Move On

1.2K 67 4
                                        

Tak seperti biasanya, hari ini Alea datang lebih pagi ke sekolahnya. Satu alasannya adalah, karena dirinya tak mau melihat Galih.

Setidaknya untuk sementara.

Kakinya melangkah masuk ke pintu gerbang sekolah ketika seseorang merangkulnya dari belakang.

Alea sedikit kaget, langsung membalikan badannya. "Hey, Sen."

Arsen tersenyum lebar hingga giginya nampak. "Kenapa lo? Kusut banget hari ini! Kayak rambut Trisa," kata Arsen berusaha bercanda.

Alea tertawa kecil sebelum menghela napas. "Enggak pa-pa kok. Gue cuma–capek."

Melepaskan rangkulannya, Arsen berpindah posisi ke depan Alea. Membuat gadis itu tak bisa berjalan. "Jangan bohong, Al. Kita udah sahabatan lama dan lo masih aja bohongin gue?"

Alea benar-benar tak suka berada dalam situasi semacam ini. Disaat dirinya sedang tak ingin menceritakan masalahnya, seseorang mendesak untuk minta diceritakan.

Dua detik sebelum Alea membuka mulutnya untuk bicara, suara berat khas terdengar dari sampingnya.

Tanpa melihat rupanya, Alea sudah tau bahwa itu Galih.

"Alea," katanya.

Ada yang berbeda pagi ini. Galih tidak sendirian. Melainkan bersama satu orang perempuan cantik bertubuh tinggi dan rambut panjang berponi.

"He–hey," sapa Alea sedikit canggung.

Galih merangkul perempuan di sampingnya, lantas mengenalkannya pada Alea.

"Ini Venus,"

Perempuan bernama Venus itu tersenyum manis pada Alea dan mengulurkan tangannya.

"Venus,"

Jujur, ada sedikit rasa tak suka di hati Alea ketika melihat Venus. Rasanya enggan untuk mengulurkan tangan pada perempuan di hadapannya. Yah, tapi seperti biasa. Alea tak ingin membuat suasana pagi ini jadi terasa canggung.

Apalagi ia yakin, Galih lagi senang-senangnya.

Berusaha mengangkat kedua ujung bibir, Alea menjabat tangan Venus dengan senyuman kecil hasil paksaan.

"Alea."

Galih menepuk puncak kepala Alea. "Makasih ya. Karena saran lo kemarin, sekarang gue jadian sama Venus."

Alea tertawa getir. "Selamat ya," ucapnya.

Arsen melihat wajah Alea yang sarat akan kepedihan. Jadi, cowok itu merangkul Alea.

"Gal, Ven. Kita duluan ya. Belum ngerjain PR. Dah," Venus tersenyum dan diikuti oleh Galih di sampingnya.

Sementara itu, Alea menatap heran pada Arsen. "PR? Sejak kapan gue ada PR?"

Arsen menaruh telunjuknya di bibir. "Udah. Gue tau lo enggak suka 'kan liat mereka berdua?"

Dugaan yang sangat tepat di hati Alea.

Meskipun apa yang dikatakan Arsen benar, namun tetap. Alea tak akan memberi tau yang sebenarnya.

"Sok tau lo!"

"Terserah lo mau bohong gimana lagi. Yang jelas gue tau lo tuh lagi sakit," Arsen tersenyum.

Ia tertegun.

Ya. Alea menyadari bahwa dirinya memang benar-benar sakit.

***

"Gue bilang juga apa? Cowok kayak Galih itu tipikalnya cowok-cowok tukang PHP."

Mereka bertiga berkumpul di rumah Trisa. Alea sebenarnya ingin pulang saja dan mengunci dirinya di kamar untuk mendengaran lagu galau seharian penuh. Tapi kedua sahabatnya tak mengizinkan.

PHPWhere stories live. Discover now