| Part 14: Into the 54

44.6K 3.4K 2.4K
                                    

a/n: OMG, I'M BACK! Baru 6 hari nggak up udah di teror aja. Sow, aku ganti pakai 6K kata :<

Be wise! Little rawr things content ⚠️

• Absen dulu baca jam berapa?

• Absen juga pakai tanggal ulang tahun!

Happy reading. Jangan lupa vote, komen, + tandai TYPO. Btw, ini part yang lumayan ASDFGHJKL. Semoga feelnya dapet ❣️

🦋🦋🦋

Jakarta berada pada suhu 29°C saat Sea sadar jika tak ada yang lebih baik daripada duduk di atas kab Lamborghini, ketika langit tengah diselimuti pijaran bintang dan rembulan. Indah, tanpa awan. Bersama dengan semilir angin malam yang kembali menerpa wajah dan menerbangkan helai rambutnya.

Seperti saat ini. Lengkap dengan dua bungkus double cheese burger, satu botol cola, dan sekaleng beer non alkohol di sampingnya. Sementara Argaiska Domani selalu punya cara untuk membuat atmosfer dalam radar keduanya semakin hidup.

Well, cowok bernetra coklat itu telah membuka kedua pintu mobilnya-sementara lagu milik Chase Atlantic dibiarkan terputar dari dalam, dengan volume paling keras. Memenuhi kekosongan tempat parkir di belakang gedung yang menyisakan keduanya.

"Sekarang udah lebih dari pukul 10 malam. Sesuai rencana, harusnya lo balik ke rumah 1 jam lalu."

Suara milik Gaska terdengar saat Sea menelan gigitan terakhir dari cheese burgernya.

Sea menoleh, mengernyit saat menatap Gaska yang duduk di sebelahnya. "Lo nggak suka gue di sini?"

"Suka. Kalau bisa kita di sini aja, jangan pulang." Mendengarnya, Sea memutar bola mata. Sementara Gaska sudah meloncat turun dari kab mobilnya, untuk membuang bungkus burger mereka.

Diam-diam, pergerakan milik Gaska tak sekali pun lepas dari tatapan Sea. Gadis itu mengawasi sampai cowok dengan black leather jacket itu kembali ke hadapannya. Omong-omong, McD berjarak tak sampai 25 meter dari pintu gedung live music, itu lah membuat keduanya masih tetap tinggal di parkiran setelah membeli burger dengan berjalan kaki.

Ini masih Sea yang memakai sepatu yang kebesaran di kakinya. Juga masih dengan Gaska yang kini menyesap beer kalengnya dengan kaki telanjang di aspal.

"Rasanya apa?" Pertanyaan itu terlontar spontan saat Sea melihat Gaska meneguk beer-nya lagi.

"Pahit." Cowok itu menjawab, lantasnya mendekat kepada Sea yang masih duduk di atas kab mobilnya.

"Kalau pahit kenapa diminum?"

"Pengen aja," balasnya sebelum melepas jaket dan melemparkannya ke pangkuan Sea. "Kedinginan nggak lo?"

"Sedikit." Angin malam memang berhembus cukup kencang malam itu. Sea hanya mengenakan dress selutut. Maka dari itu, Gaska memberikan jaketnya.

"Mau pulang sekarang?" tanya Gaska yang langsung membuat Sea menggeleng. Lantasnya, cowok dengan kalung rantai di leher itu menyeringai sambil mengambil bungkus rokok dari saku jeansnya.

"Sehabis gue ngerokok, kita pulang. Nyokap lo nyariin nanti."

"Malem ini dia nggak pulang. Dia nggak akan tahu kalau gue lagi sama lo." Sea mengambil jeda sesaat. "Bukannya lo bilang kalau kita di sini aja? Jangan pulang."

NAVILLERA [SELESAI]Where stories live. Discover now