xxiii. the action

2.5K 171 6
                                    

JIHAN

Tebak sudah berapa hari aku menjauhi Argi? Tiga hari!

Terserah mau bilang apa. Ini jelas-jelas susah payah aku lakukan karena entah kenapa dia selalu ada di sekitarku saat di sekolah, terlebih selalu ada setan dalam diriku yang menghasut saat aku melihat Argi.

"Cepet cari perhatian dia! Biar dia kepo kenapa lo ngejauhin dia!"

Ya, begitulah kira-kira teriakan mereka. Padahal bukan itu maksud dari aksiku belakangan ini. Sebenarnya aku berharap bisa melakukan aksi ini selamanya, atau setidaknya sampai lulus sekolah.

"Mungkin sekarang ini baru gue yang sadar, tapi entah besok siapa lagi. Gue gak berani tegur kang Argi lah, apa lagi nyuruh supaya jauhin lo. Orang jatuh cinta itu susah di tebak, tapi sampai saatnya nanti orang lain sadar kalau kalian deket, nama baik Kang Argi yang bakalan jatuh." Kata Yusuf waktu itu.

Setelah pembicaraan terakhirku dengan Yusuf tiga hari lalu, aku memilih aksi menjauh ini untuk kebaikan semua pihak. Bukan karena aku terlalu percaya diri Argi menyukaiku-seperti yang Yusuf bilang. Tapi lebih karena aku takut aku yang semakin menyukainya akan menyusahkannya nanti.

Meskipun aku memikirkan banyak hal ketika Yusuf mengatakannya, seperti... bisa saja kan itu hanya akal-akalanya untuk menakutiku?

Aku sudah cerita pada Fiya soal ini. Dia malah menyebutku pengecut karena takut pada omong kosong mantan. Menyebalkan.

From : Kang Argi
Tadi siang kamu kemana? Giliran ada hal penting malah gak ikut rapat.

Aku menepuk jidat. Lupa kalau harus mengembalikan flashdisk milik Kang Argi hari ini. Dulu rencananya akan aku kasih saat rapat, tapi itu kan sebelum aksi ini ku lakukan. Terlebih aku juga tidak meminta izin atau alasan untuk absen rapat hari ini.

To : Kang Argi
Besok saya titip ke Kang Judan flashdisknya.

From : Kang Argi
Kenapa gak langsung kasih ke saya aja? Kamu lagi jauhin saya ya? Kayaknya kita perlu bicara.

Ogahhhhh!

To : Kang Argi
Nggak mau, Kang. Biar besok saya titip Kang Judan aja >< wassalam!

.

"Boleh akang tau kenapa?" Tanya Judan sesaat setelah aku memberi flashdisk milik Argi.

Aku menatapnya dan Fiya sebal, "halah, Fiya pasti udah cerita. Dia kan ember."

Fiya menarik pipiku dengan kasar, "itu mulut seenaknya aja nuduh orang."

"Kamu beneran suka sama Argi?" Tanya Judan lagi.

"Tuh kan! Ih dasar comeeeeeel!" Kataku kesal, gantian nencubit gemas pipi Fiya.

Judan berdecak kesal, "udah dong!"

Aku dan Fiya diam. Melanjutkan perang lewat mata.

"Sekarang kalian pulang aja sana, lanjutin berantemnya di luar sekolah."

"Yaudah bilang aku izin mau ada acara ya." Kataku tersenyum manis.

Judan mengangguk malas kemudian tersenyum menatap Fiya, "kamu hati-hati ya, bee."

Aku mengernyit jijik mendengarnya, "bi? Babi?" Tanyaku setelah Judan pergi.

"Sirik aja lo jomblo." Balasnya dengan nada yang benar-benar sombong!

"FIYAAAAA! TEGA LO YA MERUBAH NASIB TANPA GUEEEE..." teriakku saat sadar dia sudah berlari duluan.


Note :
Seneng banget liat makin banyak yang liat sama nge-vote >< makasih yaaaa terutama yang udah mau luangin waktu sedetiknya buat nge-vote T_T juga maaf karena aku sadar masih banyak banget yang kurang dari cerita ini tapi aku bakalan terus gali lagi kemampuan dalam menulis.<3

OSIS in LOVEWhere stories live. Discover now