"Iya sama sama. Kan emang gunanya aku di sini buat jadi pendukung, dan tameng pelindung kamu" ucapnya lembut seraya mengecup puncak kepalaku.
Uhh... kelakuannya itu loh selalu saja membuat hatiku berdesir dan gugup.

"Hehe iya iya. Tapi inget loh janji kamu. Gak akan ninggalin aku." Ancamku.

"Iya iya. Siapa juga sih yang mau ninggalin istri secantik kamu" gombalnya kemudian menundukan kepalanya dan mengecup pipiku.
Sontak saja kelakuannya itu membuatku kaget dan merona seketika.

"Iss Riannn. Lo mah paling bisa deh nyuri nyuri kesempatan" kupukul pelan lengan Rian namun seketika tanganku di tangkapanya dan di genggam erat dengan tatapan menatap mataku membuat aku semkin salah tingkah dan malu.

"Beneran Fisa aku gak bakal ninggalin kamu apapun yang terjadi. Rugi amat ninggalin wanita secantik kamu mana pinter masak lagi. Yah walau kadang ngeselin dan bar bar tapi tetep aja sayang kalo di tinggalin" ucapnya santai tapi penuh pujian dan di tambah nada mengejeknya membuatku kesal.
"Apalagi dapet surga dunia plus body yahut kamu mana halal lagi. Uhhh makin betah deh lama lama sama kamu"
Blushh....
Seketika wajahku menjadi merah mendengar apa yang di ucapkan Rian.

"Rian mesum..!!" Ucapku pelan seraya menggetok kepalanya.

"Awww... sakit tau sa. Kamu mah jitaknya gak kira kira" ucapnya dengan bibir di monyongkan.

"Tolong bibir di kondisikan. Udah monyong di monyongin lagi. Udah kayak bebek aja tu bibir" ucapku mengejek.

"Biarin monyong juga kamu hoby" sindirnya membuatku geram dan ingin menjitaknya lagi, namun saat aku ingin menjitaknya sebuah seuara mengintruksi ku untuk menoleh.
Dan itu adalah suster yang memanggil namaku karna giliranku pemeriksaan.

"Siang dok" sapaku sopan saat sudah masuk kedalam ruangan pemeriksaan.

"Siang  oh adek yang waktu itu ya. Silahkan silahkan" jawabnya sopan

"Eh iya dok saya yang waktu itu dokter bilang hamil di luar nikah" jawabku sinis.

"Haha maaf maaf kalau dulu sudah buat adek ini tersinggung. Dan ini ?" Tanya dokter setelah melihat sosok Rian di sampingku tanpa berkedip sedikit pun.
Jelas saja hari ini rian menggunakan kaos dengan jaket dan celana jeans tak lupa dengan sepatu vansnya membuat ia terlihat sangat mempesona di tambah rambut yang di buat acak menambah kadar ketampanannya.

"Suami saya dok" ucapku singkat dan tegas membuat sang dokter salah tingkah dan dan berdehem.

"Oh silahkan duduk."

"Trimakasih dok" ucapku seraya duduk.
Kulihat dokter itu masih sering mencuri pandang ke arah rian sedangkan aku melirik kearah rian dan memberikan tatapan taham. dan rian yang menyadari itupun langsung merapat kearahku dan memeluk pinggangku posesif.
'Good boy. See.. siapa sekarang yang terpaku melihat ketampanan suamiku' ucapku dalam hati.

"Jadi... kapan pemeriksaanya akan di mulai dok" tanya Rian menyadarkan lamunan sang dokter yang sedang menatapnya.

"Ohh maaf. Baiklah kita mulai sekarang pemeriksaanya" ucapnya.
Pemeriksaan pun di mulai dan beberapa serangkaian pemeriksaan di lakukan secara bertahap.
Hingga tak lama kamipun telah selesai, dan kami kembali duduk menghadap sang dokter untuk mendengar penjelasan darinya.

"Baiklah. Janin ibu nafisa alhamdullilah sehat. Tapi jangan melakukan aktifitas yang berat ya bu. Dan jangan terlalu banyak fikiran karna itu dapat berpengaruh pada janin dalam kandungan ibu" jelas sang dokter tersebut dan aku hanya mengangguk kemudian aku teringat sesuatu dan ingin bertanya namjn terpotong karna Rian sidah mendahului ku untuk bertanya.

"Em maaf dok. Emm.. apa masih boleh melakukan itu dok ?" Tanya Rian membuat keningki sedikit mengerut. Maksudnya apa coba bertanya seperti itu. Buat malu aja deh.

"Oh tentu saja pak malah itu semakin bagus karna dapat merangsang perkembangan sang janin. Namun harus hati hati dan lembut" jelas sang dokter sedikit terkekeh dan mengerti akan maksud Rian.
Somtak saja penjelasan dokter mengenai hubungan kami di ranjang membuatku sangat lah malu.
Jelas malu lah itu kan masalah pribadi
Ck.. Rian ini bikin malu aja gak kayak gak ada pertanyaan lain saja.

