[14] Hal Penting

1.2K 879 152
                                    


Pergilah sesuka hatimu. Namun tolong, jangan pergi di saat aku mulai mencintaimu.

Suasana mendadak canggung. Shely dan Prata sama-sama memilih melahap makanan mereka dalam diam. Untung saja iringan musik yang mengalun lembut di sepenjuru kafe, membuat perasaan Shely bisa cukup tenang berada di sekitar Prata saat ini. Ya, begitu tenang, sebelum Prata lagi-lagi melayangkan pertanyaan yang tidak-tidak.

"Shel, tipe cowok kamu itu kayak gimana sih?" tanya Prata tanpa ragu.

Shely bergeming seketika. Makanan yang tadinya hampir masuk ke mulut mendadak tak jadi dilahapnya. "Aku belum kepikiran soal tipe cowok Kak," lirihnya menggaruk tengkuknya kikuk.

"Menurut kamu, aku ini tipe cowok kamu enggak?" tanya Prata cepat, lagi-lagi tanpa beban.

Ya enggaklah. Kalau yang kayak Surya sih, boleh lah. Batinnya seraya mengulum senyum samar, geli sendiri. Namun begitu matanya kembali bertemu pada mata Prata yang menyorot begitu penasaran, cepat-cepat ia enyahkan jauh-jauh pikirannya itu. Ini bukan saat yang tepat untuk berpikir aneh-aneh.

Ia memberanikan diri kembali menatap Prata. "Kayak yang aku bilang tadi sih Kak, aku belum kepikiran soal tipe cowok. Tapi, aku yakin sih Kak, Kak Prata tuh udah pasti jadi tipe cowok buat banyak cewek di luar sana."

"Aku enggak butuh cewek di luar sana. Aku cuma butuh jadi tipe untuk satu cewek. Dan kamu enggak usah pura-pura enggak tahu yah!"

"Maksud Kakak apa sih!" Shely tertawa sumbang. Tak tahu harus menanggapi apa.

"Enggak apa-apa deh, kalau kamu emang lebih milih buat pura-pura enggak tahu. Selama itu buat kamu lebih nyaman, lakuin aja sesuka kamu."

Shely meneguk ludah susah payah. Dengan mudahnya Prata terus saja mengatakan hal-hal seperti itu yang justru malah membuatnya kian tak nyaman. Ia menatap Prata cukup lama. "Kak, kalau seandainya orang yang Kakak suka ternyata enggak suka sama Kakak gimana?"

Prata mendengus tertawa, menatap Shely penuh, namun dengan sorot kecewa. Pertanyaan itu sebetulnya bukan sekadar tanya, melainkan jawaban yang sepertinya cepat atau lambat akan diterimanya. Ia sudah ditolak bahkan sebelum ia memulai dengan sungguh-sungguh. "Gimana yah? Aku sih berharap aja semoga itu enggak terjadi. Aku tahu sih, dunia emang dipenuhi hal-hal konyol seperti itu. Menjauh pada yang menyukai kita, sementara kita sibuk mendekat pada apa yang menjauhi kita. Kita tahu siklus itu, tapi kita tetap aja kebawa ama siklus yang sama."

"Iya, yah," sahut Shely tanpa sadar. Seketika ia mengerjap-ngerjap, mendadak kembali ke alam sadarnya. Ya ampun, barusan aku ngomong apa sih?

Entah mengapa ia tadi begitu mendalami perkataan Prata dengan memposisikan dirinya dan Surya di sana. Ia sebagai orang yang begitu mudah menjatuhkan hati pada Surya, sementara Surya sebaliknya. Samar-samar ia tersenyum hambar. "Maaf yah Kak, aku tadi malah ngelantur enggak jelas," ujarnya cepat sebelum Prata lagi-lagi berpikir yang tidak-tidak.

"Iya, enggak apa-apa kok." Prata tersenyum kecil dengan raut yang tak terbaca.

Shely merutuki dirinya dalam hati, sembari kembali melahap makanannya dengan perasaan tak nyaman. Semoga aja Prata enggak ngebahas lagi soal yang tadi.

Baru saja ia usai merapalkan harap, seketika itu juga harapnya tak terkabul.

"Kamu pernah yah, ngalamin hal yang sama kayak yang aku bilang tadi?"

"Hah?" tanya Shely, pura-pura tak mengerti. Duh, kenapa dibahas lagi sih!

"Itu yang pas kamu ngelantur. Kamu iyain apa yang aku bilang karena kamu juga pernah ngerasain hal yang sama, 'kan?"

Knowing You [Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang