My Destiny, i meet u

839 97 3
                                    


***

Malam sebelumya, di ruang kerja kakek Son.

"..sebenarnya aku sudah memikirkan sekolah mana yang aku inginkan Kek.Tapi,,,"Seungwan berhenti sejenak, ada sedikit keraguan di hatinya untuk mengatakan sesuatu yang berkelebat di pikirannya.Tapi ia harus mengatakannya.

"Aku ingin sekolah dimana Ibu dulu mengajar Kek,"entah kekuatan darimana datang kepada Seungwan untuk mengatakannya.Mungkin karna foto keluarga yang tergantung tinggi di sudut ruangan itu atau piano yang ada dibawah tangga yang tadi ia lewati sebelum pergi ke ruang kerja kakek,yang mana mengingatkan kehangatan keluarganya.Entahlah.yang pasti Seungwan sudah memutuskan.

"Aku memilih SonWa ."
Tak ada keraguan lagi di nadanya.dengan tegas ia mengatakannya, matanya lurus menatap sang kakek.Berharap sang kakek bisa menangkap keseriusan dihatinya.

Kakek Son terkejut pada awalnya, melebarkan matanya sejenak setelah kata-kata itu muncul dari bibir cucunya.

Tapi kekagetannya itu tak berlangsug lama.Dengan bijak si kakek mengatakan,"Begitukah...?"jeda sang kakek. "Apa benar itu keputusan yang kau buat Son Seungwan ?"

Matanya melebar ketika sang kakek memanggilnya dengan nama penuhnya.Keraguan mulai merayapi hatinya lagi.Dan tiba-tiba saja rekaman-rekaman mimpi buruknya muncul tanpa diinginkan.Tangannya basah dan mengepal sekuatnya.Ia memejamkan matanya.'tidak Seungwan, kau tidak boleh lemah.tidak disini,tidak hari ini,dan tidak dihadapan kakek.Dan mulai hari ini aku harus menentukan masa depanku.Aku harus kuat.Aku bukan anak kecil 12 tahun yang lalu kan'pikir Seungwan, smirk kecil nampak di sudut bibirnya.Ia membuka matanya dan menatap lurus kakeknya sekali lagi.

"Aku yakin Kek"

Setelah itu keheningan menyeruak di ruangan itu.Si kakek hanya melihat wajah cucunya,mencari adakah keraguan didalamnya.

"Bisa kau berikan alasannya Seungwan~ah,?"tanya kakek, nadanya melembut.

Seungwan menunduk, ia tahu dari nada kakeknya ia begitu khawatir kepadanya.Ia mengangkat wajahnya lagi untuk melihat raut wajah kakek yang masih terlihat tampan walaupun dengan rambut putih dan keriput di wajahnya.Ia tak ingin kakeknya khawatir.Ia tak ingin membebankan pikirannya yang sudah lanjut usia itu untuk mengkhawatirkan dirinya terus menerus.Kakek sudah mengalami banyak hal pahit semasa hidupnya.Dan ia tidak ingin menambah penderitaan kakeknya selama ini. tidak lagi.

"Aku bukan anak 12 tahun yang dulu lagi kek.Aku tahu kau khawatir kepadaku, tapi kali ini aku harus kuat melawan trauma ku.Aku pergi ke Kanada bukan tanpa alasan kan? Menahan rindu kepada kakek dan nenek yang berat selama itu cukup menguatkan hatiku."Ia tak terasa meneteskan air matanya ketika ia mengucap kata neneknya.Dan bodohnya airmata itu tak berhenti seiring otaknya pun tak berhenti berputar mengingat masa lalu yang terkadang menghantuinya.Pertahanannya putus.Ia tak bisa menyembunyikan emosi hatinya di depan Kakeknya.Ia menangis di depan kakeknya.Kakek yang hanya ia miliki.

"Sinilah Seungwan.."si Kakek membuka tangannya ingin memeluknya.

Seungwan beranjak dari tempat duduknya, dan mendekati kakeknya itu sambil mengusap air matanya.Seungwan memeluk sang kakek begitu erat, gemetaran karna menangis seperti ia akan kehilangan kakeknya hari itu juga seperti yang lain meninggalkannya.ohh tidak,jangan lagi Ya Tuhan.Kemudian badannya turun dari dekapan sang kakek untuk bersimpuh di depan kakeknya.Dinginnya lantai marmer itu tak sedingin dengan hatinya saat ini.Wajahnya ia sandarkan di paha kakeknya seperti dulu yang sering ia lakukan ketika bersama mendiang neneknya.Seungwan membiarkan tangan kakek mengusap kepalanya lembut.Tangisnya mulai mereda ketika kelembutan dan kehangatan kakeknya berhasil menenangkannya.

"Kakek..aku mohon kau jangan meninggalkan ku seperti nenek meninggalkan ku..."ia mulai berkaca-kaca lagi
"Jangan meninggalkanku seperti ibu dan ayah Kek..seperti oppa"Suaranya serak.Ia tak bisa menahan lagi air matanya.Ia tak bisa lagi menahan kesedihan hatinya.

My DestinyWhere stories live. Discover now