"Oh ya dok apakah saya harus lebih berhati hati dalam melakukan segala hal. Makksud saya apakah saya harus diam saja dan mengurangi kegiatan sehari hari demi menjaga kebaikan janin saya ?" Tanya ku pada sang dokter. Maklum lah ini adalah kehamilan pertama dan di usia yang sangatlah muda. Aku hanya takut jika terjadi sesuatu pada bayiku.

"Tidak seperti itu juga dek. Kehamilan memang sebuah kondisi yang membuat diri seorang perempuan menjadi begitu rentan. Akan tetapi, ini bukan berarti membuat anda harus merasa kepayahan dengan terus-terusan berbaring di tempat tidur dan tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, kondisi seperti yang anda lakukan dengan hanya berbaring ditempat tidur umumnya akan membuat anda merasa mudah bosan.Tubuh anda pun akan cenderung merasa lemas dan tidak berdaya. Sebaliknya, tetaplah lakukan rutinitas anda seperti biasanya. Hanya saja, batasi beberapa aktivitas yang akan mungkin menguras banyak energi anda. Seperti mungkin mengangkat beban berat, melakukan aktivitas yang teramat melelahkan dan masih banyak lagi, termasuk mengkonsumsi makanan yang dianggap bahaya. Sebab pada dasarnya, bayi dalam kandungan anda akan dapat bertumbuh dan berkembang dengan hanya menyerapnutrisi dan gizi dalam tubuh anda." Penelasan sang dokter mbuatku sedikit mengerti apa yang sebaiknyanku lakukan dan tak boleh di lakukan.
aku hanya menganggukan kepala setiap mendengar setiap penjelasan beliau.
"Aktivitas yang dilakukan selama masa kehamilan adalah hal yang tidak dilarang dilakukan. Hanya saja, batasan memang perlu diberikan untuk menjaga keselamatan tubuh anda dan janin dalam kandungan" lanjutnya membuat ku semakin mengerti untuk menjaga janinku spaya selalu sehat dan terjaga.

"Trimakasih dok karna sudah menjelaskan sedikit mengenai masalah kandungan ku. Saya mengerti sekarang. Sekali lagi terimakasih dok" ucapku tulus.

"Baiklah kalo begitu kami permisi dok." Pamit Rian kepada sanh dokter.

"Em silahkan dan tetap hati hatinya pak menjaga sang istri" ucap sang dokter dengan senyum lebarnya.

"Pasti itu dok." Jawab Rian tegas.

Setelah selesai Kami melangkah meninggalkan ruangan itu
Dan Selama kaki melangkah menyusuri koridor rumah sakit riang selalu memeluku posesif seolah meng-claim aku ini miliknya. Huh dasar cowok batu.

"Yan ngapain sih kamu tadi pake tanyak hal kayak gitu ke dokter. Bikin malu aja" ucapku di tengah tengah koridor rumah sakit.

"Emmm gak papa sih. Cuma takut aja yang kuta lakuin minggu lalu membuat anak kita kenapa napa." Jawabnya.

"Yakin tuh cuma itu aja alasannya ?" Tanyaku tak yakin.

"He'em" jawabnya seraya menganggukan kepala.

"Kok aku gak yakin ya. Kayaknya ada sesuatu di balik pertanyaan kamu itu deh" ucapku masih tak yakin

"Beneran sa cuma itu aja maksud aku. Gak ada yang lain. Suer deh" ucapnya seraya tersenyum lebar.

"Wah kayaknya aku nyium aroma aroma modus nih.  jujur aja daripada gak bakal gua KASIH" ucapku menegaskan kata kasih membuatnya cengengesan dan menggaruk tengkuknya.

"Hehehe kamu mah tauan aja sih sa. Yaudahlah yuk cepetan pulang sebelum malem nanti kamu kecapean lagi" ucapnya mengelak tapi sayang aku ini manusia peka.

"Gak lah biar kemaleman aja sampek rumahnya. Kalo cepet cepet nanti malah malem nya yang tambah capek." Ucapku menggoda Rian. Sebenernya si aku juga lagi kepengen gara gara liat penampilan Rian hari ini.

"Ya kamu mah gituan sihh.. ayolah cepetan pulang keburu malem tau sa" ajaknya lagi.

"Keburu malem apa keburu pengen ?" Sindirku memincingkan mata menatapnya.

"Hehehe tauan aja kamu mah. Yaudah geh ayok keburu pengen nih liat kamu makin berisi aja" ucapnya berbisik di telingaku membuat tubuhku merinding.

"Hmm. Yayaya" ucapku dengan nada malas dan menahan senyumku.

Tak terasa kami pun telah sampai di tempat parkir dan setelah kami masuk Rian pun menjalankan mobilnya hingga sampai rumah dan memulai ritual malam kami.

Young momWhere stories live. Discover now