I Can't Take It Anymore

Start from the beginning
                                        

Venus mengangguk setuju. "Ayo! Gue udah lama banget enggak main komedi putar!" Ucapnya penuh semangat. Gadis itu langsung menarik lengan Alea dan Galih bersamaan. Otomatis, kedua orang itu mengikuti Venus di kedua sisinya.

Galih tertawa sementara Alea pura-pura tertawa. Ingat. Pura-pura.

Arsen dan Trisa mengikuti mereka dari belakang. Seperti biasa, mereka sedang beradu argumen. Arsen memaksa Trisa untuk meminta maaf padanya sementara Trisa tak mau mengalah dan memilih untuk terus menyalahkan semuanya pada Arsen.

Kebetulan, arena pasar malam hari ini sedang sepi. Karena yah, sekarang bukan bari libur dan tentu jarang orang masuk ke pasar malam ketika weekdays.

Venus menaiki kuda warna putih sementara di belakangnya ada Galih yang menaiki kuda warna cokelat.

Dan seperti posisi di mobil Arsen barusan, Alea berada di belakang mereka dengan kuda warna oranye yang catnya sudah mengelupas dan termasuk kuda paling usang di antara yang lainnya.

Ibaratnya, dia merasa seperti si buruk rupa yang sedang melihat pangerannya kencan sama puteri si pangeran.

Trisa menghampiri Alea dan merangkulnya. "Udah, enggak usah ngerasa enggak enak gitu deh! Sekarang tuh waktunya lo buat nguatin hati lo!"

Seseorang merangkul bahu kirinya dan mengangguk. "Iya, Al. Anggep aja, Tuhan tuh lagi nguji lo supaya lo bisa jadi manusia yang lebih kuat lagi. Anjay! Keren enggak gue?" Arsen mengusap dagunya, merasa keren.

Alea tertawa samar. "Siapa juga yang galau? Gue enggak galau! Gue seneng liat mereka barengan. Mereka.... cocok."

Trisa dan Arsen menepuk-nepuk lengan atas Alea dan naik ke kuda masing-masing.

Senyum Alea mengembang perlahan seiring hatinya mencoba kuat.

***

"Makan yuk. Temenin gue beli es krim." Venus memohon. Semua setuju dan mereka berjalan ke gerobak penjual es krim.

Karena alasan menjaga Venus, Arsen dan Trisa memutuskan untuk duduk menunggu Alea dan Galih yang membeli es krim. Padahal, Alea tau bahwa mereka berdua hanya malas!

"Rasa vanila satu ya." Kata Galih yang langsung di beri anggukan oleh si pedagang.

Alea mengernyit heran. "Cuma satu?"

Cowok itu mengangguk seraya tersenyum miring. "Iya."

Alea mengangguk pelan. Beberapa menit kemudian,si pedagang memberikan es krim vanila pada Galih sambil ia memberi beberapa lembar uang padanya.

Galih menepuk pundak Alea. "Duluan ya." Alea mengangguk.

"Stroberi satu, cokelat dua."

Galih duduk tepat di samping Venus di atas bangku kayu panjang depan arena komedi putar. Tempat dimana Alea bisa bertemu Galih saat itu.

Alea tersenyum pada si pedagang es krim sambil menerima es krim pesanannya.

Napasnya seolah tercekat melihat Galih dan Venus di depannya. Tangannya bergetar dan kakinya lemas.

Venus dan Galih memakan es krim itu bersama dan jarak mereka sekarang tidak terhalangi apapun. Keduanya berada di dua sisi berbeda dengan tatapan saling mengunci.

Trisa dan Arsen melotot melihat Alea yang berdiri terpaku seolah kakinya tertanam disana.

"Al," Trisa memanggilnya.

Ia mengedip dan mendongakan kepalanya. Bermaksud untuk menahan air mata agar tidak mengalir bebas di pipinya.

"Pacaran mulu!" Sapa Alea riang. Jauh dari kata sedih.

Otomatis, Galih dan Venus langsung menjauh dan tertawa canggung. Dapat dilihat bahwa kedua pipi Venus merah padam karena malu luar biasa. Sementara Galih tertawa kocak melihat pacarnya.

Alea memberikan dua es krim di tangannya pada Trisa dan Arsen, lalu berdiri di depan mereka bertiga.

"Se–semuanya. Gue pulang duluan ya,"

Sontak, Arsen, Trisa, Galih dan Venus menatapnya heran. "Loh? Kenapa?"

Gadis itu tertawa. "Enggak pa-pa. Tadi gue di SMS ibu gue, suruh pulang katanya. Udah malem." Ujarnya berbohong.

Venus mengenggam tangan kiri Alea. "Serius? Lo enggak bohong 'kan?"

Cepat-cepat Alea menggeleng sambil tertawa. "Ya enggak lah! Udah ya. Dah,"

Arsen berdiri dan menahan tangannya. "Gue anter ya?"

"Enggak usah. Gue sendiri aja,"

"Jangan! Nanti lo dijahatin gimana? Udahlah, sama gue aja ya?" Mata Arsen berbinar, memelas.

Memutar bola matanya, Alea menghela napas panjang. "Ya udah."

Arsen cengengesan lalu pamit pada Galih dan Venus untuk mengantar Alea. Dia juga janji akan datang lagi ke sini untuk mengantar mereka semua pulang.

Maka, kedua remaja itu pun keluar dari pasar malam.

Dan saat itu pula, tangisan Alea pecah dalam pelukan Arsen dan suaranya memenuhi isi mobil yang sunyi malam ini.

"Gue enggak kuat. Gue enggak kuat." gumam Alea disela tangisnya.

***
Gue juga enggak kuat kalau lo dipeluk cogan :(

Makasih banyak udah baca chapter ini dan sempetin vote! Kucinta kalian 💕💕

Vomments nya jangan forget ya! 😘

Lots of sate padang,
Kaylanyx.

PHPWhere stories live. Discover now