47. It's Not 'Goodbye', It's 'See You Later'

Start from the beginning
                                        

"Dasar! Nggak pernah serius dia, mah!" sungut Dante saat Airin juga ikut tertawa. "Yuk, ah!" Dante menarik tangan Airin menuju lantai dua sekolah itu.

"AKU bakal kangen nyariin kamu dari jendela itu." Airin menunjuk jendela kelasnya saat mereka sudah sampai di lantai dua.

"Jangan gitu dong, aku jadi sedih dan males pergi, nih." Dante mengeratkan genggaman tangannya.

"Ke kelas kamu, yuk!" ajak Airin.

"Ngapain?"

"Ya ... aku pengen tau aja kelasku keliatannya gimana kalo dari kelas kamu. Aku pengen tau gimana rasanya duduk di bangku kamu."

"Kamu nih, kayak nggak bakal ketemu lagi aja," goda Dante.

"Biarin atuh ih! Aku lagi mellow, nih!" Airin mencubit Dante.

"Duh, si sayang lagi PMS nih kayaknya." Dante terbahak melihat wajah memerah Airin, yang menyiratkan bahwa tebakannya tepat sasaran. "Ya udah, yuk."

"Oooh ... jadi gini penampakan kelasku kalo dari sini. Nggak keliatan semuanya, ya?" ujar Airin saat mereka sampai di tempat Dante biasa duduk.

"Ya iya lah. Kan serambi sana tuh lebih kayak ruangan." Airin mengangguk-angguk.

"Mau ke bangku kamu." Dante pun membimbing gadis itu ke kelasnya.

"Enaknyaaa ... paling pojok gini, deket pintu pula." Airin berkata dengan nada iri sarat dalam suaranya.

"Kan biar bisa liat kamu kalo kamu pulang."

"Gombal banget, sumpah!" kekeh Airin sambil duduk di bangku Dante. "Oooh ... gini rasanya."

"Ai?"

"Hmm?"

"Jangan nakal selama aku pergi, ya?" Airin menengadah ke arah Dante yang berdiri di sampingnya.

"Yang ada juga Dante yang nakal, kan di sana banyak bule," goda Airin. Dante tidak tertawa. Ia menatap gadis itu dengan mimik serius.

"Aku serius, sweetie." Airin menghela napas walaupun sinar geli masih bertahan di netranya.

"Iya, pie ... aku nggak akan nakal, tapi Dante juga jangan nakal di sana."

"Ikut aku aja, yuk!" gumam Dante sambil memeluk Airin. Gadis itu tertawa renyah.

"Jangan ngaco!"

"Apa aku nggak usah pergi aja, ya?"

"Heh! Nggak boleh gitu! Ini untuk masa depan kamu, masa depan yang cerah."

"Masa depan kita cerah, nggak?"

"Tergantung. Kalo musim kemarau sih cerah, kalo musim hujan ya banyak mendungnya kayaknya." Dante tertawa keras saat mendengar lelucon pacarnya itu.

"Bisa aja kamu nih!"

"Dante aja yang terlalu lebay." Dante tertawa kecil.

"Doain aku ya biar bisa ngikutin pelajaran di sana."

"Pasti bisa, Dante kan pinter."

"Boleh cium, nggak?" Airin terbelalak saat mendengar pertanyaan yang sangat out of topic itu.

"Apa sih kok tiba-tiba cium?! Kalo ada yang liat gimana?!"

"Paling sirik," jawab Dante asal-asalan. Airin menggeleng tidak habis pikir.

"Nggak ah."

Tanpa aba-aba, Dante mencium gadis di depannya itu.

"Iiih ... aku kan udah bilang enggak," protes Airin pelan dengan wajah bersemu merah. Dante tersenyum.

"Aku tidak menerima penolakan," terang Dante sambil mengelus puncak kepala Airin.

"Ini bukan yang terakhir kalinya, sweetie. Enam bulan lagi kita bisa ketemu lagi," tegas Dante, lebih seperti untuk meyakinkan dirinya sendiri.

 Enam bulan lagi kita bisa ketemu lagi," tegas Dante, lebih seperti untuk meyakinkan dirinya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Irreplaceable (ONGOING)Where stories live. Discover now