| Part 26: Type of Relationship-Toxic

Mulai dari awal
                                    

Yeah! Disponsori oleh Sea yang baru saja memasukkan kepala kakak kelas ke wastafel.

Agatha mematung di depan pintu, tergegau menyaksikan keributan itu dengan bibir membisu. Sampai tak lama setelahnya, tatapan Sea berotasi ke arahnya.

Gadis yang digadang sebagai jelmaan Siren itu mengukir senyum. Sialan, Agatha merinding dengan pikat menakutkan dari kurva yang terbentuk di bibir tipis Sea.

"Kunci pintunya!" perintah Sea yang anehnya langsung membuat Agatha menurut.

Seakan lupa dengan tujuan utamanya datang ke toilet, Agatha masih bergeming di pijakan yang sama. Memperhatikan bagaimana Sea melontarkan kalimat-kalimat jahat sekaligus menusuk untuk menjatuhkan mental kakak kelas mereka.

Menahan nafas, mendadak Agatha merasa tak nyaman dan tersadar-gadis itu dengan perlahan memacu langkah. Mengabaikan Sea dan barisan kakak kelas untuk masuk ke salah satu bilik dan belajar.

Sayangnya, baru beberapa langkah, suara khas milik Sea kembali menginterupsi dan meminta Agatha berhenti di tempat.

Sementara di sisi lain, Sea mendekat. Tanpa perlu izin, gadis cantik itu mengambil spidol biru di saku Agatha.

Hal terakhir yang bisa Agatha lihat adalah seringai samar di wajah Sea, sebelum sebuah pemandangan yang tak terlintas di bayangannya terjadi.

Tahu apa?

Sea kembali mencengkram dagu kakak kelas dengan name tag Keisya Adilova di seragam, sampai gadis itu mendongak dengan paksa. Lalu, tanpa keraguan Sea menuliskan sesuatu di kening Keisya dengan spidol bertinta biru.

I'M A STUPID BITCH.

Bahkan sampai Keisya menjerit dan memberontak pun, kedua temannya tak ada yang berani mendekat atau membela. Sungguh, ketiganya tak berpikir jika Sea bisa sekejam itu.

Well, mereka hanya menggosip, tidak seharusnya Sea berlaku kejam begini sebagai balasan, kan?

"Isn't she pretty?" Sea menoleh. Menatap bergantian ke arah dua kakak kelasnya yang lain-termasuk Agatha untuk meminta pendapat.

*Bukankah dia cantik?

"Isn't she pretty?" ulang Sea sambil menunjuk hasil karya di wajah Keisya.

Hal itu tentunya langsung membuat ketiganya mengangguk kaku dan ketakutan.

Layaknya manifestasi sempurna dari bencana, Sea lantas tersenyum puas.

Sea menatap Keisya yang terlihat "kacau" dan siap meledak di tempat. "Sekarang lo tahu cara mainnya, kan?"

Sambil menyelak sinis, kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Adik kelas lo ini nggak punya toleransi baik ke pengusik. Lo harus siap dibuat cacat kalau berani cari masalah."

Dalam jeda singkat, gadis berambut coklat itu tersenyum miring dalam balutan keangkuhan.

"Lo udah paham atau harus gue buat beneran cacat dulu baru paham?"

Tak ada balasan. Namun, tundukan kepala dan tubuh bergetar itu sudah cukup menjadi jawaban.

NAVILLERA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang