DON'T GO

26 9 0
                                    

Setelah Azam pulang dari rumah Ana dia nggak langsung pulang, dia ke tempat yang biasa dia datangkan, tempat yang dia datangi kalau dia sudah mulai pucat seperti tadi.

Ya, rumah sakit tentunya, sudah sekitar satu bulan Azam tidak kembali ke tempat ini karena dia merasa dirinya sudah baik-baik saja. Ya tapi sakit tetaplah sakit, dia harus kembali kesini untuk check up dan mengambil obatnya.

*flashback*

Hari ini sangat panas tidak seperti biasanya. Semuanya mengakui itu bahkan AC kelas tidak terasa padahal dua-duanya sudah pada deratat 16 celcius. Tapi tidak dengan seorang siswa XI IPS 1 Nazami Syafiq, bagi dia ini masih dingin, bahkan dia menggigil. Ya dia mengeluh sakit pada kepalanya namun disuruh dispen pulang dia tidak mau.

"aduh kepala gua sakit banget" keluh Azam

"sumpah lo mimisan zam!" jawab Farrel sambil lari nyamperin Azam

"hah? iya apa?" tanya azam sambil mengusap hidungnya dan berjalan menuju kaca yang berada disamping papan tulis

*BRUK!!*

 "Gimana dok?" tanya Raka ketika menghampiri dokter yang keluar dari ruang UGD

"hm, disini siapa keluarganya? Saya perlu bicara dengan keluarganya"

frifor bingung karena tidak ada keluarga Azam disini, akhirnya Leo berpura-pura jadi abangnya Azam disini

"oh saya kakaknya Nazami dok" celetuk Leo sambil mengangkat tangan kanannya

Frifor bengong bahkan Farrel sampai nganga, mereka bingung apa yang dipikirin sama Leo bisa-bisanya dia jadi abangnya Azam padahal umurnya sama.

"Baiklah, mohon ikut saya, yang lainnya kalau mau melihat kondisi pasien boleh tapi tolong jangan berisik dan teman kalian akan dipindahkan di kamar rawat inap" jelas dokternya

"iya, terimakasih dokter" ucap Frifor bersamaan

Leo membuntuti dokternya dibelakang, setelah sampai dirungan dokternya Leo dipersilahkan dokternya duduk.

"Jadi adik saya kenapa dok?" tanya Leo agak ragu

Dokter tersebut menghela nafasnya panjang "maaf, adik kamu terkena penyakit kanker otak, tapi mohon tenang adikmu masih di stadium 1 jika adik kamu rutin kemoterapi, check up, dan minum obatnya rutin dia bisa sembuh, karena stadiumnya masih kecil." sambung dokternya

Leo tidak membalas dokternya, dia hanya menundukan kepalanya dan beberapa air matanya menetes, bagaimana bisa sahabatnya yang tidak pernah terlihat sakit tiba-tiba sakit dan sakitnya langsung seperti ini. kalau kalian ada diposisi Leo saat ini kalian pasti akan mengerti rasanya.

"Saya tau pasti menyakitkan, tapi memang mungkin takdir Tuhan, doakan saja agar adikmu bisa lekas sembuh karena terbilang stadiumnya masih stadium awal, dan apabila dia memiliki kegiatan diluar sekolah tolong dikurangi." jelas dokternya

Leo akhirnya mengangkat kepalanya, "terimakasih dok, saya permisi dulu"

Leo akhirnya kembali ke kamar inapnya Azam dan menceritakan semuanya kepada teman-temannya. Awalnya mereka sempat kaget dan beberapa dari mereka ada yang menangis juga sama seperti Leo tadi, tapi setelah dari itu mereka berjanji untuk selalu menjaga Azam mau gimanapun keadaannya juga.

*FLASHBACK END*

Setelah dari rumah sakit Azam langsung pulang. Sesampainya dirumah seperti biasa, tidak ada siapa-siapa dirumah selain pembantu, supir, dan tukang kebun keluarga Azam. Orang tua Azam sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga Azam lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-temannya.

Space Between UsWhere stories live. Discover now