Lo beneran mau tau masalahnya?"
Tentu saja Galih mengangguk yakin. "Iya. Gue pingin banget tau,"
Menarik napas lalu membuangnya. Alea menejamkan mata.
"Gue jatuh cinta lo,"
***
Galih diam.
Alea diam.
Mereka saling berpandangan. Alea menatap mata Galih nanar. Ia membiarkan air matanya jatuh di pipinya.
Hingga sepersekian detik kemudian, Galih tertawa terbahak-bahak.
Alea nengernyit sementara Galih terus tertawa.
"Bisa banget lo akting nangis gitu!" Dan Galih terus menerus tertawa.
Alea menganga tak percaya. Galih ternyata hanya menganggap hal itu sebuah candaan?
"Gal, gue serius." Cewek itu memasang wajah paling seriusnya. "Gue serius."
Cowok ini kemudian berhenti tertawa, lantas menatap Alea tak percaya. "Lo–enggak bercanda?"
Gadis itu menggeleng. "Gue jatuh cinta sama lo. Gue bukan suka, Galih. Gue jatuh cinta."
"Tapi kenapa lo enggak bilang dari awal, Al?"
Ia mengusap pipinya. "Gue enggak berani ngomong. Waktu itu gue sempet mau ngomong ke elo soal ini. Tapi terlambat. Lo bilang kalau lo suka Venus,"
"Jadi waktu gue jadiin lo sebagai sarana latihan gue buat nembak Venus, lo udah suka sama gue?"
Alea mengangguk.
Cowok itu menunduk. Merasa bersalah atas apa yang ia lakukan kemarin. Ia merasa jahat karena membuat hati Alea terluka kemarin. Meski dia tidak bermaksud menyakiti Alea, tapi tetap saja ia bersalah.
Tangan Galih naik ke pundak Alea, tapi kepalanya masih menunduk. "Gue minta maaf." Katanya.
Tersenyum, Alea mengangguk. "Hey, lo enggak salah. Gue bisa apa, kalau hati lo maunya Venus?" Apa yang dikatakan Alea memang benar. Tak ada yang salah.
Atau bisa saja, Alea yang salah karena terlalu berharap.
"Jelas gue salah, Al. Jelas-jelas gue udah nyakitin lo dan lo masih bilang kalau gue enggak salah?" Dia tertawa lirih. "Lo terlalu baik, Al."
Alea tersenyum kecil. Walaupun tersirat sedikit rasa sakit di hatinya.
Galih menelan ludah. "Gue mau kok mutusin Venus supaya bisa sama lo,"
Mata Alea membelalak. "Jangan bego dong, Gal! Lo sama aja nyakitin hati Venus. Gue enggak mau nyakitin orang lain cuma gara-gara ego gue sendiri,"
"Terus lo gimana?"
Ia tersenyum.
"Gue enggak pa-pa."
***
Di pagi hari setelah peristiwa kemarin, Trisa menagih hutang cerita pada Alea. Cewek itu rupanya belum menceritakan kenapa Galih bisa tau bahwa ia menyukainya.
YOU ARE READING
PHP
Teen Fiction{COMPLETE} Aku pernah merasakan rasanya terbang tinggi bersama sayap besar yang mengangkatku mendobrak langit. Aku senang berada di atas awan. Tapi bisakah kamu tidak pergi tinggalkan aku sendirian di atas awan. Tanpa kamu yang membawaku kesana.
