chap 18

1.2K 191 7
                                    

Sudah hampir 2 minggu berlalu sejak Kookie terakhir kali bertemu dan berbicara dengan Kim Taehyung di rumah namja itu. Entah kenapa Kookie merasa serba salah. Ia ingin menghubungi Kim Taehyung, tapi tidak tahu apa yang akan di katakannya. Ia ingin bertanya pada Paman Kim Seokjin, tapi ia bingung apa yang akan di tanyakannya.

Kookie berjalan tanpa tujuan di sekitar kampus. Ia berjalan dari gedung ke gedung, dari kelasnya ke perpustakaan, dari perpustakaan ke aula. Akhirnya ia berhenti di taman kampus, duduk di salah satu kursi taman di bawah pohon. Ia mengeluarkan ponselnya dan menatap benda itu sambil menarik nafas.

Kenapa dia tidak menelepon? Tapi memangnya kenapa dia harus menelepon? Kookie menggeleng-gelengkan kepalanya dan menarik nafas lagi. Kenapa dia tidak menelepon?

Kookie tersentak karena mendengar suara Jung Hanbyul yang ternyata sudah berdiri di belakangnya. "Apa?" tanyanya datar pada Hanbyul.

Hanbyul duduk di sampingnya. Wajahnya terlihat ceria seperti biasa. "Tadi kau bertanya kenapa dia tidak menelepon? Siapa yang kau maksud?"

Ternyata tanpa sadar ia telah menyuarakan isi pikirannya. Ini berarti bahaya. Ia kenapa sih?

"Ah, tidak. Bukan siapa-siapa," sahut Kookie sambil memaksakan tawa.

"Aku harap bukan Park Jimin," kata Hanbyul sinis.

Kookie langsung mengibaskan tangan. "Park Jimin? Bukan! Bukan dia."

"Baguslah kalau bukan," kata Hanbyul. Ia mengangkat tangan dan menarik nafas dalam-dalam. "Haaah... cuaca hari ini indah sekali!"

Kookie memandang langit, lalu melirik temannya dengan hati-hati. "Hanbyul," panggilnya.

Kookie menoleh. "Hm?"

"Album baru Kim Taehyung sudah di luncurkan, kan?"

Hanbyul mengangguk. "Benar, beberapa hari yang lalu. Memangnya kenapa? Bukankah kau sudah punya? Kita kan sudah mendapatkannya sewaktu acara jumpa penggemar itu."

Kookie menggeleng. "Ah, tidak ada apa-apa." Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Berarti Kim Taehyung akhir-akhir ini pasti sibuk sekali, ya?"

Temannya mengangguk sekali lagi dan berkata, "Tentu saja. Ku dengar beberapa waktu yang lalu dia sibuk syuting video klip. Belum lagi kenyataan dia harus tampil dalam banyak acara untuk mempromosikan albumnya." Hanbyul bertepuk tangan gembira. "Kita akan sering melihatnya di televisi."

"Begitu?"

Ternyata memang sedang sangat sibuk.

"Majalah-majalah juga banyak memuat artikel tentang dia," Hanbyul menambahkan dengan penuh semangat. "Mereka membahas albumnya, lagu-lagunya, dan mereka juga mulai mengungkit-ungkit soal kekasihnya."

Kookie menatap temannya. "Apa yang mereka katakan?"

Hanbyul mengerutkan dahi. "Banyak, mereka bertanya-tanya soal keberadaan wanita itu, identitasnya. Aku sendiri juga penasaran. Intinya, mereka tiba-tiba mereka meragukan apakah wanita itu benar-benar kekasih Kim Taehyung."

"Kenapa mereka meragukannya?

"Karena wanita itu tidak terlihat di media lagi sejak fotonya muncul. Bahkan sekadar kabarnya tidak terdengar," Hanbyul menjelaskan. "Mereka mulai berpikir mungkin hubungan Kim Taehyung dan wanita itu sudah berakhir. Terus terang saja, aku juga berharap itu benar. Oh ya, mereka juga mengungkit kejadian empat tahun lalu."

"Masalah yang...?"

"Benar. Yang ku ceritakan waktu itu. Soal empat tahun lalu ketika ada penggemar Kim Taehyung yang meninggal pada saat acara jumpa penggemarnya. Kau ingat? Untung saja acara tahun ini lancar-lancar saja dan tidak ada kejadian buruk."

Kookie menengadah memandang langit biru dan sibuk dengan pikirannya sendiri sementara temannya terus bercerita. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Kookie buru-buru menjawab dan raut wajahnya berubah, "Oh, Jimin ssi."
.
.
.
.
Kim Seokjin duduk merenung di kantornya. Di meja terdapat beberapa majalah yang terbuka pada halaman yang memuat artikel Kim Taehyung. Ia sudah menduga akan ada kejadian seperti ini. Begitu album baru Kim Taehyung keluar, orang-orang akan sibuk membicarakan artis asuhannya itu. Bukan hanya lagu-lagunya, tapi segala gosip yang berhubungan dengan Kim Taehyung, termasuk gosip tentang pacar misteriusnya. Mereka bahkan kembali menyinggung-nyinggung kecelakaan empat tahun lalu, tapi untungnya hanya sekilas, jadi seharusnya tidak apa-apa.

Kim Seokjin mengusap-usap dagu dan berpikir mungkin sudah tiba saatnya mereka membutuhkan bantuan Kookie lagi. Kali ini, mau tidak mau yeoja itu harus bersedia menampakkan diri. Ia mengangkat gagang telepon yang ada di meja dan menekan beberapa tombol.
.
.
.
.
Halo, Yer balik lagi nih. Ada yang kangen nggak sama FF ini? Kkkk~ Ada yang kangen Yer nggak? Nggak ada ya? Yaudah deh:( .g

Maaf ya slow update kkkk~

Vommentnya jangan lupa ya teman teman, supaya Yer semangat ngetiknya

From a Lie•vk (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang