chap 5

1.6K 212 7
                                    

Ia mendengarkan kata-kata bosnya yang mengalir seperti air bah di ujung sana dengan mata terpejam. Seharusnya ia tidak mengaktifkan ponselnya hari ini. Seharusnya bosnya tidak menghubunginya. Seharusnya bosnya tidak bersikap begini. Orang sakit masa di suruh kerja? Lagi pula ini kan hari Sabtu. Diktator!

"Miss Jeon? Miss Jeon? Halooo? Kau mendengarkanku, Miss Jeon? Aku tidak bisa berbicara lama-lama, Miss Jeon. Very very busy. Kau akan datang, kan?"

"Ya, ya, Mister Lee. Saya mengerti. Saya akan sampai di sana dalam satu jam," sahut Kookie malas.

"Kau punya waktu setengah jam untuk sampai di studioku, Miss Jeon," kata bosnya sebelum menutup telepon.

Kookie menatap ponselnya dengan hati dongkol. "Lihat saja, kau akan menerima surat pengunduran diriku hari Senin nanti. Drakula! Penghisap darah! Hhh, bisa gila aku!"

Sambil mengumpat, Kookie memaksa dirinya bangkit dan berjalan terseok-seok ke lemari pakaian.
.
.
.
.
Empat puluh lima menit kemudian, Kookie sudah berdiri di studio Mister Lee, salah satu perancang busana paling populer di Korea. Yang di sebut studio oleh bosnya adalah ruang kerja berantakan yang penuh kain berbagai corak, baik kain perca tak berguna maupun kain yang masih baru. Studio ini terletak di lantai teratas gedung berlantai tiga. Butik Mister Lee sendiri terdiri atas dua lantai : lantai pertama di peruntukkan tamu umum sedangkan lantai duanya untuk tamu VIP.

Kookie masuk dan melihat pria setengah baya berpenampilan perlente, berambut di cat merah dan berkaca mata itu sedang memandangi model kurus dengan tatapan tidak puas. Lalu dengan sekali sentakan tangan, ia menyuruh model itu pergi dan menyuruh anak buahnya memanggil model lain.

Tepat pada saat model lain masuk ke ruangan, Mister Lee menyadari keberadaan Kookie dan langsung memekik, "Miss Jeon! Kau terlambat. Kenapa-sebentar..." Ia berpaling ke arah si model yang baru masuk dan berkata ketus, "No, no! Bukan kau. Apa yang harus kulakukan supaya mereka mengerti model seperti apa yang ku butuhkan? Astaga! Panggilkan Mister Kim ke sini."

Kookie merasa kasihan melihat ekspresi kaget si model wanita. Harus di akui Mister Lee ini bukan orang yang mudah. Kadang-kadang orang jenius memang sulit di buat senang.

Mister Lee kembali memusatkan perhatian kepada Kookie. "Kau lihat sendiri, Miss Jeon, kami sedang sibuk sekali untuk fashion show. Tolong kau antarkan pakaian-pakaian untuk di coba."

Apa? Untuk di coba siapa? Pakaian mana? Mister Lee selalu mengharapkan orang lain langsung bisa memahami kata-katanya yang tidak selalu jelas.

"Di antarkan kepada siapa dan di coba untuk apa, Mister Lee?" tanya Kookie.

Mister Lee menatapnya dengan mata di belalakkan selebar-lebarnya, setidaknya selebar yang mungkin di lakukan mata yang pada dasarnya sipit. "Astaga, Miss Jeon. Kau tentu ingat aku pernah bercerita tentang Kim Taehyung, bukan? Dia sudah setuju akan memakai pakaian rancanganku dalam setiap penampilannya. Makanya kau cepat-cepatlah pergi ke sana dan pastikan pakaian-pakaian itu sudah cocok dengan ukuran dan seleranya."

Lalu, sebelum Kookie bertanya lagi dia sudah menunjuk rak pakaian beroda yang ada di dekat jendela, "Itu! Pakaiannya yang di rak itu!"

Tidak, Anda belum pernah menyebut-nyebut tentang masalah ini kepadaku, gerutu Kookie dalam hati, tapi yang keluar dari mulutnya adalah, "Siapa yang Anda sebut tadi?"

"Kim Taehyung. Penyanyi itu. Kau tidak kenal? Sudahlah, kenal atau tidak bukan masalah penting. Sana cepat pergi! Dia sudah menunggu di butik. Ayo sana. Go! Cepat!" katanya sambil mendorong punggung Kookie ke arah pintu keluar di studionya.
.
.
.
.
Kookie mendorong rak beroda yang nyaris terisi penuh pakaian di sepanjang koridor. Masih dengan perasaan sebal, ia berjalan menuju lift. Di tengah jalan Kookie berpapasan dengan penjaga butik yang sudah kenal baik dengannya dan di beritahu Kim Taehyung sudah menunggu di lantai dua.

From a Lie•vk (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang