin. Tapi aku tidak terlalu memperhatikan suaranya.

"Buat Adit bisa tetap di sini untuk menghibur kita lagi?" Tanya Adi sesaat setelah acara penyerahan piala dan hadiah kepada para pemenang lomba selesai.

Adit mengangguk dari atas panggung sana. "Bisa, tapi saya mau ajak teman buat bantu nyanyi di sini."

"Oh, boleh kok. Siapa? Silahkan dipanggil."

"Gema!" Kata Adit di depan mic. Sebuah nama yang langsung membuat riuh penonton semakin meriah, beberapa sampai ada yang histeris.

Aduh, aku merasa beruntung bisa jadi temannya cowok terkenal di sekolah. Tanpa sadar aku tersenyum dan bertepuk tangan dengan semangat yang sama seperti yang lain.

"Cie semangat banget tepuk tangannya." Bisik Argi.

Aku diam pura-pura tidak dengar karena dia akan mulai mengoceh yang tidak-tidak kalau aku tanggapi.

Gema dengan gantengnya naik ke atas panggung. Meraih mic yang diberi Adi lalu mulai mempersiapkan lagu bersama Aditya yang sudah siap dengan gitarnya.

Saat nada pertama dimulai, mataku bertatap dengan mata milik Gema. Entah sengaja atau tidak, yang jelas aku tersenyum membalas tatapannya.

I found a love for me
Darling, just dive right in and follow my lead
Well, I found a girl, beautiful and sweet
Oh, I never knew you were the someone waiting for me

Wow. Aku rasa semua orang di sini juga setuju buat bilang kalau suaranya bagus. Banget. Bahkan sepeertinya dia yang lebih pantas jadi juara pertama lomba pensi. Tapi sayangnya, entah kenapa dia kemarin tidak ikut mendaftarkan diri.

'Cause we were just kids when we fell in love
Not knowing what it was
I will not give you up this time
But darling, just kiss me slow
Your heart is all I own
And in your eyes you're holding mine

Baby, I'm dancing in the dark
With you between my arms
Barefoot on the grass
Listening to our favourite song
When you said you looked a mess
I whispered underneath my breath
But you heard it,
Darling, you look perfect tonight

Tepukan tangan dan siulan terdengar di mana-mana setelah Aditya juga ikut bernyanyi sambil tetap memetik gitarnya. Wah gila, aku juga meleleh nontonnya.

"Suaranya bagus." Komentar Argi, dia ikut berdiri bersamaku karena pemandangan ke arah panggung sudah terhalang banyak orang yang tiba-tiba berebut ingin menonton dari dekat.

"Bagus banget." Tambahku sama terpesonanya dengan yang lain melihat penampilan duo cogan di sana.

Well, I found a woman, stronger than anyone I know
She shares my dreams, I hope that someday I'll share her home
I found a love to carry more than just my secrets
To carry love, to carry children of our own

Tiba-tiba Gema turun dari atas panggung, membelah kerumunan penonton dan entah hanya perasaanku saja atau dia memang berjalan menuju tenda panitia.

Sebagian penonton yang tentunya didominasi perempuan baik itu murid maupun para ibu-ibu wali murid mulai histeris, sebagian lagi bengong berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, termasuk aku. Karena Gema berjalannya ke arahku, semakin mendekat dan menatap lurus ke mataku.

We are still kids but we're so in love
Fighting against all odds
I know we'll be alright this time
Darling, just hold my hand
Be my girl, I'll be your man
I see my future in your eyes

Kalau punya jurus menghilang, aku akan menggunakannya dan memilih hilang masuk ke dalam bumi paling dalam atau kemana pun asal semua tatapan itu beralih ke arah lain selain ke arahku.

Gema benar-benar menghampiriku, bahkan mulai menarik tanganku untuk digenggamnya dengan lembut. Aku deg-degan setengah mati, rasanya dadaku sampai sakit karena detakannya sangat berlebihan. Ya coba tanya, siapa yang tidak akan semaput kalau tiba-tiba ada cowok ganteng yang datang sambil nyanyi lalu pegang tangan seenaknya.

Baby, I'm dancing in the dark
With you between my arms
Barefoot on the grass
Listening to our favourite song
When I saw you in that dress
Looking so beautiful
I don't deserve this
Darling, you look perfect today

Dengan begitu lagu selesai, tapi Aditya masih setia memetik senar gitarnya dari atas panggung sana. Menciptakan suasana yang berkali-kali lipat tambah syahdu meskipun terik matahari menyengat dengan tajam. Gema menatapku, memaksaku menatapnya balik. Aku yang sudah gemetar karena genggamannya di tanganku sejak tadi merasa tidak sanggup, jadi aku kembali menunduk.

Sumpah, aku bukannya baper. Oke lah, baper sedikit. Tapi aku jelas paham apa yang akan Gema lakukan selanjutnya. Aku gerogi dan sangat teramat malu sekarang, seakan semua orang menontonku yang sedang berlaga dalam drama. Otakku mulai memikirkan seribu satu akal untuk mengakhiri ini semua. Tapi bagaimana!?

"Meskipun secara pasif kamu nolak aku, aku perlu tau jawaban jelas kamu secara aktif. Dengan aku yang penuh keringat dingin dan gemetar kayak sekarang, kamu mau jadi pacar aku?"

Boom. Kalimat-kalimat Gema sukses membuat kepalaku terasa berat juga jantung yang terasa lelah karena terus berdetak tidak normal. Bahkan keberadaan Argi hampir tidak terpikirkan olehku.

Mati aja lah.

Gercep lah si Gema.
Btw, chapter ini dibacksound-in(?) Oleh Perfect by Ed Sheeran.

OSIS in LOVEWhere stories live. Discover now