47. It's Not 'Goodbye', It's 'See You Later'

Start from the beginning
                                        

"Mesum!" potong Airin sambil memukul lengan atas Dante, karena ia tahu laki-laki itu sedang berusaha untuk menebak ukuran bra-nya. Dante tergelak. "Nanti coba aku bikinin deh. Tapi kalo lama nggak apa-apa, ya?"

"Iya. Apa sih yang enggak untuk si sayang?"

"Gombal!"

"GIMANA rasanya dianterin sama camer?" bisik Arief geli pada Dante, yang saat itu sedang memperhatikan kedua orang tua Airin yang sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya.

Saat itu, keesokan harinya, halaman SMA Trithan sedang dipenuhi oleh orang tua dari tiga perwakilan sekolah yang akan berangkat ke New York. Beberapa teman dekat juga datang untuk mengantar kepergian mereka. Sebelumnya, keluarga Dante dan Airin sempat ke gereja bersama dan entah kenapa kedua orang tua mereka langsung merasa cocok.

"Deg-degan nggak puguh*," jawab Dante sambil tertawa gugup. Arief terbahak mendengar penjelasan itu.
*[Sunda] Benar

"Kangen banget gue sama sekolah ini," ujar Arief sambil melihat bangunan bertingkat dua itu.

"Liat-liat ke dalem, yuk!" usul Yurinda yang ikut mengantar kepergian Dante.

"Yuk!" sambut Arief senang.

"Ai!" Dante memanggil Airin yang sedang diajak mengobrol oleh Salika. Gadis itu menoleh. Dante menunjuk pintu masuk sekolah. Airin menatap remaja laki-laki itu dengan bingung, lalu berpamitan kepada Salika untuk mendekati Dante.

"Apa?" tanyanya saat sampai di depan laki-laki itu.

"Temenin Mas Arief dan Mbak Yurinda jalan-jalan di dalem sekolah, yuk! Pada kangen katanya."

"Oooh ... oke." Mereka berempat pun memasuki sekolah.

"Kita nggak ikut masuk?" tanya Wisnu kepada Bintang dan Delta, yang selama ini tidak diikutsertakan dalam pembicaraan.

"Enggak ah. Ngapain juga ngikutin orang double date?" jawab Delta geli.

"Iya juga, sih."

"EH inget nggak waktu kamu nembak aku di sana?" cetus Yurinda sewaktu mereka melewati taman tengah.

"Mbak Yurinda ditembak di sana?!" seru Airin tidak percaya.

"Iya! Dia sambil berlutut dan ngasih bunga gitu." Yurinda bercerita sambil tertawa kecil.

"Hei ... hei ... jangan buka kartu, dong!" protes Arief walaupun sambil tersenyum geli.

"Alay juga lo, Mas!" goda Dante sambil meninju pelan bahu kakaknya itu.

"Emangnya lo? Beraninya nembak via telepon aja."

"Ck! Nggak usah buka aib juga bisa, kan?" sungut Dante kesal yang disambut oleh tawa dari Arief dan Yurinda.

"Kok Mas Arief tau?" bisik Airin saat Arief dan Yurinda berjalan lebih cepat dari mereka.

"Emm ... waktu aku nelepon kamu, Mas Arief ternyata ada di sana," elak Dante agak memodifikasi kejadian sesungguhnya. Airin mengangguk-angguk sambil menggumamkan kata 'oh'.

"Eh Mas, kita pisah jalan, ya!" seru remaja laki-laki itu tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya Arief bingung.

"Ya gue juga pengen pacaran kali, Mas! Kan gue nggak bisa ketemu Airin selama enam bulan," gerutu Dante.

"Oh iya gue lupa. Ya udah sana pacaran! Jangan macem-macem, ya! Satu macem aja!" pesan Arief yang mengundang tawa dari Yurinda.

Irreplaceable (ONGOING)Where stories live. Discover now