v. Yang lalu (2)

4.5K 219 0
                                    

JIHAN

"Jihannnnnnnn!"

Aku tersedak minumanku sendiri saat mendengar teriakan yang sangat familiar itu.

Sue banget sih ini orang.

minuman yang masih tersisa banyak itu kubuang--dengan sedikit gak ikhlas ke tong sampah. Sayang banget 'kan, hiks

Aku berlari menuju ruang osis, tempat suara yang sudah bagai lolongan serigala itu berasal.

"Alah! Anj--"

"Aduduh sorry sorry, gak sengaja. Maaf" kataku ngeri.

Tapi setelah tau siapa yang tadi telapak tangannya ku injak saat berlari, aku langsung merubah ekspresiku menjadi datar.

"Sengaja 'kan?" tanyanya sinis.

"Idih, kok nyolot sih. 'Kan udah minta maaf, lagian kurang kerjaan banget gue. Siapa suruh naruh tangan depan pintu, tempat juga masih lega kenapa duduk dipinggiran coba?" sergahku masih nyantai.

"Elo yang nyolot. Gue ngomong satu kata lo balesnya nyerbu."

"Jihan," aku menoleh saat Judan memanggilku. Menghentikanku yang hendak membalas perkataan tajamnya.

Judan dan yang lainnya ternyata asik menonton adu mulut kecil tadi.

"Dipanggil Argi tuh, kok malah berantem?"

"Dia nginjek tangan saya, kang" kata cowok yang masih duduk dilantai sambil megangin tangan kanannya itu.

"Gak sengaja!"

"Dia gak sengaja, Yusuf" Judan membelaku.

Aku tersenyum senang, walaupun dalam hati teriris melihat tatapan kebenciannya padaku.

"Udah sana samperin Argi, kalo dia ngamuk hancur ini basecamp." lanjut Judan.

Aku mengangguk dan melanjutkan jalanku menuju ke dalam basecamp.

***

Yusuf tiba-tiba muncul dan menarik tanganku menuju belakang parkiran sekolah. Fiya yang teriak protespun dia hiraukan.

"Please, Han." katanya memelas.

"Apaan deh" balasku heran menarik tanganku kembali.

"Jangan kayak gini, kita udah gak mungkin bisa bareng lagi."

Aku tersentak mendengar ucapannya.

Sialan.

"Ya ampun, jadi karena kejadian tadi? Gue 'kan udah bilang kalo itu
gak sengaja--"

"Jihan,"

"Heh, Ucup. Lo udah denger pernyataan gue yang waktu itu. Gue-udah-nyerah!" sentakku benar-benar kesal.

"Gue bakalan pegang omongan gue, ok? Gue gak ada maksud buat ngusik hidup lo lagi karena adanya gue. Gue juga gak sejahat itu bikin lo menderita, jadi berhenti sinis sama gue dan bersikap seolah-olah gue masih ngejar lo, itu nyakitin!" lanjutku dan pergi begitu saja.

Fiya sudah tidak terkejut melihatku penuh air mata. Dia setia mendengarkan semua kesalku dan mengantarku pulang dengan selamat.

Yusuf itu memang brengsek. Cuma itu yang bisa mendeskripsikan pandanganku padanya sekarang.

Cuma bisa nyesel dulu pernah yang namanya 'sayang banget' sama dia. Cih, apaan.

Dia cuma cowok sialan yang punya hidung mancung, bulu mata lentik, bersih, perfect jawline, tinggi, hitam manis, humoris, dan sok roman--dia sialan.

Ting!

Yusuf abd
Maaf, Jihan

Just read.

Delete contact.

Bye-bye yang sudah lalu.

***

"Gue...nyesel, Fiy"

"Najis, Han"

"Fiya, ih!" aku menarik pipinya gemas.

"Ya siapa suruh nge-dc?"

"Gue 'kan mau move on-nya lancar. Gak kayak lo" jawabku.

"Gak usah nyesel,"

"Lo juga dc Dodo dong, Fiy" ajakku.

"Ngehasut? Ogah deh, lagian udah gak ada rasa kok, gak penting didelete atau nggaknya."

"Masa?" godaku.

Fiya mengangguk, tetap fokus dengan ponselnya.

"Kemarin Dodo nanyain lo,"

"Bodo" balasnya cuek

"Dia bilang kalo dia gengsi nge-greet lo duluan,"

"Ya gak usah gengsilah, lebay banget tuh anak"

"Tuh 'kannnn!" teriakky histeris.

"Berisik! Udah sana, katanya mau rapat? Gue tunggu di koperasi"

"Weleh, merah tuh pipinya.." aku semakin gencar menggodanya yang semakin salah tingkah.

Duh lucunya titisan Nyi Roro Kidul ini. Ckck

"Ontaaaa!" geramnya frustasi.

Aku langsung berlari meninggalkannya yang sudah mengambil ancang-ancang memungut kerikil.

***

What the hell.

Argi mutados.

Dengan tampang sok gantengnya itu dia dengan santai memberitahuku bahwa aku ditetapkan menjadi MC untuk minggu depan di acara classmeeting.

Dia itu mau ngeledek atau apa sebenarnya?

Note:
Langsung dua lagi 'kan. Vomment dong, hiks

OSIS in LOVEWhere stories live. Discover now