xxxvi. bunglon

2.1K 112 4
                                    

Vote dulu bisa kali :3

- - - - - - - - - - - - -

JIHAN

"Semangat ulangannya, Jihan."

Aku menahan senyum dengan menggigit bibirku sendiri sejak tadi, karena ingat bagaimana Argi mengusap lembut ujung kepalaku sambil tersenyum. Hal itu terjadi pagi sekali, hanya ada beberapa anak rajin yang sudah sampai di sekolah. Setelah rapat aneh beberapa waktu lalu, kami memang jadi lebih dekat dari sebelumnya. Maksudku, jadi lebih terbuka satu sama lain. Tapi bukan berarti kami sudah berani menunjukkan perasaan ke orang banyak. Argi masih menyuruhku waspada dan tetap sabar untuk tidak baper kalau di sekolah.

Ya maka dari itu, cuma sesekali Argi mengantarku ke sekolah atau ke rumah. Itu juga harus pagi sekali atau siang sekali untuk menghindari kecurigaan siswa lain, terutama anak BPHOsis.

Sabar dan sabar. Semua akan indah pada waktunya, kalau belum indah berarti belum waktunya. Hiks.

"Mau beli apa, Mbak? Biar dipesenin sekalian." Fiya dengan baik hati menawarkan diri untuk memesankan makananku. Tumben.

Aku nyengir kuda. "Siomay, pakai bumbunya aja."

Aku lapar dan kehabisan energi setelah menghadapi kimia tadi jadi energiku harus diisi lagi untuk menghadapi ekonomi setelah jam istirahat. Sabar, ini yang terakhir sebelum--finally, bisa free juga.

"Bangun dan beli minum sendiri." Ujarnya. Aku merengut sebal karena sudah dalam posisi nyaman di meja kantin.

"Nih." Aku mendongak saat seseorang menyodorkan sebotol air mineral.

"Eh, si ganteng." Kataku agak kaget Gema bisa tahu yang aku butuhkan sekarang.

"Bisa banget ngalusnya. Ini ambil, gratis."

"Hehehe, makasih ya." Kataku mengambil botol itu dari tangannya.

Gema duduk di hadapanku. "Gimana ulangannya tadi?"

"B aja." Jawabku santai.

Haha, sialan. Aslinya kepala gue mau pecah aja, bang.

"Beda aja si cerdas." Gema terkekeh.

"Ehm. Pantes pada heboh, ternyata ada pangeran yang lagi nyamperin pemulung." Celoteh Fiya yang datang membawa dua piring siomay.

Dan benar saja, setelah melihat sekeliling ternyata banyak yang melirik ke arah meja kami dengan mulut komat-kamit entah mengumpat atau apa.

Gema tertawa. "Yaudah, aku pergi ya."

"Oke. Makasih minumnya ya, Kak." Kataku yang dibalas dengan acungan ibu jari dan senyum.

"Sadis lo, Han. Nanti kalau lo kecantol sama dia, Kang Argi gimana?" Bisik Fiya.

Fiya tahu tentang sikap pendekatan Gema padaku dan dia lah orang yang paling ribet dengan hal itu. Fiya bilang kejam hukumnya PHP-in cowok ganteng. Padahal aku tidak ada niat PHP sama Gema, aku rasa Gema juga tahu sikap penolakanku karena aku juga sudah sering mengatakan secara terang-terangan kalau aku tidak ada rasa padanya saat dia memberi perhatian lebih padaku--meskipun dia belum mengakui maksudnya, aku sudah kepedean. Jadi aku anggap dia dan aku sedang berteman baik saat ini.

OSIS in LOVEWhere stories live. Discover now