Rabu (05:00)
Rabu pagi yang tidak terlalu membahagiakan untuk Bian. Di hari ia disaat ia legal ia hanya merayakannya bersama Ana.
Setelah Bian melakukan Shalat Subuh ia keluar dari kamar dan kaget melihat adiknya sudah berdiri di depan kamar Bian.
"Astaghfirullah, ngapain sih dek?!" Tanya Bian seraya mengelus dadanya
Ana tidak menjawab ia hanya menyengir sambil cengengesan serta menyembunyikan 'sesuatu' dibelakang tubuhnya
Bian menaikkah satu alisnya, "apatuh?"
"I'm sorry, I don't have enough money to bought you expensive gift, I just can give you this" Jawab Ana sambil menyodorkan kadonya
Ana tentu saja berbohong karena bukan hanya itu yang ia kadoin. Disitu Ana hanya memberikan gambar doodle nya yang bertuliskan 'happy birthday my fucking enemy Fabian' sederhana tapi Bian senang.
"Ah demi apa? Makasih Na" Bian memeluk adiknya, "Kamu yang ngucapin pertama Na"
Ana menjawabnya dengan anggukan lalu mereka melepaskan pelukan mereka, dan mereka turun ke bawah untuk bersiap ke sekolah.
Tetapi sebelumnya Ana kembali kekamarnya untuk mengambil tas serta cardigannya.
"Pagi Mas Bian" sapa Mbak Tia sambil menaruh piring di meja makan
Bian membalasnya sambil tersenyum, "pagi Mbak"
"Mas" Mba Tia berbicara lagi, lalu ditengok oleh Bian, "selamat ulang tahun ya mas, ehehe maaf Mbak nggakbisa ngasih hadiah apa-apa" lanjut Mbak Tia
"Muehehe, makasih Mbak, nggakpapa doanya aja ya" balas Bian sambil mengambil nasi
Berbarengan dengan itu Ana turun ke bawah dengan sedikit berlari, hari ini Ana tidak berangkat bersama Azam karena mereka sudah janjian agar Ana memiliki banyak waktu bersama Bian.
"Kak Bian ayuk berangkat" seru Ana
Bian yang mendengarnya berhenti mengambil nasi lalu melongo setelah mendengar ucapan adiknya.
"Gua nggak budeg kan? Mbak tadi denger nggak Ana ngomong apa?" Tanya Bian memperjelas
Mbak Tia hanya tertawa mendengar pertanyaan Bian sedangkan Ana memanyunkan bibirnya karena pertanyaan Azam tadi.
"Kenapa sih? Aku cuma ngajak berangkat sekarang, kalau nggakmau ya nggakpapa, kesannya aneh banget kalau aku minta berangkat sekarang." Ana mengomel
Bian mengambil nafasnya panjang seolah baru saja ketumpahan masalah yang besar, "iya maaf, masih jam enam Ana, masih terlalu pagi, mending kamu sarapan dulu sini" ajak Bian
"Nggak mau." Ana menolak ketus
"Nanti kamu lapar terus sakit, nanti vertigo kamu kambuh," balas Bian sambil menyidukkan nasi lagi, "kakak ambilin ya"
"Nggak mau, kalau aku bilang nggak mau ya nggak mau" hardik Ana. "Aku makan bubur aja, kalau kakak gamau nggakpapa aku sendiri aja nanti minta jemput Azam" lanjutnya sambil mengambil tas sekolahnya
"E-ehh iya-iya kakak temenin ya, tapi jangan ngambek lagi" ucap Bian sambil menampaki wajahnya memelas
Ana terkekeh melihat kakaknya yang seperti itu, ia mengangguk lalu meninggalkan Bian
"Mbak, nanti kalau mau dimakan, makan aja, ajak Pak Toto sekalian makan daripada mubazir, tuan putri lagi ngambek" ucap Azam sambil menunjuk Ana yang berada didepan pintu rumah.
Mbak Tia hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum lalu kemudian Bian mengambil kunci mobilnya lalu berangkat.
♥♥♥
YOU ARE READING
Space Between Us
Teen Fiction[ ON HOLD ] waktu sedang mempermainkan kita. Waktu telah merubah semuanya. Kebersamaan yang dulu kita bangun kini telah runtuh. Runtuh bersama angin yang berhembus.