xxxvii. classmeeting

2.1K 98 11
                                    

ARGI

09.54 pm

To : Jihan BPHOsis
Jadi Yusuf itu mantan km?

From : Jihan BPHOsis
Iya tidak yaaaaa

To : Jihan BPHOsis
Sy serius.

From : Jihan BPHOsis
Mau lah di seriusin

To : Jihan BPHOsis
Perasaan sy buat km gk pernah bercanda

From : Jihan BPHOsis
Uwwww tegas sekali mas

To : Jihan BPHOsis
Jadi?

From : Jihan BPHOsis
Jadi tambah benci sama kamu

To : Jihan BPHOsis
Kok?

From : Jihan BPHOsis
Tau ah, lemot bgt

To : Jihan BPHOsis
Sy kan tanya soal Yusuf, knp gk dijwb? Km msh suka sm dia?

From : Jihan BPHOsis
Dih apa. Nggak.

To : Jihan BPHOsis
Trs?

From : Jihan BPHOsis
Nggak boleh bahas masa lalu

To : Jihan BPHOsis
Knp gak pernah kasih tau sy?

From : Jihan BPHOsis
Nanti ribet kayak skrg, gak penting juga lagian

To : Jihan BPHOsis
Tapi sy mau tau

From : Jihan BPHOsis
Night Kang👋

.

Aku mendengus saat melihat Jihan keluar dari rumahnya dan mengingat pertanyaanku yang diabaikan olehnya semalam.

"Ayo, berangkat." Kalimat pertamanya padaku hari ini.

Meskipun merasa kesal, tak urung aku tersenyum. Melihatnya di pagi hari adalah hal favoritku belakangan ini. Memang masih cukup pagi sekali untuk bisa berangkat bersama Jihan tanpa dicurigai.

"Kamu udah sarapan?" Tanyaku tanpa menoleh ke belakang.

"Udah. Kang Argi gimana?" Tanyanya balik sengaja bicara agak kencang karena angin pagi yang cukup bising.

Aku menggeleng.

Saat sampai di parkiran, Jihan mengambil sebuah tempat makan dan menyodorkannya padaku.

"Sarapan dulu." Katanya datar.

Aku tersenyum girang--in the cool way tentunya. "Apa ini?"

"Nasi goreng. Kebetulan tadi Mama suruh bawa."

"Terus kamu gimana?"

"Nggak apa-apa. Mau diet." Dia nyengir hingga matanya membentuk satu garis lurus.

Dengan gemas aku mencubit pipinya yang memang gempil itu. "Dietnya cewek itu omong kosong." Dia meringis memegangi tanganku yang masih berada di pipinya. "Nanti kita makan siang bareng."

"Ya, terserah. Tapi itu dimakan dulu buat sarapan. Jangan sampai ada kejadian ketos pingsan." Cibirnya masih mengusap pipi yang sudah memerah. Bahkan keduanya. Entah karena cubitanku atau itu reaksi yang biasa terjadi ketika dia tersipu.

"Kamu cantik." Gumamku.

"Hah?"

Aku tidak menanggapinya dan memilih pergi meninggalkannya dengan pipi yang semakin merah itu sebelum banyak siswa lain yang datang.

OSIS in LOVEWhere stories live. Discover now