Tidak lama kemudian, ketiga anak itu pergi. Meninggalkan si bocah tinggi yang kini terkapar dengan luka lebam di seluruh wajah dan tubuhnya. Kyungsoo ingin menghampiri bocah itu, merawat luka-lukanya, dan mengucapkan terima kasih padanya. Namun belum sempat ia mewujudkan keinginannya, Donghae -pengawal pribadinya- terlebih dahulu menarik dirinya untuk segera kembali ke mansion keluarga Do. Menyisakan penyesalan di dalam hati Kyungsoo karena tidak sempat bahkan hanya untuk sekedar memeriksa keadaan si bocah yang menjadi pahlawannya itu.

Dan semua itu hanya awal bagi Kyungsoo, untuk kembali bertemu dengan bocah itu, dan memperhatikan dari jauh semua yang dilakukan si bocah yang ia ketahui bernama Park Chanyeol.

Hingga semakin lama, ia mampu untuk melihat kelebihan yang ada pada diri Chanyeol di saat semua orang hanya memandang kekurangan yang dimiliki olehnya. Rasa sepi yang ada di hatinya, semangat dan perjuangan yang besar dalam dirinya, sifat pantang menyerahnya, keceriaannya, tawanya, senyumannya...

Semua yang ada pada Chanyeol, bagaikan penuntun arah bagi jalan hidup Kyungsoo. Kekaguman yang bertumbuh menjadi inspirasi, dan tetap bertumbuh... menjadi perasaan yang lebih besar dan bermakna untuknya.

Namun sayang, saat itu Chanyeol tidak menyadari... sesungguhnya telah ada seseorang yang selalu memperhatikannya, dan telah mengakui dirinya... sebagai seorang manusia.

.

.

.

"Hei, namamu Do Kyungsoo kan? Salam kenal namaku Park Chanyeol! Mohon bantuannya untuk ujian ini ya hehehehe..."

Chanyeol terus saja mengoceh dan menunjukkan cengirannya, sama sekali tidak mempedulikan namja di hadapannya yang sudah merona hebat. Ini pertama kali untuknya, saat akhirnya laki-laki yang selama ini ia kagumi dan sukainya membuka pembicaraan terlebih dahulu padanya. Rasa senang dan bahagia meluap memenuhi isi hati dan pikirannya, hingga mampu menghilangkan kesadarannya.

"Kyungsoo? Kau mendengarkan aku kan? Kyungsoo!"

Kyungsoo terperanjat, jelas ia terkejut. "Mi-mi... mianhae..."

Dan akhirnya namja mungil itu memilih kabur dari Chanyeol sebelum ia benar-benar pingsan nantinya. Meninggalkan Chanyeol dengan kerutan di dahinya.

"Hah, dasarnamja aneh."

Namja aneh. Itulah anggapan pertama Chanyeol terhadap Kyungsoo... untuk seseorang yang selama ini mengaguminya dalam diam.

.

.

.

"Kenapa? Kenapa ia berusaha sampai sejauh itu? Padahal ini hanya pertandingan biasa... Tapi kenapa..."

Di depan matanya, Kyungsoo tetap berdiri tegak meskipun tubuhnya telah mengalami luka yang cukup banyak. Entah apa yang membuat Jongdae, kakak sepupu Kyungsoo, tega untuk melukai Kyungsoo sampai seperti ini di pertandingan taekwondo yang diadakan oleh sekolah.

"Kyungsoo sama seperti dirimu kan, Chanyeol?"

Kini Chanyeol mengalihkan pandangannya ke arah Baekhyun, sahabat yang akhirnya ia dapatkan di SM High School.

"Dia selalu memperhatikanmu Chanyeol. Dia selalu ingin bisa menjadi seperti dirimu. Dia tidak akan menyerah sampai akhir. Dia akan terus berusaha sampai batas akhir kemampuannya. Setidaknya, bukankah itu yang ia dapatkan dari dirimu?"

Chanyeol terdiam. Tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangannya hingga telapak tangannya memerah.

"FIGHTING KYUNGSOO-YA! KAU PASTI BISA MENGALAHKANNYA!"

ChanSoo: SENIORWo Geschichten leben. Entdecke jetzt