Wanna Be My Baby

22 8 0
                                    

Jumat (4:30 AM)

Keesokannya, Ana dibangunkan abangnya untuk sholat subuh bersama dan siap-siap berangkat kesekolah agar tidak telat, ditambah Bian sedang menaikkan citra seorang abang dimata papa mamanya yang baru pulang semalam dari Batam.

"adek, bangun yuk udah pagi sholat bareng abis itu siap-siap ke sekolah" 

tidak ada jawaban

"Na, abang masuk ya" ulang Bian, bersamaan dengan itu kamar Ana sedang nggak dikunci, dan Bian mendapati Ana yang masih tidur dengan memeluk guling. Bian sempat melihat handphone Ana yang tiba-tiba menyala karena ada notif line dari Azam dan melihat lockscreennya adalah foto Bian dan Ana sewaktu masa kecil dimana Bian memeluk Ana dari belakang. Bian tersenyum melihatnya

"dek ayo bangun" sambil mengusap-usap rambut Ana lembut

"mhh iya kak" Ana akhirnya bangun dan duduk sambil mengucek-ucek matanya

"aduh notif linenya sweet banget sih, apalagi lockscreennya" ledek Bian sambil tiduran dibibir kasur Ana

Ana yang sudah sadar karena 90% nyawanya sudah terkumpul langsung buru-buru langsung mengambil handphonenya dan menyembunyikan dibelakang badannya

"percuma diumpetin, kakak udah liat wle," "udah ah gausah malu gitu, kakak tunggu di kamar shalat ya, udah jam 5 kurang 15" lanjut Bian sambil mencium pipi adiknya dan beranjak keluar dari kamar Ana

"MODUS" teriak Ana dan Bian hanya terkekeh sambil melambaikan tangannya

.

Saat ini Bian dan Ana sedang berada diruang makan bersama kedua orang tuanya, mereka sedang sarapan setelah itu baru berangkat kesekolah. Semuanya sedang sibuk makan sampai akhirnya bel rumah mereka berbunyi.

Awalnya Bian menggerutu siapa yang bertamu pagi pagi buta seperti ini? Setelah Bian melihat jam dinding digitalnya Bian sadar sekarang pukul 06:10AM tidak buta-buta amat.  Mba Tia langsung membuka pintu rumahnya, dan Ana yang sedang menikmati susu putihnya tersedak karena melihat sesosok laki-laki yang familiar dilihat. Ya Nazami Syafiq.

Bian yang melihat tingkah diknya hanya bisa tertawa, dan mama papanya mentap aneh untuk kedua anaknya. Bian pun menyuruh Azam masuk

"ini mah cemcemannya Ana" Bian berbisik kepada mamahnya sambil melirik adiknya

"hello, i can hear you  Fabion Vito" Ana menjentikkan jarinya didepan kakaknya

"Ana, language, oh ini yang namanya nazami ya?" tanya mamanya

"iya mah maaf"

Azam mengangguk lalu salim kepada mamanya Ana "Saya Nazami tante, om dipanggil Azam aja" Azam memperkenalkan dirinya sambil tersenyum ramah

Perkenalan mereka membuat Ana dan Bian mengangguk. Lalu pada saat ingin mengangguk lagi Ana malah dibuat melongo

"Ah iya panggil mama aja, jangan tante"

"mama apa-apansih?" tolak Ana secara tegas, dan kali ini Bian juga setuju dengan Ana apa-apaan mamanya menyuruh Azam memanggil ibu mereka dengan sebutan yang sama seperti anak-anaknya. 

"eh nggapapa dong kan nanti Azam bakal jadi anak mama juga dimasa depan" balas mama "iya kan pa?"

"insya Allah kalau Allah berkehendak"

"ish papa mah gitu"

"loh salah lagi papa?"

Kalau saja kepalanya Ana transparan ingin rasanya menjedotkan kepalanya kedinding.

Space Between UsWhere stories live. Discover now