Malam ini, Alea, Arsen, Trisa dan Galih datang ke rumah sakit. Mereka berencana akan membawa Venus ke pasar malam hari ini. Mereka juga sudah minta persetujuan dokter dan beliau bilang mereka boleh membawa Venus tapi dengan syarat, harus memulangkan Venus ke rumah sakit kurang dari pukul 9.
Venus berdiri sambil membawa tabung oksigen kecil yang dimasukan ke koper khusus yang bisa ia ransel dan ia tarik. Selang oksigen terpasang di kedua lubang hidungnya.
"Yuk." Galih mengenggam tangan Venus. Mars mengacak rambut adiknya lalu tersenyum padanya. "Hati-hati ya,"
Gadis itu mengangguk mantap. "Kan ada Galih. Aku pasti baik-baik aja." Ucapnya yakin sambil melirik Galih yang tersenyum tengil.
Kedua orang tua Venus melambaikan tangannya. "Jagain Venus ya, Gal." Ucap Dinda yang dibalas anggukan oleh Galih.
Tak mau berlama-lama, mereka berlima langsung pamit dan keluar dari kamar rawat Venus.
Kelima remaja itu masuk ke mobil Arsen. Galih dan Venus duduk berdua di jok tengah sementara Alea berada sendirian di paling belakang dan Trisa di paling depan.
"Berangkaattt...." Ujar Arsen dengan aksen kocaknya.
Alea beberapa kali menahan napas ketika Galih mengusap rambut Venus bahkan mencium pipi gadis itu dan membuat pipi Venus memerah karenanya. Ia menggigit bibir bawahnya keras-keras agar ia bisa menahan agar tidak teriak.
Apa kalian pernah, menyaksikan seseorang yang kalian suka bersama orang lain dan kalian tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu? Kalau pernah, berarti kalian berada di posisi Alea sekarang.
Melihat Galih memainkan rambut Venus yang semakin tipis dan memeluk Venus ketika gadis itu kedinginan.
Sakit ya ?
Alea, lo jangan bego! Jelas-jelas Venus jauh lebih butuh Galih dari pada lo! Dia jauh lebih butuh cintanya Galih dari pada lo. Jadi stop berharap buat orang yang enggak mungkin bisa lo milikin!
***
"Ngapain nih kita?" Trisa membuka percakapan diantara suara riuh ramai pengunjung pasar malam.
Alea membenarkan posisi bando yang ia kenakan. Tangannya merogoh isi tas kecil yang dibawanya dan mengeluarkan buku notes kecil warna biru muda dari dalamnya.
"Tenang ya. Jangan bingung, jangan gundah, jangan risau. Semuanya, udah gue atur disini," ucap Alea memicingkan hidungnya, bangga.
Arsen menepuk belakang pundak Alea sambil cekikikan bahagia, tapi malah terdengar aneh. "Sahabat gue emang otaknya kadang bener!"
"Oh jadi selama ini gue blo'on gitu?"
Cowok itu mendecak. "Ya enggak! Sensi banget lu! PMS atau patah hati nih?"
Trisa melotot dan menyikut perut Arsen hingga cowok itu meringis kesakitan. "Trisa! Sakit!"
Bukannya minta maaf, Trisa menginjak kaki Arsen dan membuat Arsen mendecak kesal.
"Lo tuh kenapa sih?!"
"List nya ngapain, Al?" Trisa tak menjawab pertanyaan Arsen dan malah membelokan arah pembicaraan mereka. Alea menelan ludah lalu membuka buku catatan itu.
Berdeham, ia membaca list pertama. "Pertama, kita bakal main komedi putar dulu. Gimana?" Tanya Alea meminta persetujuan dari teman-temannya.
YOU ARE READING
PHP
Teen Fiction{COMPLETE} Aku pernah merasakan rasanya terbang tinggi bersama sayap besar yang mengangkatku mendobrak langit. Aku senang berada di atas awan. Tapi bisakah kamu tidak pergi tinggalkan aku sendirian di atas awan. Tanpa kamu yang membawaku kesana.
